Bab 7

185 48 2
                                    

"Hari ini hari yang buruk?"

Sakura bertanya sembari memandangi kuatnya arus yang menggempur bebatuan dari jembatan.

Tak ingin lagi kembali ke Arbiter of Light, gadis itu memilih berhenti di sebuah jembatan besar. Tak asing memang, apa lagi kerap Sasuke gunakan sebagai jalan alternatif ke apartemennya.

Sasuke kembali menjilat es krimnya sebelum mendengus pelan. Yah, es krim matcha juga tak terlalu buruk. Pahitnya pas di lidah dan manisnya tak terlalu kentara untuk Sasuke yang tak terlalu suka makanan manis.

"Hn."

Sakura meliriknya sekilas. "Ingin bercerita?"

Ia terdiam sejenak. Sepersekon detik kemudian menggeleng pelan. Jika Sakura tahu permasalahan antara dirinya dengan Naruto, kemungkinan besar gadis itu memilih menjauhinya. Atau lebih buruk menjauhi mereka berdua.

Sebagaimana jawaban yang Sakura berikan atas pertanyaan yang dilontarkan Naruto siang tadi, sehingga Sasuke memilih diam tak berkutik.

"Sakura-chan, jika kau melihat dua pria sedang berkelahi hanya karena seorang perempuan, kau akan bagaimana?"

Sakura terlihat terpaku sejenak, lalu menyunggingkan senyum tipis.

"Jika aku gadis itu, aku lebih baik memilih pergi. Bagiku, persahabatan adalah hubungan yang lebih penting dari pada sebuah romansa."

"Sasuke-kun? Kau melamun."

Sentuhan pelan di bahunya menyadarkan Sasuke dari pikirannya. Lelaki itu mengerjap pelan sebelum membalikkan seluruh tubuhnya ke arah Sakura.

"Ya. Banyak yang kupikirkan," ujarnya dengan nada pelan.

Sakura terlihat mengernyit. Sejurus kemudian ikut membalikkan badan ke arahnya dan menyenderkan tubuh ke pagar jempatan. Rambut gadis itu berantakan karena diterjang angin, namun senyum di bibirnya tetap tersungging dengan manis.

"Bagaimana jika kita melakukan sebuah permainan?" tanya gadis itu dengan sebelah alis terangkat.

Sasuke memposisikan dirinya kembali, dengan nyaman balas menatap sorot menantang dari gadis di hadapannya.

"Tentu."

Sakura menyeringai lebar. Tangannya terangkat, meminta untuk saling berjabat tangan.

Melihat niatnya, Sasuke tanpa pikir panjang menggenggam tangan mungil itu.

"Baik. Aku akan menjelaskannya."

"Kita akan melakukan sebuah permainan, yang kusebut dengan 'fiv-five teen'. Kau harus mengatakan 15 rahasia milikmu, dan aku akan membagikan 15 rahasiaku padamu. Dan yang kalah yang memulai duluan."

Sasuke hampir terkekeh karena kelicikan gadis itu. Namun kepalanya tetap mengangguk.

"Batu gunting kertas?"

Ia memakan es krimnya lagi sebelum kembali mengangguk.

Keduanya pun melakukan suit. Dan yah, terbukti selama beberapa hari terakhir ini Sasuke selalu mengalah. Membiarkan Sakura menang dengan mudah.

"Aku akan berpikir bahwa kau memang sengaja mengalah dariku jika kau selalu kalah begini," celetuk Sakura.

"Kalau begitu, ceritakan satu hal tentangmu." Gadis itu menyandarkan punggungnya di pagar, wajahnya menyeringai kecil.

Sasuke mengikuti gaya tubuhnya, mengecap rasa matcha di lidahnya sembari menatap ke depan. Lalu-lalang kendaraan mengaburkan pandangannya. Cerahnya awan dan birunya langit seolah-olah menjadi kanvas dalam sebuah lukisan.

Wrong Between UsWhere stories live. Discover now