2

2.2K 197 8
                                    

Budayakan untuk memberi setidaknya Vote, agar saya bisa lebih semangat untuk menulis.

Happy Reading

°°°°°°《♤》°°°°°°

Edzard merebahkan dirinya di kasur King size yang ada di kamarnya.

Dua hari yang lalu, penjelasan dari Aidar dan empat pria yang ada di rumah ini, membuat fikiran dan hatinya dilema.

Ia masih belum dapat mempercayai kenyataan bahwa dia bukan anak kandung dari orang tuanya sekarang, melainkan anak dari adik orang tua yang selama ini mengurusnya.

Yang artinya, Ed adalah keponakan mereka, bukan anaknya, dan itu menjadi alasan kenapa mereka selalu bersikap dingin dan tak acuh padanya, bahkan mereka berani bermain fisik.

Ed juga tahu, bahwa semua harta kekayaan yang selama ini di nikmati oleh orang tua- ralat, paman dan bibinya, adalah harta milik orang tua aslinya, yang seharusnya menjadi miliknya sebagai bagian dari warisan yang di tinggalkan oleh orang tuanya.

Dan hal yang paling tidak bisa di terima oleh Ed adalah, fakta bahwa kedua orang tuanya telah meninggal beberapa minggu setelah ia lahir. Dan alasan kematian mereka adalah pengkhianatan yang di lakukan keluarga dari pihak ibunya, khususnya paman dan bibinya.

Ed juga di beritahu, bahwa lima pria yang serumah dengannya sekarang adalah kakak laki-lakinya yang sudah mencarinya selama tiga belas tahun ini.

"Takdir suka banget bercandain hidup orang." Ed bergumam lirih, air mata kembali turun dan membasahi pipinya, ia merasa sesak tanpa alasan.

Sejak dua hari ini, ia tidak pulang ke rumah keluarga pihak ibunya, ia masih belum bisa menerima kenyataan yang menyakitkan ini.

"Hiks- kenapa harus gue?" Satu isakan lolos dari mulut kecil itu, Ed menekuk lututnya dan memeluk dirinya sendiri, menangis untuk waktu yang lama dan membuat lima pria di luar kamarnya mendengar isakan itu.

Ekspresi kelimanya jelas menyiratkan kekhawatiran, mereka takut Edzard jatuh sakit karena terlalu banyak menangis. Luke hendak mengetuk pintu, tetapi di tahan oleh Aidar.

Aidar mengeleng pelan pada Luke, "Tidak sekarang, dia masih butuh waktu sendiri, bagaimanapun juga ini terlalu mendadak untuknya." Ujarnya.

Luke hanya bisa menghela nafas, apa yang di katakan Aidar benar, si bungsu itu mungkin masih butuh waktu sendiri.

"Ayo kita urus sisa pekerjaan kita, agar bisa menemani pangeran kita dan mengembalikan kebahagiaannya." Usul Alex dan mendapat anggukan setuju dari empat lainnya.

Mereka lalu pergi menuju urusan masing-masing, meninggalkan Ed yang sudah menutup mata karena lelah menangis.

*****

Pagi menyapa, Ed yang sudah bangun sejak jam 5 pagi, malas untuk beranjak dari kasur empuk ini, lebih tepatnya ia merasa sangat lemas, dan merasa nyaman. Semasa hidupnya, ini adalah kali pertama Ed merasakan kasur senyaman dan seempuk ini.

Karena biasanya ia hanya akan tidur beralaskan sebuah busa bahan dan karpet kecil, ia juga hanya mengenakan selimut kecil, yang bila di tarik ke atas, kakinya tidak akan tertutup, dan bila di tarik ke bawah, tangannya tidak akan tertutup.

Tok. Tok. Tok.

Suara ketikan pintu terdengar, itu pasti Aidar, fikir Ed.

"Masuk!" Ed menyahut sembari sedikit meninggikan intonasinya, suaranya agak serak.

Saat orang yang mengetuk pintu itu masuk, dan dugaannya benar, itu adalah Aidar yang sudah rapih dengan setelan jas khusus kantoran. Mata coklat tajam Aidar meneliti wajah Ed yang terlihat agak pucat.

Prince : Edzard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang