canggung

24 1 0
                                    

08:00
.
.

priska berada didalam kelasnya setelah sekian lamanya berada di rumah, kenapa? ya untuk belajar lah apa lagi? yah ia bersyukur teman sebangku nya itu bukan 'mantan kekasihnya'. jikalau itu dia pasti mereka akan sangat canggung saat berdiskusi tugas, iyakan?

alera. orang pertama yang menyadari sikap berbeda dari sang teman sebangku nya itu, ia berniat untuk menanyakan dari awal tapi itu bukan kesempatan nya dan ini, kesempatan yang ia dapat saat jamkos.

alera menepuk pelan bahu sang teman yang sedang menaruh lemas kepalanya dengan melipat tangannya di atas meja
"hei? are u okey?"

priska yang merasa ada suara pelan yang menusuk indra pendengarannya, akhirnya melihat ke sumber suara dengan masih berpangku tangannya
"hum? aku kenapa"

"ha? justru aku yang harusnya tanya. kamu kenapa?"
bingung alera

priska yang memang sedang malas berbicara, kembali kepada posisinya tadi. menaruh kepalanya diatas lipatan tangannya
"tidak apa apa"

alera paham dengan kondisi temannya saat ini. ya ia sedang ingin sendiri dan itu pantas di dapat oleh semua manusia, iyakan?
.
.

kringg~~

singkat cerita bel pulang sudah berbunyi yang menandakan bahwa siswa-siswi yang berada di sekolah itu sudah boleh pulang kerumah nya masing-masing dan seperti biasa priska pulang dengan jalan kaki, tapi saat di gerbang..

"eugh.. kepalaku sakit banget"
lenguh priska dengan memegang kepalanya

priska yang merasa kepalanya sakit luar biasa itu akhirnya singgah di taman yang berada dekat dengan gerbang sekolah itu

dan ternyata ada mona yang diam-diam memperhatikan priska dari jauh, ya tak bisa di pungkiri bahwa mona khawatir dengan priska seharian ini
.
.

perlahan lahan siswa-siswi itu sudah mulai pulang kerumah mereka masing-masing dan priska masih berada di taman itu untuk mereda nyeri kepalanya. mona? ia juga masih memperhatikan priska dari jauh

"eugh.. sakit banget astaga"
lenguh priska dengan memegang kepala

mona lumayan panik melihat ekspresi muka priska, tak memikirkan masalah kemarin, ia segera menghampiri priska untuk pulang bersama nya

sesampainya di depan priska, priska memasang mimik muka dingin sedangkan mona tidak peduli akan hal itu, yang hanya ia pedulikan hanya kesehatan priska

"hei? aku tau aku salah, egois tapi lupain masalah kemarin dulu dan pulang sama aku ya? aku khawatir sama kamu"
ucap mona dengan menyamai tinggi priska yang sedang duduk dan mengusap kepala priska dengan lembut

priska menepis kasar perlakuan mona terhadap nya. dilain sisi ia ingin pulang bersamanya tapi dilain sisi ia masih sakit hati akan perlakuan mona terhadap nya
"ogah banget gua sama lo. udah ah minggir"

setelah ucapan itu priska segera beranja dari tempat duduknya. tapi saat baru beberapa langkah, nyeri kepalanya itu kembali lagi kepadanya
"aghh.."
ringisnya dengan memegang kepala nya

mona yang melihat itu tak tinggal diam dan segera memegang kedua bahu priska untuk menahannya
"hei? pulang sama aku ya?"

merasa kepalanya memang sakit luar biasa, akhirnya Priska menerima ajakan itu
"i-iya"
.
.

sesampainya mereka di kediaman Priska hanya ada satpam yang membukakan pagar untuk mereka berdua. bibi? priska pun tidak tau dia berada dimana

clek~

mereka memasuki kedalam rumah priska. awalnya mona ingin membawa priska kedalam kamar nya, tetapi priska terlanjur lemas dan akhirnya ia menempatkan priska di sofa ruang tamu itu
.
.

mona duduk dengan melihat kearah sofa depan yang memperlihatkan priska yang sedang tertidur. mona melihat nya dengan tatapan tulus dimatanya
.
.

13:00
.

priska terbangun dengan kondisi yang lebih membaik. objek yang pertama ia lihat? huh, mona yang sedang menuju kearah dirinya dengan membawa satu nampan berisi sup, air dengan obat. maklum lah mona dahulu kekasihnya priska jadi ia tidak asing bahkan menghapal setiap area rumahnya

priska awalnya terharu dan sempat tersenyum sebentar tapi senyum itu luntur mengingat kejadian yang lalu

"kenapa anda masih disini?"
tanya priska dengan dingin

mona yang mendengar nya hanya bisa menghela nafas kasarnya. ia meletakkan nampan itu di meja dan duduk bersebelahan dengan priska

"saya? saya disini karena mengkhawatirkan anda. kenapa? karena saya sayang dan tulus kepada anda"
ucap mona dengan bersungguh-sungguh

priska? tentu saja ia tidak percaya dengan omongan nya itu, mengingat chat yang ia lihat di handphone mona
"oh ya? sayang yah? lalu dengan kekasih lainnya yang kau miliki mereka itu apa? hanya npc? anda disini tidak hanya menyakiti satu perasaan saja, tapi ada banyak perasaan yang terluka karena anda"

baru saja mona ingin menjawab tapi omongan nya dipotong oleh priska

"oh ya, selamat ya anda sudah kembali normal dan silahkan tinggalkan rumah saya ini lewat pintu yang disana"
ungkap priska dengan menunjuk ke arah pintu rumahnya

mona yang merasa priska butuh waktu akhirnya menurut dengan lemas dan pergi meninggalkan rumahnya

"hati-hati makan sup nya"
akhir mona dan keluar dari kediaman Priska
.
.
.

22:00

priska? iya dia berada di ruangan nya. ia masih tidak berani check ke dokter mengenai masalah pada tubuhnya dan bahkan ia tidak bercerita kepada orang tuanya..

"capek banget sumpah"
lenguh priska dengan membaringkan tubuhnya terlentang

waktu demi waktu Priska hanya menatap langit-langit kamarnya dan saat ia mengingat sesuatu ia malah tertawa kecil

"hha, lucu juga kalau di inget tapi namanya juga emosi kan?"
tanya pada dirinya sendiri
.
.

flashback on~
.
.

seminggu setelah mereka putus Priska menjadi seseorang yang tidak bisa mengendalikan emosinya sendiri

22:00
.
.

Priska memasuki kamar nya dengan perasaan kesal, amarah, kecewa yang menjadi satu di dalam pikirannya

"AKH SIALAN HARUSNYA GUA SADAR AKAN HAL INI DARI LAMA"
ucap Priska prustasi dengan mengacak-acak rambutnya

Pikirannya sudah seperti orang yang kehilangan kesadaran penuh, lalu ia mengambil cutter yang berada di lacinya

Priska menatap benda itu dan memainkannya
"Heh- benda yang selalu gua takutin saat dulu, bahkan buat megangnya aja gua gemetar. Heh- tapi sekarang nggak"

Dengan pikiran yang sudah menggila Priska menancapkan cutter itu di pergelangan kakinya

jleb~

"AKH SAKIT BANGET"
Ringis nya mendapati rasa sakit yang sangat amat hebat

Darah segar mengalir dengan deras, tapi Priska tidak berniat untuk membersihkannya sama sekali

"T-tapi rasa sakit ini gak seberapa sama yang gua alami di dalam sini"
Tunjuk Priska ke dada nya itu, bermaksud di dalam hatinya

Priska tidak berniat mencabut cutter yang tertancap disana, malahan dia berniat..
"Hhe- jadi cat gua kayaknya bagus"

Dengan meraih kertas dan kuas yang kebetulan berada di sekitar ia, Priska langsung mengambil dan mulai melukis

"HHHAHA MATI AJA LO"
Ucap nya dengan tertawa sadis dan terus mengecat menggunakan darahnya

Setelah beberapa saat akhirnya ia pingsan di tempat..

bruk~
.
.

flashback off~
.
.

"hhe stress banget, untung aja ga ada orang pas itu"
ucap priska dengan dirinya

merasa dirinya mengantuk priska memutuskan untuk bersiap untuk tidur
.
.

Tbc

kalo demen vote and follow

problemWhere stories live. Discover now