Dasi 23

2.1K 230 124
                                    

Maaf tengah malam lagi update-nya. Ada yang masih bangun?

Tiap chapter TAMPAN BERDASI, Rayyan cover lagu baru. Setiap lagunya bermakna, sesuai kisah mereka.

Tadi sore aku bikin IG story, quiz malam ini Rayyan bakal bawain lagu apa. Hayoo, siapa yang tebakannya bener?

 Hayoo, siapa yang tebakannya bener?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.














Pak Wis benar-benar setia.

Benar-benar setia menunggu hingga Rayyan selesai masak mi goreng. Rayyan memasak terburu-buru dengan jantung berdegup cepat. Mi goreng instan Rayyan masih agak keras karena dimasak terlalu instan. Rayyan sibuk memikirkan nasib mi rebus Pak Wis yang kalau dibiarkan terlalu lama mungkin akan melembek, soggy, mekar. Jadi, saat kembali ke ruang karyawan dengan sepiring mi goreng miliknya sendiri, Rayyan setengah berharap Pak Wis sudah menghabiskan mi.

Ternyata pria itu masih belum menyentuh mi rebusnya.

"Bapak belum makan?"

"Kan, saya udah bilang bakal nungguin," jawab Pak Wis.

Dada Rayyan menghangat.

Di meja itu mereka berhadapan, duduk menyantap mi masing-masing.

Mug kucing dan mug bebe bersanding di satu meja yang sama. Keduanya berisi teh hangat.

Sunyi.

Hanya ada suara rintik hujan di luar jendela yang terus mengetuk.

Baik Rayyan maupun Pak Wis tak bicara selama mereka bersantap mi.

Anehnya hanya ada rasa damai.

Ganjil ketika kamu bisa duduk berdua dengan seseorang, saling diam, suara menyeruput, kecapan bibir, hanya sedikit pertukaran kata, sedikit mata mengerling tak sengaja ... tetapi kamu menikmati setiap detik momen itu. Kamu tidak bisa berhenti tersenyum meski sedang mengunyah dan suhu tubuhmu hangat meski di luar hujan.

Kedua piring sudah kosong, yang tersisa tinggal momen menyeruput teh dari mug masing-masing.

Rayyan memberanikan diri untuk menatap Pak Wis saat meneguk tehnya.

Pria itu sedang minum teh sambil menatap pemandangan di luar jendela. Hujan yang tadinya deras sekarang sudah rerintik. Sorot mata Pak Wis tampak sendu, mengikuti aliran air yang membercak pada dinding kaca. Entah bagaimana Rayyan pun merasakan Pak Wis juga menikmati suasana tersebut. Pak Wis nyaman duduk bersamanya dalam diam. Itu lebih dari cukup. Sangat cukup.

Sampai Pak Wis berujar rendah dan kalem, "Saya mau tidur dulu, ya, Mas Rayyan, terima kasih" yang kemudian dibalas Rayyan dengan nada yang juga rendah, seolah ia tak mau merusak suasana hening itu, "Selamat beristirahat, Pak. Sampai besok."

Pak Wis kembali ke ruang kerjanya, tidur di sofa empuk dan besar yang sudah dilapisi seprai.

Rayyan kembali ke kamarnya di lantai tiga yang sedikit berdebu, tidur di dipan yang tidak terlalu empuk, tetapi lebih dari cukup. Rayyan tidur dengan senyum menghiasi wajahnya, dalam mimpi pun tersenyum.

Tampan Berdasi (MxM)Where stories live. Discover now