8. Bekas Di Pergelangan Tangan

8 2 0
                                    


"Cinta?" ulang Shall.

"Itu berbentuk seperti dua hati manusia yang disatukan," jelas Aire.

Pria iblis itu terdiam, ia tau apa yang dikatakan Aire, tetapi tak mengerti apa maksudnya. Mengapa manusia membutuhkan Cinta, dan mengapa manusia sangat mengagungkan cinta yang mengerikan itu.

Sekelibat ingatan merasuki iblis itu. Dalam penglihatan singkatnya, seorang perempuan berwajah seperti Aire tersenyum lembut, memberikan beberapa permen padanya. Permen yang begitu lezat dan manis.

Tatapan Shall tertuju pada Aire, begitu maniknya terbuka. Gadis itu jelas berbeda dari perempuan dalam penglihatannya yang memakai pakaian kuno layaknya seorang putri.

"Tidak mungkin," gumam Shall.

Aire dan Hara membawa mangkuk mereka yang berisi permen. Lalu memberikannya pada Shall yang terduduk di atas tunggul kayu. Pria iblis itu mengambil mangkuk dari Hara, lalu mencicipi salah satu permennya.

"Kupikir kamu mewarisi bakat nenekmu yang katanya bisa pembuat permen terenak di Gimpo?"

Hara tertunduk takut dengan kedua tangan saling bertaut. Waktu seolah berhenti. Tanpa suara serangga malam, tanpa hembusan angin dingin. Namun, Aire menyadari awan di sekitar bulan yang terus bergerak, menandakan waktu tetap mengalir.

"Aku sudah berusaha keras untuk membuat permen," lirih Hara.

"Kamu terburu dan hanya berambisi untuk mengalahkan Aire." Shall membuang mangkuk berisi permen itu tepat di depan wajah Hara. Gadis itu memunguti karyanya dengan derai air mata serta jemari bergetar. Seketika wajahnya memucat.

Aire mengambil langkah, lalu memberikan permennya dengan seulas senyum di wajah. Shall mendengus kesal, melihat betapa antusiasnya gadis itu.

"Warna merah darah." Pria iblis itu mengambil permen terkahir yang dibuat Aire. Teksturnya kenyal karena campuran rumput laut, lalu taburan gula pasir di sekitarnya terasa lembut.

Shall menatap tajam pada Aire yang hanya memiringkan kepala—penasaran akan hasil penilaian karyanya.

"Rasanya enak, tapi kenapa ini kenyal? Tekstur yang bodoh. Permen harusnya keras."

"Kukira kau memang ahli permen?" Aire menyilangkan tangan di depan dada, memasang wajah congkak. Meski dalam hati, ia tengah bertarung dengan jiwanya yang menciut di hadapan seorang iblis dengan aura kegelapan yang kuat. Jantungnya berdetak cepat, keringat dingin pun bercucuran di sekitar pelipis, dan jangan lupakan nada bicaranya yang sedikit bergetar.

"Itu jenis permen terbaru. Namanya permen Gummy!"

Tawa Shall yang menggelegar seolah memecah keheningan malam. Ia mendekat, membelai lembut rahang tirus di hadapanya yang sedikit bergetar. Pria itu tau betapa takutnya Aire saat ini. Namun, dengan beraninya sosok itu menampilkan wajah congkaknya.

"Gummy?"

"Bukankah itu enak?" tanya Aire.

Shall sangat benci sesuatu yang bersifat kekinian, seperti permen kenyal itu. Namun, ia tak bisa menolak rasa manis yang amat di rindukannya.

Lagi. Kala Shall mengambil permen kedua, wajah tersenyum perempuan mirip Aire itu kembali terlihat. Pria iblis itu menatap Aire dengan lekat, berusaha mengingat. Namun, percuma. Ia tak tau mengapa gadis mirip Aire itu melewati memori yang tak bisa diingatnya.

"Permen buatan Aire memang tak terbantahkan. Dengan ini, maka Aire yang memenangkan pertandingan kali ini."

Iblis itu menjentikkan jari. Kedua manik mata Aire terpejam paksa. Tubuhnya mendadak dingin, tetapi kemudian menjadi hangat dalam seketika.

Don't Let Me Love You (End)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن