11 : Flash Back 2

538 58 0
                                    

Budayakan untuk memberi Vote dan Komen, biar Mom bisa lebih semangat nulisnya.

Tolong tandai jika ada Typo.

Happy Reading

°°°°°°《♤》°°°°°°

Pemakaman untuk nyonya keluarga De Merion di gelar segera malam itu juga, semua kerabatnya tidak menyangka akan hal itu.

Keluarga dari pihak Amelia maupun Alexis datang untuk mengantar Amelia pada peristirahatan terakhirnya. Banyak orang menangisi kepergiannya, karena Amelia adalah sosok yang lemah lembut, tetapi juga tegas. Dia adalah wanita yang membalas kejahatan dengan kebaikan.

Orang-orang terus pergi dan berdatangan, saat satu rombongan pergi, rombongan lain datang. Begitu terhormat wanita yang sangat di cintai oleh Alexis itu, ia bahkan tidak mengenal beberapa orang yang datang, mereka hanya bilang, jika mereka adalah kenalan dari Amelia, dan orang-orang yang pernah di bantu oleh wanitanya.

"Ini semua gara-gara anak itu! Anak yang lahir karena mengorbankan nyawa Ibunya!" Seorang wanita berteriak dan menatap tajam pada anggota keluarga De Merion.

Alexis balik menatap tajam pada wanita itu, dia adalah adik iparnya, Bianca Maheswari. "Istriku meninggal karena takdir, ia lebih memilih menyelamatkan anak bungsuku, karena memang itu adalah pilihannya!" Tegasnya.

"Diam kau bajing*n! Kau yang menyebabkan kesengsaraan di kehidupan saudariku!" Bianca menutup telinga untuk kebenaran yang terpampang jelas, ia terus menyalahkan Alexis dan putra bungsunya. "Jika saja kau tidak menikah dengan kakakku, dia pasti masih akan hidup dan bahagia sekarang!"

Alexis mengeraskan rahangnya, "Bahagia? Aku tidak pernah melihat raut bahagia di wajah istriku selama dia tinggal di keluargamu itu!" Alexis mengepalkan tangannya, ia mencoba menstabilkan amarahnya agar tidak meluap. "Kalian hanya memperlakukan istriku bagaikan barang istimewa yang harus selalu di pamerkan, bukan sebagai manusia, atau bahkan sebagai keluarga kalian sendiri." Ucapnya dengan suara berat.

"Jika kalian tidak memperlakukannya sebagai keluarga kalian, setidaknya perlakukan dia sebagai manusia." Alexis tidak peduli bagaiman raut wajah dari keluarga pihak istrinya, ia sudah sangat muak dengan perilaku mereka yang sangat menjijikan.

Setelah mengatakan itu, Alexis membawa anak-anaknya untuk kembali ke mansion, lagi pula tamu sudah mulai berhenti berdatangan, dan ini sudah hampir pagi.

"Daddy... ayo lihat adik." Heli meminta dengan mata yang masih sembap, dari tadi anak itu terus menangis, ia baru berhenti menangis setelah Alexis mengajaknya untuk pulang.

Sekarang mereka ada di dalam mobil, dalam perjalanan menuju manison keluarga De Merion. Tapi, mendengar permintaan dari putra kecilnya, sepertinya Alexis harus putar arah. "Tentu, bagaimana dengan kalian?" Tanyanya pada anak-anaknya yang lain yang duduk di kursi belakang.

Alexis menyetir sendiri, di sebelahnya ada Heli, dan empat lainnya di kursi belakang.

"Kami akan ikut." Jawab si sulung, Alexis hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

Saat sampai di rumah sakit, mereka langsung menuju ruang inkubator tempat si bungsu di simpan. Bungsu De Merion itu harus berada di ruang inkubator selama beberapa bulan, karena ia lahir dalam keadaan lemah, belum lagi, ia tidak langsung mendapat asi dari ibunya.

"Adik... cepat besar." Heli mengusap pipi lembut adiknya, ia dan Alexis sekarang tengah ada di dalam ruang inkubator dengan mengenakan baju khusus.

Setelah mereka, empat anak yang lainnya ikut masuk ke dalam, dua orang di setiap satu kali kunjungan.

Prince : Edzard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang