15

698 70 0
                                    

Budayakan untuk memberi Vote dan Komen, biar Mom bisa lebih semangat nulisnya.

Tolong tandai jika ada Typo.

Happy Reading

°°°°°°《♤》°°°°°°

Di ruangan luas, dengan hanya berhiasi beberapa furniture dan sofa panjang, semua keluarga De Merion berkumpul, kecuali si bungsu yang masih tertidur.

Hugo, pria tua itu duduk di kursi kepala keluarga, dia menatap lekat anak-anak serta cucu-cucunya yang memiliki pandangan sama, dingin.

"Ini bukan rapat formal, jadi kita langsung pada intinya saja." Hugo angkat suara, membuat yang lain mengangguk mengerti.

"Jadi... si manis memiliki kendala dengan mentalnya?" Tanya Hugo yang melirik pada Aidar dan adik-adiknya.

Aidar mengangguk, dia kemudian berdiri dan memberikan beberapa lembar kertas yang telah ia siapkan pada Hugo.

"Sebelumnya kalian pasti juga tahu jika Prince menderita gejala penyakit hati, dan radang tenggorokan karena terluka. Dan penyakit lambungnya yang sangat parah." Aidar menjelaskan, kedua tangannya saling meremat.

Aidar kemudian kembali menjelaskan bagaimana kondisi Ed saat pertama kali mereka menemukan anak itu, semua mendengarkan dengan tangan mengepal, mereka setidaknya bisa menebak, kehidupan macam apa yang di jalani anak itu selama bersama sang paman.

"Anak malang, karena dibutakan oleh emosi, orang dewasa yang harusnya berfikir rasional malah bertindak gila. Membuat seorang anak menderita dan anak lainnya terkurung dalam penyesalan."

Semua diam mendengar perkataan Hugo, anak yang menderita di tujukan pada Ed, sedangkan anak yang terkurung dalam penyesalan adalah para kakak Ed yang dengan putus asa mencarinya selama hampir tiga belas tahun.

Aidar masih sangat ingat, hari pertama dia bertemu dengan si bungsu, ingin rasanya dia memeluk adik bungsunya itu saat itu juga. Dia ingin mengatakan jika dia sudah lama mencarinya dan mendambakannya.

Begitupun dengan adik-adiknya yang lain, mereka tidak bisa membendung rasa senang saat berhasil menemukan si bungsu. Tapi rasa senang itu seolah di campuri dengan bumbu kesedihan juga, sang adik mengalami trauma dan penyakit serius, mengharuskannya di rawat dan mendapat penanganan khusus.

Puk.

Aidar merasakan tepukan di bahunya, dia melihat Rowena yang tersenyum dan mengguncang sedikit tangan yang berada di pundaknya.

"Kalian sudah bekerja keras, kalian berhasil menemukan pangeran kita, bahkan dengan informasi yang sangat kecil, kami bangga pada kalian." Ujarnya dengan sungguh-sungguh.

Sebuah kekehan terdengar di bibir gadis yang seharusnya telah menikah itu, "Kalian berhasil, jadi jangan memasang wajah menyedihkan seperti itu." Lanjutnya.

Semua orang terkejut melihat lima bersaudara putra Amelia dan Alexis, saling menunduk dengan air mata yang bercucuran, mereka memaklumi dan saling menguatkan, mengatakan jika semua usaha yang mereka lakukan belasan tahun ini terbayar, pangeran De Merion telah kembali dan aman.

Malam itu tidak ada acara makan malam bersama, karena mereka datang sangat sore, dan akan sangat telat jika melakukan makan bersama di jam hampir sepuluh malam.

Jadi bagi yang ingin makan, akan pergi ke dapur, atau menyuruh maid untuk membawa makanan ke kamar mereka.

Hari berganti, Ed yang merasakan sinar matahari mengenai wajahnya lantas mulai membuka mata karena terusik, sedikit kesulitan karena entah kenapa dan kapan, ada dua titan yang tidur di sisi kanan dan kirinya.

Prince : Edzard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang