Bab 1

346 73 16
                                    

Ketika kakinya menginjak area pekarangan yang luas, pertama kali yang mampu menarik perhatian Sasuke adalah persiapan acara yang dilakukan.

Rencana kedua keluarga besar malam ini adalah si pihak lelaki yang mengajukan lamaran kepada pihak perempuan. Walaupun Sasuke lakukan dengan ogah-ogahan, nyatanya tak ada pilihan lain selain tetap menghirup udara di sekitar mansion Hyuuga.

"Jadi, kita bisa melakukannya di tanggal 30 hari Minggu besok. Kami akan menyiapkan semuanya."

Ucapan Madara itu ditanggapi hangat oleh Hiashi. "Kami bisa membantu dengan konsumsi. Hinata sudah menjadi langganan toko Florist Bakery sejak lama. Jadi reservasi bisa dilakukan dengan mudah."

"Oh, aku juga sering membeli tiramisu di sana. Jangan lupa masukkan tiramisu ke menu dessert ya." Mikoto menambahi dengan semangat.

"Untuk dekorasinya, aku bisa membantu, Bibi."

Sekian banyaknya orang yang menanggapi gembira tentang acara di Minggu besok, mungkin hanya dirinya yang berpenampilan jelek dengan wajah mengerut jengkel.

Mata onyxnya yang tajam pun menyorot ke arah gadis di depannya. Dengusan tak kuasa Sasuke sembunyikan. Agaknya ada yang semangat dengan acara pertunangan mereka.

"Paman, bisakah aku berbicara dengan Hinata?" Sasuke bertanya dengan tiba-tiba.

Semua orang menatapnya. Termasuk calon istrinya yang memiliki pendar merah di kedua pipinya.

"Tentu saja! Itu bagus untuk pendekatan kalian berdua!" Hikari menanggapi dengan antusias.

Mendapat persetujuan, Sasuke melirik gadis itu sekilas. Memberikan sinyal untuk mengajaknya bicara di teras rumah yang mampu membuat mereka terisolasi dari kedua keluarga.

Sasuke menghentikan langkahnya di sebelah kolam ikan. Sebuah tiang lampu dengan bentuk sangkar burung menyinari tempat mereka sekarang berdiri.

Sejak gadis itu menghentikan langkahnya, Sasuke membalikkan badan. Menjulang tinggi di hadapan gadis itu dengan raut wajah datar yang tak berniat ia sembunyikan.

"Kau, yang meminta bukan?" sinisnya tanpa basa-basi.

Hinata tak bisa menutupi rasa terkejutnya. Gadis itu seketika menunduk dan menggerakkan kedua kakinya tidak nyaman.

"T-tidak."

Mendengarnya, mata Sasuke seketika menyipit kesal.

Semenjak ia masuk ke perguruan tinggi, kehadiran gadis ini kerap ia temui di sekitarnya. Walaupun ia acuh terhadap lingkungan sekitar, gerak-gerik gadis di hadapannya ini cukup membuatnya muak. Jengkel. Terlebih lagi dia terlalu bodoh untuk menyadari bahwa apa yang dia lakukan terlalu terang-terangan.

Sasuke terlahir bukan tanpa IQ yang tinggi. Ia cukup tahu jika gadis di hadapannya ini menyimpan rasa untuknya ditilik dari sikap mengesalkan yang kerap dia lakukan.

Sasuke berdeham pelan, menatap pohon besar di luar pagar saat angin tiba-tiba berhembus kencang.

"Dengar. Aku bukanlah orang yang lembut. Lupakan perasaanmu jika kau ingin hidup dengan damai."

Ia menoleh ke gadis itu kembali. Menyorotnya dengan tajam yang dibersamai dengan gertakan giginya. "Jika kau tak ingin merasakan rasa sakit di sepanjang hidupmu."

"Hubungan yang dibangun antara Uchiha dan Hyuuga hanya sekedar bisnis. Dan aku tak akan membuang kesempatan terkecil hidupku untuk berpaling pada wanita sepertimu."

"Bahkan sesempurna apa pun kau di mata semua orang, itu tak cukup untuk membuatku jatuh kepada wanita rendahan yang hanya bisa merengek dan menangis jika ucapannya tak dituruti."

Wrong Between UsWhere stories live. Discover now