Dasi 8

2.7K 296 153
                                    

Surprise update malam ini.

Selamat menikmati.

Sehat-sehat ya semuanya.







Kak Rayyan.

Suara berat itu membangunkan Rayyan dalam tidurnya secara lembut. Kamar gelap. Rayyan bisa mendengar deru napasnya yang naik dan turun konstan, sampai perlahan-lahan ia merasakan dingin menggigiti kulitnya. Aneh, mestinya hanya ada kipas angin di dalam kamar OB-nya ini.

Rayyan menyadari alasannya kemudian.

Ia sedang rebah tanpa sehelai benang pun. Kedua tangan terikat simpul di atas kepala dengan sehelai dasi sutra dingin, pergelangan kaki juga diikat dasi—lebih banyak dasi.

Ada Pak Wis duduk di tepi ranjangnya. Sorot matanya sama seperti kemarin lalu, penuh kebencian yang dingin.

" ... Shouki?" Rayyan memanggil serak.

Di mata Rayyan saat ini, wajah Pak Wis sang CEO bertukar-tukar dengan wajah si bintang basket sekolah, Shouki Al Zaidan Wisanggeni, yang antusias dan selalu tersenyum baik padanya. Seseorang yang sering mengalihkan dunia Rayyan saat SMA.

Pak Wis membawa sehelai dasi panjang di tangannya dan dia berkata tenang, "Kak Rayyan suka dasi, kan?"

Rayyan tahu ini mimpi, tetapi dalam tiap mimpi buruk kamu pasti tak bisa bergerak, tak bisa kabur, tak bisa melawan saat Pak Wis—Shouki menindih tubuh polosnya di kasur dengan kekuatan. Tak hanya berat tubuh Pak Wis yang membuat Rayyan sesak, tetapi juga tangan-tangannya yang bergerak, bibir yang mencium, dan anggota tubuh Pak Wis memaksa Rayyan untuk membuka lebar. Adegan ini mirip video panas kesukaannya zaman sekolah. Ikat-mengikat dasi, saling tindih, submisif dikuasai yang agresif, ranjang berderit. Dulu Rayyan merasa panas hanya membayangkan video itu, tetapi hanya dingin yang kali ini terasa. Sakit, dingin, sesak, tubuh gemetar hebat.

"Shouki—Pak Wis—Lepasin saya."

"Bukannya Kak Rayyan suka?"

"Sakit—"

"Sakit? Enggak. Ini enak, kan? Saya tau kamu suka diginiin sama saya."

"Ampun, Pak—"

"Apa saya orang pertama yang bisa ngelakuin ini ke kamu?"

"Ampun—"

"Kamu enggak bisa kabur terus."

"Maafin saya, Shouki—Pak Wis—Maaf—"

Pak Wis tidak berhenti meski Rayyan memohon ampun. Ada dasi panjang di tangan Pak Wis. Dasi dengan motif mewah yang sama seperti yang dibelikan oleh Kanaka. Dasi itu dieratkan ke leher Rayyan. Mengikat, mencekik, mencekik sangat kuat Rayyan tak sanggup lagi menarik udara ke dalam parunya.

Ranjang terus berderit seiring dengan rintihan terakhirnya.

"Shouki—"

Dan begitulah caranya kabur dari mimpi buruk, kamu harus mati dulu. Setelah napas habis karena dicekik dasi, Rayyan terbangun dari mimpi itu sambil menyebut nama "Shouki". Terkesiap penuh keringat dingin.

Setelah terengah beberapa saat, Rayyan gemetar, terhuyung saat mau turun dari ranjang. Sekujur tubuhnya panas dan kepalanya berputar.

Demam tinggi.

"Suhu badan Mas Rayyan nyampe 38,9 derajat. Udah, Mas Rayyan istirahat dulu sehari ini," kata Pak Arian saat mengunjunginya di kamar pada pagi hari dengan sebuah termometer digital yang ditempelkan ke kening.

Tampan Berdasi (MxM)Where stories live. Discover now