Chapter 17 - Aku Takut Sendirian

6K 656 20
                                    

-ˋˏ ༻HAPPY READING༺ ˎˊ-
♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡♡ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ·͙*̩̩͙˚̩̥̩̥*̩̩̥͙·̩̩̥͙*̩̩̥͙˚̩̥̩̥*̩̩͙‧͙ °̩̥˚̩̩̥͙°̩̥ ♡

Elisa kehilangan kendali atas kekuatannya, ia tidak bisa mengendalikan Tekanan Kematian sehingga membuat kehidupan di mansion menghilang.

Duke Aillard baru saja tiba di mansionnya, ia terkejut saat suasana mansion berubah. Duke Aillard merasakan aura yang kuat.

"I-ini ... tidak mungkin," ucap James sama terkejutnya saat melihat tumbuhan di mansion mengering serta membusuk.

Kereta kuda berhenti, orang-orang yang berada di luar tidak merasakan tekanan yang kuat. Duke Aillard bergegas masuk ke dalam mansion, ia terkejut melihat sang putri telah berubah.

Mata merah dan rambut hitam dengan cahaya hitam keluar dari tubuhnya. Elisa nampak sangat marah dan membenci pria yang berlutut di depannya.

"Haaa ... rupanya seekor tikus mengganggu putriku," ucapnya sambil berjalan masuk.

Yang Mulia! Syukurlah Anda kembali dengan cepat, batin Teon bersyukur.

"Elisa, kenapa kau marah?" Duke Aillard menggendong Elisa, asap hitam yang keluar dari tubuh Duke Aillard meredam kekuatan Elisa.

Semua kembali seperti semula, kekuatan Elisa menghilang kembali masuk ke dalam tubuhnya. Tatapan Elisa masih menatap Baron Barnum dengan tajam.

"Apa yang dia katakan padamu?" tanya Duke Aillard lembut.

Elisa terdiam, rambut hitamnya perlahan berubah ke warna semula begitupun dengan warna matanya.

"Yang Mulia, saya mohon maaf atas apa yang terjadi," ucap Teon sembari tetap berlutut.

"Aku menunggu penjelasan darimu, bawa pria itu dan kurung dia!" Duke Aillard berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Elisa.

Setibanya di kamar, Duke Aillard membaringkan tubuh Elisa yang terkulai lemas. Duke mengusap lembut rambut Elisa.

"Kau membuat Ayah takut," ucap Duke Aillard lantas ia mencium kening Elisa. Rambut dan matanya sampai berubah seperti itu, untung saja aku pulang tepat waktu.

Duke Aillard hendak meninggalkan Elisa, namun tangan kecil Elisa memegangnya mencegah Duke Aillard untuk pergi.

"J-jangan pergi ... a-aku takut sendirian ...." lirih Elisa dengan tak sadarkan diri, mata biru Elisa terpejam dengan rapat. Hanya deru napas Elisa yang terdengar beraturan.

"Elisa ... Ayah akan segera kembali, jangan khawatir." Duke Aillard tersenyum seraya melepaskan tangan kecil Elisa dari lengannya.

Lantas Duke Aillard keluar dari kamar Elisa, ia meminta Berry menemani Elisa di dalam kamar. Duke berjalan menemui Teon dan Baron Barnum.

"Apa yang dia lakukan sehingga Elisa begitu marah padanya?" tanya Duke Aillard begitu ia tiba di ruangan tempat mengurung Baron Barnum.

"Baron Barnum menghina Nona dan Anda Yang Mulia, Nona marah mendapat hinaan dari Baron," jelas Teon sembari berlutut.

"Wajar bagi Nona untuk marah, selama ini Nona selalu tersiksa di panti asuhan," ucap James.

"Beraninya bangsawan rendahan sepertinya menghina putriku!" hardik Duke marah.

"Baron juga memaksa Nona untuk dijadikan selirnya," tambah Teon.

"Apa?" pekik James kaget. "Bagaimana bisa dia menjadikan anak kecil sebagai selir?"

Putri Duke : Elisabeth Abrail Frederick (TERBIT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz