11

18.3K 1.8K 28
                                    

Hari demi hari yang Gerlad lakukan hanyalah melakukan aktivitas kewajibannya dengan tidak ada minat.

kabar perginya Anastasia secara diam-diam membuat dia tidak mengerti bagaimana jalan pikir Anastasia.

Padahal kan, hidup di istana lebih terjamin dan aman daripada diluaran sana, mengapa dia lebih memilih pergi?

Sampai saat ini pemikiran itu masih belum terjawab. Gerlad tidak bisa melupakan bukan sekedar dia sudah tahu dan lumayan dekat dengan  Anastasi. tapi, juga mendengar ibunya akan membunuh Anastasia juga membuat pikirannya semakin kusut.

Masalah orang dewasa sangat aneh, pikirnya.

"Yang mulia, ada kiriman surat dari Anak Duke Hector, Tuan muda Jayden." Salah satu Ksatria menghampiri Jayden dengan setengah berlari.

Gerlad menoleh pada surat yang telah disodorkan untuknya, mengambil lalu membuka surat itu dengan perlahan.

Tulisan disuratnya hanya sedikit, tetapi Gerlad memandang lama kertasnya, berpikir lumayan lama dan akhirnya dia punya kata untuk membalas.

"Tunggu disini, aku akan mengirimkan balasan."

Jayden mengambil kertas dan tinta pulpen lalu mulai menulis dengan sangat cepat, seperti takut jika tidak ditulis maka kata-kata yang dia susun didalam benaknya akan hilang.

Beberapa menit telah berlalu, kini Gerlad memandang balasan suratnya dengan teliti, lalu menyerahkannya pada Ksatria.

"Kirim ke kediaman Duke Hector."

"Baik, yang mulia Putra Mahkota." Ksatria membungkuk hormat dan pamit undur diri.

Gerlad berhenti sejenak saat melihat Javier pergi dengan tergesa-gesa, raut wajahnya pun tidak bersahabat.

Dengan penasaran Gerlad mencoba mendekati Javier untuk mengetahui apa yang telah terjadi.

"Ada apa? Kenapa berlari?" Tanya Gerlad beruntun menghadang langkah Javier.

Javier dibuat terhenti dan menatap Gerlad dengan ekspresi tegang, berusaha setenang mungkin padahal ketegangan itu tetap bisa dilihat oleh Gerlad.

"Javier, jawab aku." Paksa Gerlad.

"Bukan hal penting Putra Mahkota, ini hanya sebuah pekerjaan mendesak saya. " Jelas Javier, mencoba tidak membuat Gerlad berpikir lebih jauh dan menebak-nebak.

Gerlad menatap mata Javier, lalu mengangguk sebagai kepahaman "baiklah, maaf menganggu mu."

Gerlad tidak bisa menjelaskan jika Javier sedang berbohong apa tidak, karena dia dan Javier jarang bertemu dan tidak bisa menebak prilaku Javier.

"Tidak apa Putra Mahkota, saya undur diri." Hormat Javier lalu kembali bergegas meninggalkan Gerlad yang masih berdiam diri.

•••

Sejak sehabis keluar dari ruangan Ayahnya, Jayden sama sekali tidak keluar kamar dan tidak mau diganggu siapapun, bahkan kakaknya Keenan.

Jayden sibuk menyusun strategi agar terbebas dari pilihan ayahnya, sebenarnya tidak ada yang salah dari semua foto-foto gadis itu, cantik, anggun, dan pintar.

Hanya saja itu tidak membuat Jayden terketuk dan enggan menjalin hubungan, karena menurutnya merepotkan dan juga harus bertanggung jawab akan semuanya, Jayden tidak mau.

Dia masih menikmati hidupnya yang sekarang.

"Jayden, semakin kau mengurung diri semakin Ayah akan memaksamu." Suara Keenan dari luar kamarnya terdengar masuk hingga ke telinga Jayden.

the mother of the king's sonWhere stories live. Discover now