Dasi 28

1.4K 193 76
                                    

Minggu ini berhasil up 2x, ya. Semoga minggu depan juga bisa up 2x rutin.

Selamat membaca!


"Saya tiga hari besok mau ikut outing kantor. Kita libur dulu live-nya, ya."

Sebelum tidur semalam, Rayyan sudah pamitan kepada para viewers setia. Izin break dari media sosial dulu. Checked.

Ransel Rayyan sudah diisi dengan pakaian dan perlengkapan outing, terutama kolor renang. Checked.

Sunblock kemarin sudah beli di Indomart. Checked.

Gitar. Checked.

Obat-obatan warung sudah masuk tas. Checked.

Pakaian dalam dibawa secukupnya. Deodoran dan parfum jangan lupa biar wangi terus. Checked.

Yang belum checked adalah kesiapan hati Rayyan. Semalaman ia sulit tidur. Biasa, kalau sudah terlalu excited Rayyan seperti ini, rebah bolak-balik di atas ranjang, sudah seperti telur mata sapi yang kedua sisinya overcooked di panci penggorengan. Pukul tiga alarm di iPhone-nya berbunyi. Dada Rayyan berdentum kecil menyambut hari.

Sebagai OB yang menginap di kantor, sudah pasti Rayyan harus bangun paling pagi, membuka pintu gerbang dan pintu depan, menyiapkan sarapan untuknya, Mang Tito, dan sopir kantor. Tiga bus sudah standby pada pukul empat pagi yang siap mengangkut seratus lima puluh karyawan PT Wisindo Translasi Nusantara. Kalau melihat dari rangkaian acara, mestinya karyawan berkumpul di kantor untuk persiapan keberangkatan pada pukul setengah lima pagi, tetapi sebagian karyawan sudah datang sejak pukul empat pagi. Banyak yang antusias juga ternyata. Pak Arian sudah datang, gayanya kasual dengan kaus putih bertuliskan "I Love Tempe". Mas Dicky tampil centil dengan celana pendek, mau ke pantai harus seksi, katanya. Mbak Sita dan Mbak Alina subuh begini sudah tampil full makeup. Keduanya pakai baju terusan dan pareo yang meneriakkan summer vacation. Mereka ber-selfie video dengan latar belakang bus, sengaja mengambil momen saat Rayyan lewat sambil mengangkut koper.

"Nah, ada si OB Ganteng! Mas Rayyan~ Mas Rayyan kuat banget ngangkat koper sebanyak ini!" puji mereka sambil ngomong ke arah kamera.

"Saya pernah jadi kuli angkut, Mbak." Rayyan terkekeh. "Mbak Sita dan Mbak Alina kopernya mana? Ada yang bisa saya bantu bawakan?"

"Punya mereka udah, Mas. Punya saya yang beluuum!" Mas Dicky yang menyahut. Dia menyerahkan dua travel bag yang berat, entah apa saja isinya. "Ini perlengkapan tempur saya. Tolongin, dong, Mas?"

"Perlengkapan tempur boti! Lebih rempong daripada cewek!" Mbak Sita mengejek, tertawa.

"Diem lo!"

Mang Tito dan Rayyan membantu mengangkut barang-barang karyawan ke bagasi bus. Setelah memastikan semua barang karyawan masuk, Rayyan menggendong gitar dan ranselnya masuk bus. Berikutnya, Rayyan memastikan kembali jumlah nasi kotak Hokben untuk sarapan, dus air mineral, dan snack sudah pas untuk setiap bus.

Pukul setengah lima, Pak Arian bertepuk. "Yang mau salat dulu sebelum berangkat, cus sekarang ke musala cepat! Kita berangkat sesuai jadwal jam lima, ya!" Pak Arian melirik ke arah Rayyan sebentar, nyengir dan berkata, "Watch out, Brutherrr. Eagle is comiiiiing."

Kurang lebih lima detik setelahnya, sebuah motor gagah memelesat masuk dari arah gerbang. Pak Wis memarkir motornya di pakiran, melepaskan helm full face hitamnya dengan cepat.

"Pagi, Pak!"

"Pagi, Pak Wis!"

Karyawan yang lewat menyapanya.

Tampan Berdasi (MxM)Where stories live. Discover now