Bab 8

183 44 4
                                    

"Bagaimana? Tetap ingin pulang?" tanya Sasuke. Di tangannya terdapat sebuah handuk bersih yang ia ambil dari lemarinya.

Sakura menerima handuk tersebut dengan cepat, berterimakasih dan segera membungkusnya di sekitar tubuhnya. Giginya bahkan gemetar karena kedinginan.

Jam telah menunjukkan tepat pukul sembilan kurang lima belas menit. Waktu yang mereka kira banyak ternyata terasa sempit karena terlalu keasyikan membahas ini-itu. Langit yang sebelumnya cerah di sore hari memang tak menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan malam ini. Namun ketika mereka di tengah perjalanan menuju rumah Haruno, hujan deras tiba-tiba mengguyur keduanya, dan air membasahi mereka berdua karena kendaraan yang mereka pakai.

Alhasil Sasuke memilih berteduh di apartemennya terlebih dahulu karena letaknya lebih dekat dari tempat mereka kehujanan. Hujan malam ini turun dengan begitu derasnya, bahkan disertai angin kencang sehingga dapat mengaburkan pandangan ketika berkendara. Sakura yang juga tak ingin terjadi apa-apa di tengah perjalanan tanpa pikir panjang menyetujui saran Sasuke.

"Aku bisa memesan taksi."

Sasuke yang mendengarnya sedikit mengernyit. Lelaki itu berjalan mendekat dan mengambil posisi duduk di sebelah Sakura.

"Hujannya sangat deras."

Dan Sasuke dengan bodohnya tak menukar motor Itachi dengan mobilnya saat mereka hendak pulang.

Sakura berdeham sejenak, hidung gadis itu berubah warna menjadi sedikit merah. Bahkan sempat bersin beberapa kali.

"Bagaimana ... jika kau menginap?"

Bagus! Jika Mikoto tau, wanita berkepala lima itu tak akan berhenti mengomel saat tahu anak bungsunya sudah berani mengajak seorang gadis tidur di apartemennya.

Tapi ini keadaan mendesak, dan Sasuke tak tega membiarkan Sakura pulang dalam keadaan seperti ini.

Gadis itu bersin sekali lagi, memancing rasa khawatir Sasuke hingga lelaki itu menyentuh bahunya pelan.

"Kuambilkan baju ganti."

Sasuke beranjak sebelum Sakura mengeluarkan jawaban. Mencarikan baju miliknya dengan ukuran sekecil mungkin agar tak kedodoran lagi di tubuh Sakura.

Beberapa menit kemudian lelaki itu datang membawa sebuah kaos berwarna hijau di tangannya, dan juga sebuah celana training miliknya.

"Sepertinya milik ibuku," ungkap Sasuke menunjuk kaos hijau--yang memang jika dilihat lagi, ukurannya sangat jauh dari ukuran tubuh Sasuke.

Sakura menerimanya, bangkit secara perlahan dan kembali berterimakasih.

"Aku akan membuatkanmu segelas coklat panas," ucap Sasuke sembari menatap netra Sakura yang terlihat linglung.

"Sakura," panggilnya sebelum gadis itu menghilang dari pandangannya.

"Kau baik-baik saja?" tanya-nya tanpa menyembunyikan raut wajah khawatirnya.

Sakura menggeleng pelan. Sebelah tangan gadis itu yang bebas dari cengkeramannya digunakan untuk mengurut pelipis sebelum berujar, "Tidak apa. Aku hanya pusing karena efek kehujanan."

Sasuke membiarkan gadis itu pergi, namun rasa gelisah di hatinya belum padam sepenuhnya. Namun cepat-cepat ia alihkan untuk segera pergi ke dapur.

Pada akhirnya Sasuke membuat segelas teh hangat dan kopi hitam untuk dirinya. Teh chamomile pemberian ibunya itu masih utuh, kemungkinan besar juga bisa berefek baik untuk Sakura sendiri.

Baru beberapa menit ia berdiri di pulau dapur, suara keras dering sebuah ponsel sempat mengagetkannya. Didengar dari nadanya jelas itu bukan ponsel Sasuke. Sehingga lelaki itu cepat-cepat meninggalkan dua minuman yang baru setengah jadi guna mencari sumber suara.

Wrong Between UsWhere stories live. Discover now