3

1.9K 159 4
                                    

Budayakan untuk memberi setidaknya Vote, agar saya bisa lebih semangat untuk menulis.

Happy Reading

°°°°°°《♤》°°°°°°

Heli duduk di kursi tunggu yang ada di depan kamar rawat Ed, ia menatap kosong pada tangannya yang terdapat bercak darah.

Darah dari seseorang yang sangat berharga baginya, di sampingnya ada Mike yang terus menenangkan dan memeluknya erat.

Setengah jam yang lalu, Heli langsung menelfon Aidar dan kakaknya yang lain, mengatakan bahwa Ed mengalami kejang dan sedang di tangani oleh Luke, sebelumnya mereka sedang ada urusan, tadi setelah Heli pulang sekolah, ia langsung di minta untuk menjaga Ed, yang menjaga Ed sebelum Heli adalah Alex dan Mike.

Keempat pria yang di telfon oleh Heli langsung tancap gas menuju rumah sakit dan meninggalkan urusan mereka, bahkan Aidar meninggalkan ruang rapat saat rapat baru berjalan setengahnya.

Padahal rapat kali ini adalah rapat penting yang akan sangat menguntungkan untuk perusahaannya, tapi bagaimanapun pentingnya sebuah pekerjaan, keluarga tetap yang utama.

Alex yang baru sampai di kampusnya langsung berbalik kembali, membuat teman-teamnnya bingung, Mike juga meninggalkan tempat syuting film yang akan di bintanginya tanpa membawa manager atau asistennya.

Bahkan Luke yang baru menyelesaikan operasi salah satu pasien kanker, harus berlari dari satu lorong menuju lorong yang lain untuk memeriksa keadaan adik bungsunya.

"Tanangkan dirimu, ini bukan salahmu." Mike kembali mengucapkan kalimat yang sama.

Saat Alex, Mike dan Aidar datang, yang mereka lihat hanyalah Heli yang duduk di kursi tunggu yang ada di depan kamar rawat Ed, dengan Luke yang memeriksa keadaan si bungsu, saat di tanya, ia hanya diam dan bahkan tangannya gemetar, ada bercak darah di sana.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Heli bercerita tentang apa yang terjadi.

Tadi, setelah dokter yang memeriksa Ed keluar, Heli mengusap-usap kepala Ed yang bercucuran keringat, ia juga memijat kecil tangan dan kaki Ed, agar tidak terlalu kaku.

"Mau makan?" Tanya Heli dengan lembut, di balas gelengan oleh Ed, jujur saja, tenggorokannya seprtinya tidak akan bisa bertahan untuk menelan makanan apapun.

Heli menunduk dan menggengam tangan Ed, ia mencium tangan mungil itu berkali-kali, meletakkannya di pipi kirinya.

"Maaf, seharusnya kami menemukanmu lebih cepat, jadi kamu tidak akan menderita seperti ini." Suara Heli sedikit bergetar.

Ed membalas genggaman tangan Heli, membuat si empu menengok ke arah si bungsu yang menatapnya dengan senyuman manis dan tulusnya.

Ed menggeleng, "Makasih.." Uajrnya, membuat Heli tidak lagi bisa menahan air matanya, ia mencium lama punggung tangan si bungsu.

"Maaf, hiks.. maaf, Prince."

Heli benar-benar tidak habis fikir, kenapa adiknya ini sangat baik? Padahal dia bisa saja membencinya dan juga kakaknya yang lain yang telat menemukannya.

Tapi bukannya mendapat kemarahan, malah ucapan terimaksih yang di ucapkan pria manis itu.

Beberapa menit kemudian, Ed kembali tertidur, Heli mendekat lalu mendaratkan ciuman lembut di dahi sempit si manis.

"Get well soon, dear." Lirihnya.

Heli pergi sebentar ke kamar mandi, ia membasuh wajahnya dan menatap cermin, menunduk dalam kala mengingat wajah dan senyum tulus Pangerannya yang mengucapkan terimaksih tadi.

Prince : Edzard Where stories live. Discover now