13

689 72 4
                                    

Budayakan untuk memberi Vote dan Komen, biar Mom bisa lebih semangat nulisnya.

Tolong tandai jika ada Typo.

Happy Reading

°°°°°°《♤》°°°°°°

Setiap orang di kantin memandang dengan pandangan berbeda pada Ed yang kini tengah melabrakan orang-orang yang membicarakannya.

Ada yang merasa kasihan, iba dan simpati saat Ed menunjukkan ekspresi muram dan merasa sedih.

Dan ada yang merasa bangga karena pria kecil dan manis itu berani melabrak dan melawan, kata-katanya memang lembut dan tanpa intimidasi, tapi dari setiap kalimat terdapat pesan tersendiri.

Heli adalah salah satu orang yang sangat bangga, dia tidak menyangka jika adiknya yang selalu penurut dan manis itu bisa melawan dan bermain kata dengan lihai.

Dalam kalimat 'De Merion tidak sebaik itu untuk tetap diam, bahkan dalam hal terkecil sekalipun.' Itu tidak di lebih-lebihkan, karena memang begitulah kenyataannya, De Merion selalu melindungi keturunannya dengan sangat ketat, pencelaan sedikit saja bisa mengakibatkan pemusnahan kehidupan.

"Oh iya, soal mata yang kalian bilang nyeremin... " Ed menggantung ucapannya, dia menatap sinis sekilas salah satu siswi yang menatapnya. Membuat siswi itu menciut dan menundukkan kepalanya.

"Kalian kayaknya gak tau ya, hal yang langka itu, lebih menarik dan lebih banyak di minati." Lanjutnya, sebuah senyum manis terukir dan melangkah mundur dengan perlahan.

"Karena kalian gak mau kenalan, yaudah deh. Aku ke kelas dulu ya, bye-bye!"

Ed berbalik sepenuhnya dan berjalan mendekati Heli yang telan berdiri bersama dengan teman-temannya yang lain.

"Ayo, sekarang pelajaran Ekonomi, Prince gak mau ketinggalan, apalagi katanya Ibu Ajeng mau kasih hadiah sama siswa yang bisa jawab semua pertanyaanya di tes lisan sama tulisan." Cerocosnya pada sang kakak, dengan tangan mungilnya yang menarik-narik tangan besar Heli agar segera kembali ke kelas.

Heli hanya terkekeh dan mengangguk, berjalan mengikuti sang adik dan meninggalkan kantin yang mulai kembali ramai.

"Haha, keren banget permainan katanya." Celetuk Galen, mendapat anggukan dari yang lainnya.

Mereka sebenarnya tidak ingin membiarkan Ed untuk turun tangan sendiri, tapi melihat bagaimana pria manis itu menyelesaikan masalah dengan baik, membuat mereka kembali memikirkan ulang jika Ed adalah anak lemah yang harus selalu mereka lindungi dari apapun.

Ed yang barusan mereka lihat tampak lebih percaya diri dan lebih mendominasi, walau hanya berbekal kata-kata, tapi itu mampu membuat lawan tak berkutik.

Pada dasarnya, terkadang kata-kata bisa menjadi senjata paling menakutkan di banding senjata api atau senjata tajam, karena dengan kata-kata, kita bisa menyerang mental dan pikiran lawan. Tidak menyakitkan, tapi lebih ke menderita karena rasa sakitnya bukan sesuatu yang bisa di tahan dengan mudah.

Seperti apa yang di katakan Ed, kelas pada mata pelajaran Ekonomi kali ini sedikit lebih menyenangkan, para murid berlomba untuk memecahkan soal yang di berikan sang guru, dengan iming-iming hadiah bagi pemenang.

Beberapa murid tampak kesulitan menjawab soalan, beberapa tampak menyerah karena terlalu rumit, beberapa lagi masih berusaha untuk memecahkan, karena selain hadiah, tentu saja nilai mereka juga akan naik.

Ed mengerjakan dengan serius, dia tidak tahu apa hadiah yang di tawarkan, tapi dia ingin mendapatkannya. Sifat tak mau kalah dan pantang menyerah Ed adalah sifat keturunan dari semua anak-anak keluarga De Merion.

Prince : Edzard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang