Chapter 3 - Jiwa yang Berpindah

8.4K 937 7
                                    

-ˋˏ ༻HAPPY READING༺ ˎˊ-
♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡


Maury menarik tangan El menuju halaman depan, di luar banyak anak-anak yang sedang bekerja membersihkan halaman. Mereka nampak senang melihat El setelah seminggu jatuh sakit dan hanya berbaring di ruangan itu.

"Bawa rotan ke sini!" teriak Maury memberi perintah pada salah satu pengurus yang mengawasi anak-anak.

Pengurus itu bergegas mengambil rotan yang ada di dalam gudang. Mendengar benda tersebut disebutkan membuat anak-anak ketakutan.

El melirik anak-anak yang saling memeluk ketakutan. Joe terlihat muncul dari dalam panti dengan tergesa-gesa.

"El," panggilnya pelan namun El dapat mengerti gerakan bibir Joe.

El tersenyum untuk menghilangan kepanikan Joe, tetapi hal itu justru membuat Joe semakin panik. Seorang pengurus panti kembali sembari membawa rotan di tangannya.

"Ini Nyonya," ucapnya sambil memberikan rotan itu pada Maury.

Maury mengambilnya, ia menatap tajam anak-anak yang berada di luar panti. "Ini akan menjadi contoh bagi kalian yang berani melawanku!" teriaknya.

Pak

Rotan ia pukulkan pada tangan El, El menutup matanya meringis kesakitan. Ia kembali membuka mata menatap Maury dengan tajam. Tatapan tajam El membuat Maury tersentak kaget. Ia belum pernah melihat tatapan tajam dari El.

"Beraninya kau menatapku seperti itu!"

Pak

Pak

El tetap menatap tajam Maury, tak peduli dengan pukulan yang ia dapat di seluruh tubuhnya. Tangan kecil El terkepal dengan kuat, ia menahan rotan yang hendak memukulnya membuat Maury kembali terkejut.

"Lepaskan!" Maury menarik rotannya kembali hingga terlepas dari tangan kecil El.

Pak

Pak

"El ...." lirih Joe menangis melihat El dipukul terus-menerus oleh Maury.

"Kak El ... aku tidak bisa membantu Kakak ... hiks ... hiks ...." seorang anak kecil berusia 6 tahun menangis terisak melihat kekerasan yang didapat El.

"Berhentilah menangis!" bentak seorang pengurus sembari memukul tangan anak tersebut.

Mendengar pengurus itu membentak seorang anak kecil yang tak bersalah membuat El semakin marah. Seketika warna matanya berubah menjadi merah, di sekeliling tubuhnya memancarkan cahaya hitam menyelimutinya.

El menghentikan rotan yang mengarah ke arahnya membuat Maury tersentak. Aura kemarahan yang terpancar dari El menekan Maury membuatnya berlutut di depan El.

"Ukh! A-apa ini?" Maury merasakan sakit pada lututnya, tekanan yang diberikan El membuatnya sulit untuk bergerak.

Tak hanya Maury, orang-orang di sekitar juga mendapat tekanan dari El. El menatap tajam mata Maury, ia mendekat mengangkat wajahnya.

"Kau ... beraninya kau menyakiti anak tak bersalah sepertinya," desis El tajam.

Maury tersentak dengan bola mata membulat, tenggorokannya tercekat, sulit untuk mengeluarkan sepatah kata. "Ukh! I-itu bukan aku!" bantah Maury dengan susah payah.

Putri Duke : Elisabeth Abrail Frederick (TERBIT)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora