Dasi 13

1.8K 202 100
                                    

WARNING: Bab ini ada adegan 18+, ya. Aku coba tulis sesopan mungkin biar enggak vulgar!

Selamat menikmati bab 13!

Kita memang masih di alur masa lalu. Untuk pembaca yang pengin balik ke alur masa sekarang, sabar, Guys ... Bakal balik lagi ke masa sekarang di bab 15. Untuk bab 13 dan bab 14 masih harus bahas masa lalu dulu, ya.

Sebelum cerita masa lalu beres, kita enggak bisa balik ke masa sekarang. Kalian harus tau dulu apa yang terjadi di masa lalu kalau pengin masalahnya beres.

Nikmati masa lalu yang manis ini selagi bisa~













Di balik mata tertutup, Shouki membayangkan hutan pekat. Barisan pohon gelap dihinggapi hewan-hewan hutan yang suaranya membisiki telinga, entah itu jangkrik atau burung hantu. Di antara batang pohon bertiup halus angin yang menaikkan bulu kuduk di tengkuk. Dan ... mungkin ada juga sesayup suara lirih makhluk tak kasat, di antara pokok-pokok pepohon yang dingin mereka mengintip.

Aduh, sialan. Shouki teringat cerita anak-anak soal horornya jurit malam di tempat ini. Cerita tentang hantu kuntilanak yang rambutnya terurai panjang dari atas pohon mencapai tanah. Ya Allah! Barusan jidat Shouki seperti menubruk sesuatu yang menjuntai dari atas seperti helai serabut. Apa, tuh?! Shouki mengibaskan tangan.

Sssh. Suara Kak Rayyan menenangkannya lagi.

Supaya tidak takut, Shouki fokus saja meremas gandengan tangan Kak Rayyan. Saat ini Shouki sedang dalam kondisi pasrah mau diculik ke mana pun, asalkan ia tidak ditinggalkan sendirian di hutan.

"Oke." Kak Rayyan tiba-tiba berhenti berjalan. "Kamu diem di sini."

"Kak—" Shouki panik saat Rayyan mulai melepaskan tangannya.

"Saya di sini," Kak Rayyan terkekeh. Suaranya hanya berjarak satu langkah dari Shouki. "Saya enggak akan ninggalin kamu."

Tak mau percaya begitu saja, Shouki menggapai ke depan untuk menyentuh pundak Rayyan. Puji syukur bahu itu terasa lebar, hangat, bisepnya tebal, dan dadanya juga tebal dan bidang. Oke, ini memang tubuh Kak Rayyan—

"Shouki, jangan remes-remes dada saya gitu."

"Oh—maaf, Kak!" Malu, Shouki menurunkan tangannya.

Kak Rayyan tertawa, lalu diam. "Oke, saya serius sekarang. Tegak grak!"

Shouki berdiri kaku dengan gerakan siaga.

"Kamu harus ikutin apa pun yang saya perintahkan. Kamu juga harus jawab apa pun yang tanyakan," kata Kak Rayyan serius.

Shouki telan ludah. Kalau sudah serius, nada suara Kak Rayyan terdengar lebih berat dari yang biasanya.

"Pertanyaan pertama! Pocong apa yang paling disukai dan diburu ibu-ibu se-RT?"

Hah? Mendengar kata "pocong", Shouki langsung merinding sekujur badan. "Enggak tau, Kak. Tolong jangan yang serem-serem, Kak."

"Kalau enggak tau saya hukum. Nyerah? Jawabannya 'pocongan diskon'," kata Kak Rayyan serius.

Shouki tak tahu harus menangis atau tertawa. Lemas rasanya.

"Hukumannya ...," Kak Rayyan berbisik, hangat napasnya terasa di kuping Shouki, "kamu nari untuk saya."

"Nari? Enggak bisa nari, Kak—"

"Jangan apa-apa enggak bisa! Buktinya kamu bisa nyuri hati saya. Enggak banyak yang bisa bikin saya jatuh cinta."

Yang barusan bikin perut Shouki bergelora. Yang tadinya Shouki gigit bibir karena takut, sekarang gigit bibir salah tingkah.

"Goyang-goyangin aja badannya." Kak Rayyan meremas pelan bahu dan pinggang Shouki, seperti ingin mengajaknya berdansa. "Bagian ini digoyang." Kak Rayyan meremas ke pinggul kiri Shouki sekarang. "Bagian ini juga digerakin." Sekarang Kak Rayyan meremas paha luarnya.

Tampan Berdasi (MxM)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt