Dasi 22

1.5K 235 127
                                    

Selamat Liburan panjang, selamat malam minggu~

Selamat menikmati chapter ini, ya. Semoga gak makin ambyar.

Btw ... coba itung udah berapa banyak lagu yang Rayyan bawakan di cerita TAMPAN BERDASI ini.




Sebuah jas licin tergantung rapi dengan hanger di belakang pintu kamar Rayyan.

Rayyan menatap jas itu hampir setiap hari sekarang, setiap bangun tidur pagi atau sebelum tidur malam.

Ini jas Pak Shouki Wisanggeni. Rayyan tahu.

Gimana bisa jas itu menyelimuti tubuhnya pada suatu malam? Saat ia ketiduran di sofa lobi kantor?

Rayyan bimbang, berpikir ia berhalusinasi, tetapi barang buktinya ada di sini.

Apa jangan-jangan ia berjalan sewaktu tidur, lalu tak sengaja nyolong jas Pak Wis karena terasa nyaman sebagai selimut?

Rayyan tertawa sendiri membayangkan keanehan itu.

Namun, lebih aneh lagi membayangkan Pak Wis yang datang sendiri dan menyelimuti ia dengan jasnya.

Tak masuk akal rasanya.

....

Untuk sementara, Rayyan membiarkan jas itu tetap tergantung hangat dan wangi di kamarnya yang kecil berdebu ini.

Suatu hari, setelah Pak Wis sudah lebih tenang, Rayyan akan datang mengembalikan jas itu. Bilang saja ia menemukannya terjatuh di koridor kantor, lalu ia cuci bersih.

Biarkan waktu menenangkan mereka semua.

Memang waktu adalah teman terbaikmu kala sedang sedih atau sakit. Berkawanlah dengan waktu supaya rasanya ia berjalan sangat cepat, lalu tinggal berharap segala yang sakit tinggal kenangan.

Khususnya untuk kamu yang patah hati. Daripada berlarut menunggu sakitnya luruh, biarkan waktu yang mengurus hingga sembuh.

Bagi Shouki Wisanggeni yang patah hati untuk kedua kalinya, ia mencoba berteman dengan waktu.

Sudah lewat dua minggu sejak Kanaka mengumumkan putus cinta, mengakhiri pertunangan. Hari-hari sulit di kantor yang membuat karyawan ingin menangis karena takut dibentak atasan yang emosian, kini mulai mereda. Syukurlah. Waktu membuat Pak Wis tidak berlama-lama berkabung dan marah, ia mulai tenang.

Suasana kantor sudah kembali efisien, meski Pak Wis belum terlihat senyumnya dan masih lembur setiap malam.

Setidaknya, pria itu sudah legowo berjalan melintasi ruangan karyawan dan mengangguk pelan saat disapa karyawan. Yang terpenting ia tidak mendelik ketus dan marah-marah lagi.

Dari sisi Kanaka Jayanti, Rayyan tak tahu. Hati wanita katanya jauh lebih dalam dan rapuh jadi Rayyan pun masih mengkhawatirkannya hingga kini.

Mas Ginting bilang Kanaka sedang healing, pergi jalan bersama sepupu-sepupunya ke luar negeri. Mau menghabiskan waktu di negara bersalju sampai hatinya beku, lupa sepenuhnya dengan cinta yang terpaksa ditinggalkan karena keadaan.

"Kana titip salam. Pokoknya dia pasti bikin konferensi pers soal Mas Rayyan yang disangka pelakor itu, eh pebinor. Ada-ada aja netizen! Geram kali aku." Mas Ginting mendengus kesal dari ujung telepon.

Rayyan tergelak. "Saya enggak masalah dengan itu, kok, Mas Ginting. Bilang ke Mbak Kanaka tenangin diri dulu aja. Santai."

"Berdasarkan kontrak yang kita buat, Mas Rayyan sebetulnya tinggal satu proyek lagi dengan KaJa Design. Foto buat koleksi celana sarung. Cuma Kana bilang koleksinya nanti mau dikirim ke kantor aja, biar Mas Rayyan bikin konten sendiri pake celananya. Waktunya bebas, enggak perlu jumpa kita. Habis itu Kana mau stop hire Mas Rayyan dulu, mau fokus sama lini makeup KaJa. Kek gitu kira-kira ... gapapa, kan, Mas Rayyan?"

Tampan Berdasi (MxM)Where stories live. Discover now