Part 10 : Cuek, tapi Peduli

20 5 0
                                    

Balqis berjalan sambil terus mengingat apa yang Rara katakan. Sungguh dia kesal sekali atas ucapan Rara padanya. Memang sebelum orang menikah harus dilihat bibit dan bobotnya terlebih dahulu, tetapi Rara tidak harus menyindiri dia seperti itu. Apa salahnya berasal dari keluarga yang bukan Kiyai? Pernikahan ini pun bukan semata-mata atas keinginan dia atau keinginan orang tuanya. Orang tuanya hanya menerima lamaran dari Pak Kiyai. Selain itu, memang takdirlah yang menggariskan jalan hidupnya seperti ini.

Gus Afdhal yang baru saja selesai mengikuti rapat dengan pengurus pondok mendengar perdebatan Balqis dan Rara dari Zaki.

"Aku akui istrimu. Aku pikir dia orang yang pendiam ternyata tidak. Istrimu sudah kaya harimau, kalau lagi diam jangan diganggu, karna sekali diganggu akan diterkam. Bedanya istrimu menerkam dengan kata-katanya yang tajam," ucap Zaki sambil tertawa pelan.

"Bukan kata-katanya yang tajam, tapi Balqis memang tipe orang yang langsung berterus terang. Jika terus dipancing, apa yang ada diisi kepalanya akan dia keluarkan semua."

"Ciee, yang sudah hafal sifat istrinya?" Zaki menyenggol bahu Gus Afdhal.

Entahlah Gus Afdhal tidak tahu apakah itu bisa dibilang sudah hafal sifatnya Balqis atau tidak. Namun, itu yang Gus Afdhal amati.

"Tapi bukannya sama saja, ya?" tanya Zaki lagi.

Gus Afdhal tidak lagi perduli dengan pertanyaan Zaki. Ia justru mengkhawatirkan Balqis apalagi sedari tadi Balqis tak mengangkat telponnya. Balqis adalah orang yang sedikit sensitif. Ia takut apa yang dibilang Rara menyakiti hati Balqis apalagi membahas persoalan latar belakang.

Secuek-cuek Gus Afdhal pada Balqis, bukan berarti ia tak memperhatikan emosional gadis yang sudah menjadi istrinya ini.

"Orang belum selesai bicara, sudah main pergi saja," gerutu Zaki yang ditinggalkan sendiri.

Gus Afdhal mencari Balqis di rumah, ia sempat menanyakan abdi ndalem. Lalu, salah seorang abdi ndalem memberitahunya bahwa Balqis menuju ke masjid.

Setelah tiba di masjid, Gus Afdhal langsung meminta salah satu santriwati untuk memanggil Balqis.

Balqis keluar dengan wajah bekas sajadah.

"Ada apa?" tanya Balqis saat dia sudah berada di depan Gus Afdhal.

Gus Afdhal memperhatikan wajah Balqis.

"Kamu abis tidur?" Balqis mengangguk.

"Aku ketiduran gara-gara nonton drakor," ucap Balqis polos.

Meski sia-sia saja mengkhawatirkannya, tapi seketika hati Gus Afdhal jadi tenang. Syukurlah, dia bukan lagi menangis melainkan tidur.

"Dasar mata ayam!" seru Gus Afdhal berbalik berjalan mendahuli Balqis.

"Tidur itu adalah ibadah Gus. Masa Gus tidak tahu, sih." Gus Afdhal hanya mengangguk.

"Drakor itu apa?" tanya Gus Afdhal tiba-tiba.

Balqis berhenti membuat Gus Afdhal juga ikut berhenti.

"Kenapa?" tanya Gus Afdhal lagi.

Balqis mengeryitkan keningnya. "Gus tidak tahu apa itu drakor?"

Cinta di Penghujung Ramadhan (Revisi)Where stories live. Discover now