19

403 55 3
                                    

Budayakan untuk memberi Vote dan Komen, biar Mom bisa lebih semangat nulisnya.

Tolong tandai jika ada Typo.

Happy Reading

°°°°°°《♤》°°°°°°

Ed baru saja masuk ke kelasnya, dia tersenyum pada teman-temannya yang menyapanya dan menanyakan kabarnya.

"Loh, Kak Zay belum dateng?" Tanya pria manis itu kala tak mendapati sosok yang menjadi teman sebangkunya.

"Belum, katanya dia dateng sama Kakaknya." Abel menjawab dan di balas anggukan oleh si manis.

"Ouh, Kakaknya yang katanya sekolah di Jepang?" Ed kembali bertanya untuk memastikan.

"Iya, dia baru masuk hari ini, sebelumnya ngurusin dulu surat-surat kepindahan." Jawab Albel lagi.

"Eh cil, tau gak?" Tanya Dirga tiba-tiba.

Ed sontak langsung menggelengkan kepalanya. "Enggak." Jawab anak itu cepat.

"Belum di kasih tau!" Dengan gemas Dirga mencubit pipi si bungsu.

"Iya terus apa?" Ed bertanya sambil melepaskan cubitan di pipinya.

Dirga membicarakan beberapa gosip yang beredar si sekolah, Abel menghela nafas lelah melihat kelakuan sahabatnya itu. Jika Zayyan tahu Dirga mencekoki si bungsu dengan gosip tak penting, pria itu pasti akan marah.

Tapi Abel juga senang melihat raut wajah yang selalu berganti dari anak manis itu, apalagi tawanya yang khas dan terdengar menggelitik telinga, membuat siapapun tersenyum hangat.

Pintu kelas terbuka, menampakkan Zayyan dan seorang gadis yang Abel yakini adalah Kakak dari pria itu, tapi kenapa dia malah datang ke sini? Ke kelas sepuluh? Bukannya Kakak Zayyan itu kelas sebelas? Abel menebak-nebak apa yang terjadi, hingga dia langsung terkejut saat gadis yang diyakini sebagai Kakak sahabatnya itu tiba-tiba menerjang tubuh mungil adik manis kesayang satu kelas.

"Eh?"

Bahkan si manis juga heran sekaligus kaget, apalagi saat mendengar isakan dari gadis yang memeluknya. Walau tak mengerti dengan situasi, pria manis itu mengangkat tangannya untuk menepuk pelan punggung bergetar dalam pelukannya.

"Kakak kenapa? Ada yang sakit?" Suara lembut itu mengalun memasuki indra pendengaran si gadis.

Tidak ada jawaban, bahkan gadis itu semakin mengeratkan pelukannya. "Ini kenapa? Kenapa Kakaknya nangis? Prince salah apa?" Tanya anak itu beruntun pada Zayyan dan teman-temannya yang lain.

Mata Ed mulai berembun kala terus mendengar isakan dari gadis yang memeluknya, entah kenapa tangisannya terdengar sangat pilu.

"Kak Zay... Kakaknya... nangis... nangi- hiks... "

Setalah kata yang patah-patah itu, isakan tangis akhirnya terdengar dari mulut si bungsu, tapi anehnya tangan anak itu tak berhenti mengusap punggung gadis yang memeluknya.

"Kenapa nangis? Kakak kenapa? Hiks- Prince minta maaf... " Pria manis itu berujar dengan bibir bergetar dan di selingi dengan isakan kecil. Tangannya masih aktif bekerja mengusap punggung itu.

"Kok malah lucu?... " Dirga menggigit pipi dalamnya, demi apapun, Ed di matanya dan teman-temannya, terlihat sangat menggemaskan.

Pria manis itu tak tahu kenapa gadis dalam pelukannya menangis dan kenapa dia juga ikut menangis.

"Hentikan Kak, adikku kebingungan." Zayyan menepuk pundak gadis yang memeluk Ed, dia tak tega melihat anak itu yang ikut menangis dengan kebingungan.

Bilqis, gadis itu tersentak pelan, dia lantas mengurai pelukannya dan menatap wajah pria manis yang di peluknya, kacau. Air matanya mengalir deras, bibirnya bergetar pelan, pipi dan hidungnya memerah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prince : Edzard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang