kagum

39 7 0
                                    

Tahun pertama di jenjang SMP
.
.

Ya, ini tahun pertama Priska di jenjang SMP, ia mulai di kasih beberapa gadget oleh orang tuanya seperti handphone, iPad, dan laptop keluaran terbaru. Sungguh ia mempunyai trauma untuk dekat dengan seorang perempuan layaknya teman yang terlalu dekat dan terlalu banyak melakukan skinship.
.
.

06: 00
.
.
Jam segini yang dulunya ia sangat takut terlambat jika belum berangkat lain hal nya dengan jenjang SMP ini. Kenapa? Karena sekolahnya kali ini dekat dengan rumah jadi dia akan selalu berjalan kaki jika ingin berangkat sekolah dan ini bukan sekolah swasta. Tapi papah dan mamah berharap Priska bisa mendapatkan juara umum. Bagaimana tidak berharap? Anak mereka saja masuk SD swasta yang bisa dibilang cukup elit untuk sekolah SD.
.
.

"Hum hum hum. Priska udah smp, tapi harus selalu inget buat ga boleh terlalu deket sama siapapun itu"
Ucap Priska kepada dirinya sendiri di cermin

"Wih, makin hari makin cakep ya haha"
Pujinya pada dirinya sendiri

"Aduh ni mpls pake rok SD lagi. Mana rok ku item, ntar dikiranya nggak punya rok merah lagi, padahal mah emang nggak ada"
Bingung Priska

"Yodah lah berangkat aja, toh ntar kan keliatan aku dari sekolah elit ahak"
.
.

Langkah demi langkah Priska tempuh, dan disinilah ia sampai di daerah sekolahnya. Lebih tepatnya area depan sekolahnya, bisa dilihat ada kakak-kakak OSIS yang sedang memeriksa atribut anak MPLS disini.

'Duh ada yang jaga, gimana dong. Ah biarin lah'
Batin Priska

"Hai dek, rok kamu memang hitam ya?"
Tanya kakak OSIS dengan ramah kepada Priska

"Ah Iya kak, aku swasta makanya warnanya hitam"
Jelas Priska dengan berusaha untuk tidak tegang

"Ah yodah, silahkan masuk"
Ramah kakak OSIS itu

"Terimakasih kak"
.
.

"Wah, ini kelasnya dimana"
Bingung Priska

"Ah itu dia"
.
.

'Damn! Udah banyak orang and kamu ga tau mereka siapa priska'
Batin Priska

Akhirnya ia mengambil kursi yang berada di meja urutan ke 3 dari depan dan barisan ke 2 dari pintu masuk.
.
.

'Negri emang se jorok ini ya? Kelas nya ga rapih banget, beda jauh sama sekolah ku"
Batin Priska dengan melihat sekitar

Saat Priska sedang asik membatin, tiba tiba ada seorang gadis duduk di sebelahnya, setelah mencari tau ternyata hanya samping Priska yang kosong kala itu.

"Hai aku alera, kamu siapa?"
Ucap gadis itu dengan ramah dan mengulurkan tangannya

"Ah aku Priska, salam kenal yah"
Jawab Priska dengan di balas senyuman tapi gadis itu malah memalingkan wajahnya

'Dia malu? Mukanya kok merah'
Batin Priska yang bingung

"Ah iya salam kenal ya Priska"
Ucap gadis bernama alera itu

"Oh iya. Btw minta nomor mu dong alera, boleh kan?"
Tanya Priska

"Ah boleh dong"

Merekapun mengeluarkan handphone mereka masing-masing, dan saat Priska mengeluarkan handphone nya, alera sedikit terkejut karena handphone milik Priska bisa dibilang mahal.

"P-priska, handphone mu ip****? "
Tanya alera

"Ah iya, aku gak terlalu tau merek Handphone and ya ini Handphone pertama aku. Memangnya kenapa? Murah kah?"
Bingung Priska. Meskipun ia pintar dengan teknologi tapi ia tidak tau sama sekali tentang merek brand terkenal dari gadget

"A-ah nggak, itu ga murah. Emang ortu kamu ga marah kamu bawa itu?"
Tanya alera

"Ya ngga, kenapa marah? Kan disini memang dibolehin bawa handphone kan? Udah ah jangan bahas HP mulu. Mana nomer mu?"
To the point Priska karena ia tidak suka bertele tele jika sedang berbicara

"Ah iya ini"

Mereka bertukar nomor telepon lalu mengobrol mengenai diri mereka sampai akhirnya bel berbunyi yang menandakan bahwa jam sudah menunjukan untuk masuk kedalam kelas

"Bel nya kurang aesthetic ya? Dulu aku di swasta pakai bahasa Arab, Inggris dan Indonesia dalam 1 kali bel. Lah ini beda jauh"
Heran Priska

"Ah iya kah? Setau aku bel memang gini. Tapi kan kamu swasta beda, swasta yang terkenal minta ampun lagi"

Sesi mengobrol mereka terpotong dengan kedatangan kakak pembimbing osis itu. Yah kegiatan selama MPLS tidak jauh dari 'games' ya pasti kalo kalah paling perkenalan diri dan Priska sangat membenci hal seperti itu.

Acara MPLS berjalan semestinya dan Priska dibuat salah paham ketika pembagian ketua itu. Kenapa? Priska terpikat oleh salah satu orang yang berada di depan nya itu.

'Wah dia keren yah, Priska suka'
Batin Priska

"Eh nggak nggak"
Bantahnya dengan menggelengkan kepalanya

"Eh kamu kenapa pris?"
Tanya alera yang keheranan melihat teman sebangku nya yang tidak ada angin atau pun hujan tiba-tiba berbicara sendiri

"Ah nggak. Alera, aku ga jelek kan?"
Tanya Priska dengan serius tapi muka nya terlihat lucu oleh orang sekitarnya

"What?! Jelek kamu bilang?!? HEH kalo ada pemilihan siapa yang paling cakep itu kau Priska, serius deh"
Bingung alera melihat temannya yang satu ini

"Hum.. Memangnya iya"
Bingung Priska tapi wajahnya sangat lucu jika dilihat oleh orang lain, seperti anak kecil yang kebingungan memilih permen

Disaat bingung, Priska mendengar suara ketawa kecil yang berasal dari orang yang bisa berhasil mengambil atensi seorang Priska.

'Ih dia ketawa, Priska senyumin ah'
Batin Priska dan dengan isengnya dia senyum dengan senyuman yang paling manis yang pernah ia buat dan dilihat target nya mulai membuang mukanya dan mukanya merah?

'Mukanya merah? Kenapa yang Priska senyumin merah semua?'
Batin Priska dengan bingung

Orang yang berada di depan itu akhirnya duduk di tempat duduknya dan ternyata itu di samping kanan Priska persis yang artinya dia barisan pertama dari dekat pintu.

"Alera, kenapa kalo Priska senyum semuanya mukanya merah?"
Tanya Priska mendadak

"Ha? Ya nggak tau, mungkin karena salting. Senyum kamu lucu"

"Ah iyakah? Tapi aku gak cantik"
Pelan Priska tapi masih bisa di dengar oleh teman sebangku nya itu

alera yang mendengar nya reflek memukul kepala Priska dengan buku

"Aww,, sakit alera"
Ucap Priska dengan memegang kepalanya

"Lagian kalo ngomong suka nyebelin. Kamu tuh cakep, udah ga usah ngerendah buat ngeroket deh. Capek"
Kesal alera

"Ya maaf"

"Tapi alera, aku pengen kenalan sama dia, soalnya dia keren banget"
Ucap Priska kepada alera

"Dia? Siapa?"
Bingung alera

"Dia itu..."
.
.
.

Kapan kapan lagi:)
Jan lupa follow anda vote me
Thanks readers

problemWhere stories live. Discover now