Kedatangan yang Menyakitkan

49 4 0
                                    

Seminggu sudah Furqon tidak kembali setelah hari yang dijanjikan itu, tetapi Nurhayati masih setia menantinya di rumah. Meski hatinya khawatir dan takut, ia yakin bahwa Furqon akan kembali. Semakin dipikirkan, kondisi Nurhayati semakin menurun dan sakit-sakitan.

Hari itu, dia hendak ke dapur untuk mengambil minuman. Akan tetapi, karena kondisi tubuhnya melemah, dia terjatuh dari tangga. Beruntung, hari itu Maudy berkunjung untuk melihat kondisi Nurhayati. Dia ingin memastikan kondisi Nurhayati baik-baik saja.

"Nurhayati," pekik Maudy seraya menghampirinya

"Maudy," desisnya seraya meringis kesakitan menahan rasa sakitnya.

"Kamu sedang sakit, tapi kenapa tidak tinggal di rumah kak Azzam saja? Aku sangat mengkhawatirkanmu."

"Tidak, aku baik-baik saja."

"Dalam keadaan lemah kamu masih mengatakan baik. Lagi pula, ini sudah lebih dari seminggu, apakah Furqon belum kembali juga?"

"Aku hanya sedikit pusing, nanti juga akan sembuh. Bang Furqon masih ada pekerjaan, dia sudah mengabariku perihal ini. Sudahlah, kamu jangan berlebihan."

Maudy tidak percaya dengan ucapan Nurhayati, dari raut wajahnya terlihat jelas sangat pucat dan tubuhnya terlihat lemah. Kali ini, Maudy akan memaksa Nurhayati untuk dilakukan pemeriksaan ke rumah sakit.

"Kamu sudah hampir seminggu di rumah, sampai tidak pergi ke rumah singgah. Kamu harus banyak istirahat, kita ke rumah sakit saja sekarang."

"Tidak Maudy, semuanya akan baik-baik saja."

"Nur, kamu jangan memaksakan diri begini. Aku tidak menyangkan Furqon bisa mengingkari janjinya, sampai hari ini tidak ada kabar," ucap Fahmi kesal.

"Sudahlah, kalian pulang saja. Aku akan istirahat, besok kalau bang Furqon tidak pulang aku pergi ke rumah kak Azzam."

"Aku tidak bisa membiarkmu sendirian dalam kondisi begini, aku akan di sini sampai Furqon ada di rumah ini," ujar Maudy.

"Tidak Maudy, kamu tidak bisa meninggalkan Fahmi dan Fathir. Aku baik-baik saja, kepalaku hanya sedikit pusing dan setelah minum obat nanti aku akan kembali pulih."

"Tidak Nur, Maudy benar. Kami akan menginap sampai Furqon pulang, lagi pula Fathir di tempat neneknya," ucap Fahmi menimpali.

"Iya baiklah, terserah kalian. Aku permisi ke belakang untuk menyelesaikan pekerjaan, nanti kalau ada perlu apa-apa kalian ambil saja," ucap Nurhayati sambil meninggalkan keduanya.

Seperti juga Nurhayati, begitu pula dengan Maudy yang tidak bisa dicegah setiap ingin melakukan sesuatu. Apalagi, ini bukan bertujuan meminta persetujuan, melainkan paksaan keduanya. Entah Nurhayati menyetujuinya ataupun tidak, mereka tetap melakukan apa yang seharusnya dilakukan.

***

"Nak, pulanglah! Istrimu pasti sedang menunggumu dan mencemaskannmu, bagaimanapun juga dia adalah seseorang yang telah memberikanmu ketenangan," pesan Kiayi Kholidi kepada Furqon.

"Saya tidak sanggup pulang ke rumah, Kiayi," jawab Furqon.

"Kenapa?"

"Saya tidak bisa melihat air mata dan kemarahannya."

"Keputusan yang kamu ambil itu ada konsekuensinya dan kamu harus menerima setiap konsekunsi itu. Kamu suka atau tidak, itulah yang harus kamu hadapi. Ingat! Masalah itu dihadapi, bukan dihindari."

"Apa yang akan saya katakan pada Nurhayati?"

"Katakanlah yang sejujurnya, ini ada tiket untuk keberangkatan kalian."

BELENGGU CINTA NURHAYATI (end)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ