Bab 12

186 44 11
                                    

Ibunya dulu pernah berkata,

"Jauhi lelaki Uchiha itu."

Dan ketika Sakura menanyakan alasannya, dia hanya menjawab,

"Dia tak baik untukmu."

Terkadang persepsi orang-orang itu memang salah. Seperti ucapan ibunya.

Berbanding terbalik dengan wajah dinginnya, sikap Sasuke pada dirinya sangat bertolak belakang. Lelaki itu tak segan kerepotan hanya untuk membuat dirinya merasa baik-baik saja. Dan Sakura berani bersumpah, bahwa memang sebaik itu Sasuke pada semua orang.

Namun lagi-lagi opininya ditepis oleh kenyataan. Matanya menangkap hal yang sangat berbeda dari kepribadian Sasuke yang ia kenal.

Hinata adalah orang yang baik hati, menurut Sakura sendiri. Beberapa kali pertemuan mereka, gadis itu menunjukkan perangai baik bak malaikat. Selalu mengulurkan tangan kepada siapapun yang membutuhkannya.

Dan sangat tak etis di matanya ketika melihat Uchiha Sasuke menepis kasar tangan putri kampus itu.

"Sasuke-kun, ada apa?"

Sakura tak tega melihat gadis bersurai panjang itu ditatap sedemikian rupa oleh hampir semua orang yang duduk di tribun. Bahkan wajahnya sudah memerah dan menahan tangis. Namun cibiran dan cacian dari tribun sebelahnya menyadarkan Sakura bahwa putri kampus belum tentu menjadi seorang putri bagi semua perempuan.

Sasuke terlihat kaget akan kedatangannya. Alis lelaki itu bahkan hampir mengerut dalam.

"Sakura? Ayo pergi dari sini."

Belum sampai tangan kekar itu meraih tangannya, Sakura segera menjauh. Menatap Sasuke dengan wajah tak setuju.

"Kau seharusnya tidak memperlakukan seorang gadis sekasar itu. Aku yang di posisinya bisa saja menangis karena ulahmu."

Cemberut yang dulu terlihat lucu di matanya kini justru terasa mengancam di mata Sasuke. Sakura tak boleh bertemu dengan Hinata. Mengingat betapa licinnya mulut licik gadis kesayangan Hiashi itu mampu merusak segalanya dalam sekejap.

"Hn. Aku tak akan melakukannya padamu. Sekarang ayo kita pergi."

Cekalan di tangannya terlampau kuat sebelum Sakura sempat melepas. Ia bahkan harus susah payah menoleh untuk meminta maaf pada Hinata yang masih menunduk di pinggir lapangan.

"Hei! Ingin kugigit biar tanganmu lepas dariku??"

Sakura sedikit berteriak saat cekalan tangan Sasuke tak berhenti bahkan ketika mereka sudah keluar dari area lapangan. Kebingungan yang melanda dirinya tadi membuat Sakura tak menyadari bahwa Sasuke masih lengkap dalam seragam baseball-nya.

Sakura melemparkan raut wajah sedikit kesal ketika Sasuke berbalik badan menghadapnya. Ia mengusap pergelangan tangannya yang lumayan memerah.

"Sudah? Kalau begitu ayo pergi ke Naruto. Dia sudah menunggu kita."

Yang menarik tangannya adalah Sasuke, dan yang bingung Sasuke juga.

Hari ini ia rasa mereka tak memiliki janji temu bertiga. Mengingat akhir-akhir ini ia semakin malas bertemu Naruto jika Sakura sedang bersamanya. Ia tak akan bebas jika lelaki pirang itu ada di sini.

"Sakuraaa-chaaaan!"

Teriakan samar itu terdengar jauh. Kilatan kuning yang berlari mendekat membuatnya tersadar bahwa itu adalah orang yang paling tidak ia tunggu kedatangannya.

Sasuke mendengus kecil sebelum sedikit menjauh dari Sakura ketika Naruto sampai di hadapan mereka.

"Bagaimana??"

Wrong Between UsWhere stories live. Discover now