Dasi 2

2.6K 298 106
                                    

Selamat malam mingguan, ya! 

Ada yang ngerasa hari ini panas banget, enggak?

Berhubung beberapa hari lagi mau puasa, aku sekalian mau mengucapkan mohon maaf lahir batin. Selamat berpuasa bagi yang menjalankan ibadah. 🙏

TAMPAN BERDASI aku tulis dan persembahkan untuk ShoukiWisanggeni dan pembaca setia Rashoura.

Enjoy.

-Ra




Bola basket itu tampak seperti UFO—piring terbang bundar yang membawa alien-alien berdasi di angkasa. Awalnya terlihat kecil, lalu membesar dengan kecepatan kilat.

Murid-murid cewek di seberang lapangan serempak berteriak ke arahnya, "Awas, Kak Ra!"

Rayyan sedang duduk main gitar di bawah pohon tepi lapangan sekolah, merasa waktunya melambat. Ia sudah melihat bola itu datang, mendengar juga suara teriakan awas. Entah karena melamun atau mengantuk, Rayyan malah tidak menghindar.

Reaksi pertama Rayyan malah ingin melindungi dasinya—eh, gitarnya—saat bola berat datang menghantam. Tepat kena pipi dan rahang samping kiri. Rayyan seketika ambruk ke samping, diiringi jerit kaget cewek-cewek di seberang lapangan.

Sakit.

Sakitnya bikin ingin pingsan.

Kepala langsung berdenyut kliyengan dan Rayyan pikir giginya tanggal sebagian. Rayyan membuat dirinya pingsan rebah di rumput.

Dengan mata buram, Rayyan melihat pelaku pelempar bola berlari padanya. Seorang cowok, adik kelas yang punya prestasi basket di kejuaraan nasional sehingga langsung direkrut dalam tim inti klub basket sekolah.

Cowok ini membuat Rayyan heran. Sesuatu darinya membuat Rayyan ingin melek terus memandangi. Barangkali karena kulitnya yang cokelat berleleh keringat, matanya yang jernih, atau badannya yang sudah memperlihatkan cikal bakal atlet basket berotot besar di masa depan. Tipikal wajah sebenarnya biasa, manis-manis gula jawa, bukan wajah bule atau cowok drama Asia kesukaan cewek-cewek. Tetapi ia sering membuat banyak cewek melirik. Lebih dari menarik menurut Rayyan. Kalau diingat lagi, alasan Rayyan duduk di bawah pohon pinggir lapangan bukan cuma mencari angin segar, melainkan juga cuci mata. Cowok ini dan baju basketnya yang lengket ke kulit menjadi salah satu yang menarik perhatian Rayyan.

Niat itu malah disambut dengan hantaman bola. Anggaplah ini penggugur dosa.

Cowok itu berlari ke arah Rayyan lebih cepat dari lambungan bola sebelumnya.

"Maaf! Kakak gapapa? KAK?!" Dia berteriak panik melihat darah tipis di bibir Rayyan. "Aku bawa Kakak ke UKS, ya!"

Iya, iya. Rayyan masih mau pingsan sebentar, lalu sedikit terkesiap merasakan tubuhnya diangkat. Baru kali ini ada cowok menggendongnya. Biasanya selalu Rayyan yang menggendong. Biseps berotot milik si adik kelas ini bukan sekadar fantasi Rayyan.

Rayyan masih bisa terkekeh meski mukanya ngilu, minta diturunkan. Cowok itu tak menyerah, berkeras ingin memapah.

"Saya bisa jalan. Cuma mata sebelah kiri ini agak susah dibuka. Kamu kuat, ya. Nge-gym juga di rumah, ya?" tanya Rayyan di tengah situasi hectic itu. Bahkan, dia hampir bertanya, "Apa kamu suka pakai dasi juga?"

Si adik kelas tak banyak bicara, terus memapahnya sepanjang koridor menuju ruang UKS. Berpegangan, Rayyan sedikit meremas sisi baju basket yang mencetak tubuh cowok itu.

Tampan Berdasi (MxM)Where stories live. Discover now