Chapter 32 - Anak Rendahan

1.3K 99 0
                                    

-ˋˏ ༻TO BE CONTINUED༺ ˎˊ-
♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡


"Rupanya kalian mengenalku. Aku pikir, manusia rendahan seperti kalian tidak bisa membungkuk menghormatiku," ucap Putra Mahkota menghina Elisa dan Axelle.

Elisa dan Axelle terkejut, keduanya menghela napas panjang. Aahh ... keluarga kerajaan, ucap keduanya dalam hati.

Elisa dan Axelle hendak berjalan menuju kereta kuda sepeninggal Cardinal Henry, tak diduga Putra Mahkota menghampiri keduanya dengan wajah angkuh.

"Saya mendapat ajaran yang baik dari Marchioness Edicken mengenai etika yang ada di kekaisaran ini, Yang Mulia," sahut Elisa tenang.

Ketenangan Elisa membuat Axelle tersenyum bangga, biasanya gadis seusia Elisa akan menangis dan memilih untuk pergi. Axelle tahu Elisa berbeda dari gadis lainnya, namun sikapnya selalu membuat Axelle terkejut.

"Oh, benarkah? Aku pikir di kastil monster itu tidak mendapat pelajaran yang baik," ucap Putra Mahkota semakin mecemooh Elisa.

"Anda salah, Yang Mulia."

Putra Mahkota mendengus kesal, ia melirik Axelle yang berdiri di samping Elisa. "Yah, meski begitu aku tidak menyangka kau akan membawa seorang pria ke kediamanmu tanpa status yang jelas."

"Beliau adalah tamu terhormat kami, Yang Mulia," sahut Elisa masih bersikap dengan tenang.

"Terhormat? Yang aku lihat hanya seorang anak rendahan tidak tahu diri, apanya kata terhormat itu?" sindir Putra Mahkota.

"Itu karena Anda tidak mengenalnya, Yang Mulia," jawab Elisa lagi.

"Heh! Apakah dia bisu? Sedari tadi hanya kau yang menjawabku," tanya Putra Mahkota dengan senyum licik di wajahnya.

"Tidak, Yang Mulia. Saya hanya merasa tidak sopan jika menyela ucapan Anda," jawab Axelle.

"Kupikir kau bisu karena diam seperti tadi. Kau punya sopan santun juga, ya."

"Tidak sepertimu," gumam Axelle.

"Apa kau bilang?" tanya Putra Mahkota yang samar-samar mendengar ucapan Axelle.

"Dia tidak mengatakan apapun, Yang Mulia," jawab Elisa. "Apakah Anda hendak berdoa, Yang Mulia?"

"Tidak. Aku ke sini untuk memberi sumbangan, kalian mana mungkin melakukan itu," jawab Putra Mahkota dengan diselingi cemoohan.

"Tetapi, saya dengar kuil suci tidak menerima sumbangan. Apakah Anda menyumbang dengan niat memiliki pendukung?" tanya Elisa sembari tersenyum.

"Apa yang kau tahu tentang itu? Kau hanya anak rendahan yang berasal dari panti asuhan tidak tahu mengenai politik kekaisaran!" ujar Putra Mahkota dengan nada tinggi.

"Sepertinya saya pernah mempelajarinya bersama Tuan William," kata Elisa dengan ekspresi berpikir.

"Yah, mungkin kau tahu. Tapi, anak itu tidak tahu bukan?" Putra Mahkota menatap Axelle dengan sinis. "Memangnya dia tahu apa? Dia hanya menjadi beban di keluarga Frederick, dia hanya bisa memakai barang mewah tapi tidak melakukan pekerjaan untuk balas budi."

"Anda tidak mengenal saya, jadi sebaiknya Anda berhenti menilai saya," tegas Axelle.

"Kenapa? Apa kau merasa tersinggung, anak rendahan?"

"Maaf, Yang Mulia. Kami harus segera kembali," sela Elisa, ia tak ingin lebih lama lagi meladeni Putra Mahkota.

"Kau berniat mengabaikan aku?"

Putri Duke : Elisabeth Abrail Frederick (TERBIT)Where stories live. Discover now