17

525 59 0
                                    

Budayakan untuk memberi Vote dan Komen, biar Mom bisa lebih semangat nulisnya.

Tolong tandai jika ada Typo.

Happy Reading

°°°°°°《♤》°°°°°°

Semua diam mendengar perkataan si bungsu, diam-diam saling melirik dan mengangguk, mereka tampaknya memiliki pemikiran yang sama.

"Baby Prince." Panggil Hugo lembut.

Ed menjauhkan wajahnya dari pundak sang kakak kelima, lalu menatap pada Hugo dengan tatapan bertanya. "Hm?"

Hugo nampak ragu untuk bertanya, tapi jika tidak di tanyakan, mereka tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi, karena nak itu juga sepertinya bukan tipe orang yang akan mengatakan dengan sendirinya tentang rasa sakitnya.

Melihat Hugo yang nampak ragu-ragu, Albert berinisiatif untuk menggantikan sang Ayah.

"Prince, jika kamu tidak keberatan, bisa tolong ceritakan apa saja yang telah keluarga Maheswari lakukan padamu?"

Ed nampak terkejut, begitupun kakak-kakaknya yang lain, mereka hendak protes, tapi terdiam saat melihat isyarat telunjuk yang di lakukan Rowena.

"Tidak apa jika kamu belum siap, kami akan menunggu." Albert kembali berujar.

Ed nampak gelisah, itu artinya keluarganya ingin mengetahui hal itu, walau tidak sekarang, mungkin di waktu yang akan datang.

Tangan mungil itu saling meremat dan fikirannya kacau, dia memang tidak ingin mengingat kejadian-kejadian itu, tapi keluarganya berhak tahu, mereka harus tahu bagaimana keluarga itu memperlakukannya.

Tanpa sadar air mata kembali menetes dari mata indah si kecil, tatapannya menyiratkan jika dia sangat terluka dan putus asa.

"Mereka jahat... " Suara yang lirih tapi masih dapat di dengar, menjadi kalimat pertama yang terlontar.

Dada anak itu naik turun dengan cepat, ingatannya berputar mengulang kejadian satu tahun lebih silam, dia tidak akan pernah melupakan kejadian itu, dia akan mengukir nama setiap orang yang terlibat dalam benaknya.

"Mereka menyiksaku... bukan hanya fisik-" Suara yang keluar semakin terdengar jelas dan nafasnya juga semakin memburu.

"Mereka... "

Semua menunggu dengan sabar dan tangan yang terkepal erat, jelas sekali bagaimana perlakuan keluarga Maheswari pada pangeran mereka.

"Aku bahkan tidak yakin apa mereka menganggapku manusia."

Mereka terkejut saat mendapati tatapan anak itu yang terlihat kosong, tampak tanpa cahaya dan sangat putus asa.

"Pri-"

"Aku benci mereka!"

Perkataan Aidar terpotong saat Ed langsung berujar dengan keras, anak itu tampak marah, dan entah kenapa mereka merasa jika warna mata Ed lebih merah dari pada biasanya, dan terkesan menakutkan.

"Kenapa hanya aku!? Memangnya siapa mereka memperlakukanku bagaikan sampah!? Siapa yang mau hidup seperti itu!?"

"Tidakkah mereka memiliki hati? Kenapa mereka membunuhku!? Membunuh mental dan jiwaku!"

"Aku muak! Mereka bahkan tidak membiarkanku untuk mati! Kenapa aku harus hidup dengan penderitaan yang bahkan tidak aku ketahui penyebabnya!"

Semua diam, mereka melihat sisi lain dari pangeran kecil mereka, wajah marah dan tatapan seolah akan membunuhmu kapan saja.

Prince : Edzard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang