Bab 13

150 50 7
                                    

Siapa sih yang tidak benci jika sekarang ini mereka berada di posisi Sasuke?

Dipaksa diam, dipaksa untuk duduk dan tak boleh memotong ucapan Uchiha Madara adalah tekanan batin tersendiri. Pria tua itu terlihat asik dengan para Hyuuga, seolah-olah kepentingan mereka merupakan kedekatan keluarga dan bukan kemunafikan untuk saling mendapatkan keuntungan.

"Kau tidak perlu kuatir, aula Uchiha cukup menampung banyak orang. Tapi aku menginginkan tempat itu digunakan ketika mereka menikah. Tempat tunangan bisa kalian tentukan dengan menyewa gedung."

Restoran yang mereka kunjungi termasuk ke dalam restoran bintang lima. Temaram dan nampak seperti kuburan bagi Sasuke karena ia sendiri merasa sesak di tengah-tengah lautan orang yang tersenyum bahagia.

Gila, desisnya sembari menatap sekumpulan orang dari pihak Uchiha dan Hyuuga.

Mengawasi mereka sedari tadi membuatnya muak. Mereka mengobrol dengan semangat, mencoba merajut takdir Sasuke sesuai apa yang mereka inginkan.

Sialan si tua bangka, batinnya berdecih menjijikkan saat Madara lagi-lagi memasang muka di sana.

"Sasuke-kun, kau tak apa?"

Tepukan pelan di pahanya membuatnya menoleh. Mikoto memberinya senyum keibuan, melemparkan pertanyaan retoris yang ia yakin ibunya sudah tahu jawabannya.

"Maafkan ibu. Ibu tak bisa-"

"Ibu."

Sasuke meraih tangan ibunya, memberinya tatapan lebih tenang untuk menenangkan suasana hatinya.

"Aku sudah menyiapkan sesuatu."

Perkataannya justru menimbulkan kerut khawatir di raut wajah Mikoto.

"Jangan bertindak hal yang mampu melukai dirimu sendiri," peringat wanita itu.

Sasuke mengangguk pelan, membenarkan duduknya kala namanya dipanggil oleh sang tetua sialan yang dihormati.

"Sasuke, kau tak ingin duduk dekat dengan Hinata? Sisa satu kursi di sebelahnya. Hanabi tidak datang."

Ia hampir mendengus kesal. Apanya ingin dekat, menatap wajah sulung Hyuuga itu saja sudah membuat perutnya bergejolak ingin muntah. Orang serakah yang egois sepertinya pantas hidup sendiri. Hanya karena kelihaiannya dalam mempermainkan semua orang, hampir seluruh manusia yang mengenalnya tertipu dan mengaguminya.

Betapa menjijikkannya--

"Sasuke."

Ketika ayahnya membuka suara, Sasuke tak ada pilihan lain selain bangkit dan mengambil langkah malas untuk berpindah tempat duduk. Itachi yang duduk di sebelahnya sampai menampilkan wajah prihatin.

"Minggir," desisnya pelan saat kaki Hinata menghalangi jalan masuknya.

Gadis itu seketika menunduk.

"Sasuke, berbicaralah dengan lembut pada seorang gadis."

Lirikan sinis ia berikan pada calon mertuanya, Hikari. Ia sudah muak, ditambah dengan peraturan baru yang membuatnya semakin ingin muntah.

Peraturan macam apa ini? Mewajibkan seseorang seperti Hinata untuk diperlakukan bak ratu yang sama sekali tak cocok ia sandang di namanya.

Sakura lebih baik dari segalanya, batinnya menyeringai.

"Sasuke."

Panggilan peringatan dari sebelahnya membuatnya berdeham. Segera ia duduk di kursi, menempelkan punggungnya pada sandaran sebelum melipat kedua tangannya di depan dada.

Wrong Between UsWhere stories live. Discover now