Turunnya Wahyu serta Kedatangan Tak Terduga

19 1 0
                                    

Setelah kepergian Andi, tidak begitu lama. Hanya selisih 40 hari, Hasanah menyusul suaminya. Hasanah meninggal karena kanker hati yang sudah lama bersarang di tubuhnya, ini sangat mengejutkan ketiga anaknya. Sebab, selama ini Hasanah tidak pernah memberitahukan tentang penyakit itu pada siapapun termasuk anak dan suaminya. Mereka di makamkan berdampingan, sesuai permintaan Hasanah sebelum meninggal.

"Kak Azzam," tangis Nurhayati pada saat penguburan ibunya.

"Kuatkan hatimu, Nur. Inysa Allah, mereka berada disisinya pada tempat yang sebaik-baiknya. Ikhlaskan kepergian mereka, semoga Allah mengampuni dosa keduanya."

"Nur, meskipun ayah dan ibu sudah meninggal, kamu masih memiliki Kak Azzam dan Kak Salma," ujar Salma, istrinya Azzam.

***

Pada usia Rasulullah Saw. empat puluh tahun, suatu awal kematangan, dan ada yang berpendapat bahwa pada usia inilah para rasul diangkat menjadi rasul. Mulai tampaklah tanda-tanda nubuwah yang menonjol dalam kehidupannya. Di antara tanda-tanda itu adalah datangnya mimpi yang hakiki. Selama enam bulan mimpi yang beliau alami itu hanya menyerupai fajar yang menyingsing. Mimpi ini termasuk salah satu bagian dari empat puluh enam bagian dari nubuwah. Akhirnya pada bulan Ramadhan tahun ketiga dari masa pengasingan di gua Hira', Allah berkendak untuk melimpahkan rahmat-Nya kepada penghuni bumi, memuliakan beliau dengan nubuwah dan menurunkan Jibril kepada beliau sambil membawa ayat-ayat Al-Qur'an.

Setelah mengamati dan meneliti berbagai dalil dan referensi yang lain, maka memungkinkan bagi kami untuk membuat ketetapan tentang hari itu, yaitu pada hari Senin malam tanggal dua puluh satu di bulan Ramadhan, atau bertepatan dengan tanggal sepuluh Agustus 610 Masehi. Usia beliau saat itu genap empat puluh tahun lebih enam bulan dua belas hari menurut perhitungan kalender Hijriyah, atau tiga puluh sembilan tahun lebih tiga bulan dua puluh hari menurut perhitungan kalender Masehi.

Aisyah Radhiyallahu Anha, hendak meriwayatkan kepada kita tentang kisah kejadian ini, yang berbinar cahaya dari Allah, menyingkap tabir gelap kekufuran dan kesesatan, hingga dapat merubah jalan kehidupan dan meluruskan garis sejarah. Dia berkata, "Awal mula wahyu yang datang kepada Rasulullah Saw. ialah berupa mimpi yang hakiki di dalam tidur beliau. Beliau tidak melihat sesuatu di dalam mimpinya melainkan hanya sesuatu yang datang menyerupai fajar subuh. Lalu kemudian beliau paling suka mengasingkan diri.

Beliau menyendiri di gua Hira' dan beribadah di sana pada malam hari sebelum pulang ke keluarga dan mengambil bekal seperti bisaanya, hingga datang kebenaran saat beliau berada di gua Hira'. Malaikat mendatangi baliau dan berkata, "Bacalah!" Berikut ini penuturan beliau, "Aku tidak bia membaca."

Dia (malaikat Jibril) memegangiku dan merangkulku hingga aku merasa sesak. Kemudian melepaskanku, seraya berkata lagi, "Bacalah!" Aku menjawab, "Aku tidak bisa membaca." Dia memegangiku dan merangkulku hingga ketiga kalinya hingga aku merasa sesak, kemudian melepaskanku, lalu berkata; "Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantara al-qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Al-'Alaq: 1-5).

Rasulullah Saw. mengulang bacaan ini dengan hati yang bergetar, lalu pulang menemui Khadijah bin Khuwailid, sambil berkata, "Selimutilah aku, selimutilah aku!" Maka beliau diselimuti hingga badan beliau tidak menggigil seperti terkena demam. "Apa yang terjadi padaku?" Beliau bertanya kepada Khadijah. Maka dia memberitahukan apa yang baru saja terjadi. Beliau bersabda, "Aku khawatir dengan keadaan diriku sendiri".

Khadijah berkata, "Tidak. Demi Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakanmu selamanya, karena Engkau suka menyambung tali persaudaraan, ikut membawakan beban orang lain, memberi makan orang yang miskin, menghormati tetangga dan menolong orang yang menegakkan kebenaran."

BELENGGU CINTA NURHAYATI (end)Where stories live. Discover now