Kehancuran Nurhayati

59 3 0
                                    


"Apa yang harus aku dengarkan? Apa seminggu tidak ada kabar bukanlah sebuah jawaban?"

"Tapi semua tidak seperti yang kamu pikirkan."

"Aku berusaha menjaga perasaanmu, membiarkan diriku menahan sakit sendiri. Sedangkan kamu, tidak pernah berusaha menjaga perasaanku," ucap Nurhayati.

"Kamu tahu, seminggu yang lalu sebelum kamu menelpon, dokter menyatakan aku keguguran? Aku sakit, aku terluka karena kehilangan anak keduaku. Tapi aku tidak berpikir sedikitpun untuk mengabari ini sebelum kamu kembali, aku masih memikirkanmu dan perasaanmu. Sedangkan kamu, sedikit saja tidak pernah memikirkan bagaimana aku di sini. Seminggu lamanya tanpa kabarmu, kamu pikir itu tidak menyakitkan menahan sakit sendirian?" lanjutnya dengan isak tangis yang tidak mampu lagi ia tahan.

Furqon sangat terkejut mendengar kabar keguguran yang dialami Nurhayati. Dia tidak berpikir bahwa istrinya akan menyembukan kabar yang sangat penting ini. Andai hari itu Nurhayati langsung mengabarkan ini padanya, tentu Furqon akan segera pulang tanpa menemui Hasan terlebih dulu hingga masalahnya tidak serumit ini.

"Kamu keguguran? Kenapa tidak memberitahukan ini padaku?"

"Karena aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu, tapi kamu. Kamu..." Nurhayati menjatuhkan tubuhnya ke lantai sambil terisak tangis.

"Nur, aku..."

"Kamu kenapa? Aku tidak percaya lagi dengan kata-katamu, janjimu dulu sudah kamu ingkari. Kamu berjanji tidak akan menikahi wanita lain, dan berulang kali aku mempertanyakan itu jawabanmu tetaplah sama. Sekarang, janji itu telah kamu nodai dengan pengkhiatan ini. Aku masih sehat Bang, aku tidak mandul dan masih sanggup mengurusimu dan rumah ini."

"Nur, aku akui ini kesalahanku, tapi bukan begini caranya kamu mengacuhkan aku."

"Apa? Aku mengacuhkanmu? Bukankah ini salahmu yang telah mengkhianati janji suci pernikahan kita? Salahku apa, Bang? Aku menyadari tidak bisa memberikanmu kebahagian, aku gagal menjadi ibu. Tapi bukan ini caramu melarikan diri dari kesalahan ini, aku tahu setelah dua tahun pernikahan ini pasti merasakan kejenuhan. Dan aku sudah dua kali gagal menjaga calon anak kita, inikah caramu membalas semua yang sudah aku korbankan hidup bersama kamu."

Wanita mana yang hatinya tidak hancur diduakan oleh suaminya. Entah apapun alasan Furqon menikah dengan Hanum, tetap saja itu tidak bisa diterima oleh Nurhayati. Hatinya sudah dibuat hancur berkeping, untuk bisa mengembalikan kepingan itu tidak cukup dengan kata maaf saja.

"Nur, ini salahku, aku tahu itu. Akan tetapi, tolong dengarkan aku."

"Tidak ada yang perlu aku dengarkan lagi, aku hanya ingin agar kamu melepaskan ikatan pernikahan ini."

Sambil memegang dadanya, Nurhayati berusaha menahan sakit yang tidak tertahankan lagi dalam tubuhnya. Dia merasakan sesuatu yang sesak dan menyakitkan, sebelumnya tidak pernah merasakan hal ini.

"Nur, kamu kenapa?"

"Aku baik-baik saja, lebih baik kamu pergi saja."

"Nur, tolong. Biarkan aku membawamu ke rumah sakit, aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu."

"Aku bisa tanpamu, pergilah dari sini. Tinggalkan aku sendirian, tolong!"

"Berikan aku kesempatan, aku mohon."

Suara pertengkaran hebat mereka terdengar jelas oleh Maudy dan Fahmi, keduanya terbangun dan berjalan ke kamar Nurhayati. Awalnya hanya akan melihat situasi saja, tetapi pertikaian hebat itu semakin panas ditambah dengan isak tangis Nurhayati.

"Nurhayati, Furqon, ada apa dengan kalian?" tanya Fahmi yang berusaha mendamaian keduanya.

"Fahmi, tolong jelaskan padanya bahwa aku ingin berpisah darinya."

BELENGGU CINTA NURHAYATI (end)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin