Chapter-3

32 7 1
                                    

Hari ini Joy berangkat ke sekolah seperti biasa. Entah hal luar biasa apa yang akan terjadi hari ini, Joy tidak pernah memperdulikan nya. Belakangan ini, para pembuli itu sudah jarang mengganggunya. Mungkin mereka sudah bosan atau karena Joy sudah sering bergaul dengan Zaine. Padahal saat itu maupun laki laki dan perempuan, semua membuli nya. Dan para kakak kelas itu ikut ikutan. Tapi kalau sekarang sudah sedikit berkurang.

"Apa maksudmu menulis ini?!" ketika Joy sedang jalan lewat lorong yang menuju kantin. Joy mendengar suara orang yang bertengkar.

"A-apa maksud-mu? I... Itu bukan Aku... Yang menulis-nya.."

"Bohong! Sudah jelas disini tertulis namamu!" karena penasaran, Joy memberanikan diri untuk melihat.

Deg!

"Za-zaine..." kata Joy terkejut. Joy tidak bisa berkata-kata sehingga dia hanya bisa mengeluarkan

"Dan, apa maksudmu menulis 'jangan dekat dekat dengan Zaine'?! Dengar ya... Joy itu sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri! Dan kau jangan coba coba mendekatinya!"kata Zaine penuh dengan penekanan di setiap katanya.

"Sa-saudara?" sekarang Joy lebih tidak bisa berkata-kata.

"Dari dulu Aku sudah memberimu kesempatan, Zaky. Maaf karena Aku tidak bisa memberikan kesempatan yang kedua kepadamu.. Sekarang kita putus!"

"A-apa?! Kau tidak bisa seperti itu! Ba-bagaimana hubungan kita bisa berakhir hanya karena orang seperti dia?!" ungkap Zaky tidak terima.

"Apa kau yakin? Ini semua karena dia? Ha, ha.... Salah! Kau yang membuat ini semua terjadi. Bukan dia! Bukankah selama ini Aku diam saja? Kau yang selama ini mengusikku! Sadarlah Zaky.... Kau harus segera bangun dari tidur cantik mu itu..." setelah mengatakan itu, Zaine akan pergi. Tapi, Zaky segera menghentikannya.

"Tunggu!" Lalu, Zaine membalikkan badannya.

"Baiklah jika ini yang kau inginkan. Aku akan membuat perhitungan denganmu! Dan, jangan lupakan dia!" lalu Zaky pergi sambil mengibaskan rambutnya.

"Ter-ternyata mereka... Berpacaran... Aku baru tahu."

___________________________

"Joy!" panggil seseorang dari belakang.

"Oh, Zaine!"

"Kau mau makan bersama? Tya juga ada disana" tawar Zaine.

"Oke."

Setelah kejadian hari itu, Joy tidak pernah mengungkitnya. Dia hanya merasa senang. Entah karena apa, sekarang orang orang mulai mendekat padanya. Mulai banyak orang yang ingin berteman dengannya. Walaupun Joy merasa senang, dia tetap sedikit waspada. Hanya berjaga-jaga kalau ini semua akal-akalan Zaky.

___________________________

Sekarang semua terasa sempurna. Zaine telah mengubah semuanya. Keteguhan hati yang dia usahakan selama ini tidak sia-sia. Tapi, ini semua terasa janggal.

____________________________

"Zaine..." panggil Joy ragu.

"Iya, kenapa?"

"Apa Aku boleh bertanya sesuatu?"

"Tentu. Kau boleh bertanya apa saja."

"Kenapa kamu begitu baik padaku.... Eh?! Maksudku kamu menganggap ku apa? Kenapa kamu begitu baik kepadaku? Bukankah semua orang awalnya menjauhiku?" akhirnya pertanyaan yang selama ini dia pendam dapat ia keluarkan.

Zaine tersenyum.

"Jadi kau mendengarnya ya? Adikku" tiba tiba dia menepuk kepala Joy.

"Za-zaine... Terima kasih" ucap Joy terharu.

"Kau tidak perlu berterima kasih untuk ini."

___________________________

"Joy, kamu mau ya. Sekolah disana. Ada sesuatu yang harus kamu jaga."

"Iya. Joy kan anak papa sama mama yang kuat!"

Tiba tiba memori dari dua tahun lalu kembali berputar ulang dikepala nya. Kini, Joy merasakan rindu yang amat sangat pada kedua orang tuanya.

"Oh. Papa, Mama..... Apakah reinkarnasi itu mungkin?" Joy pun terbang bersama bayangannya. Bayangan bersama kedua orang tuanya yang begitu dia cintai.

"Andai Aku bisa menyusul kalian.." air mata yang sudah tidak kuat dibendungnya tumpah. Meleleh membasahi pipinya.

"Sebenarnya apa yang harus Aku jaga?" Joy terus saja bertanya. Seakan-akan mereka ada disini menyaksikannya.

"Apakah Aku harus bertahan lebih lama lagi?"

KRIEEET...

"Joy..."

"Ah! Nenek!" Joy langsung mengusap air matanya.

"Joy... Apa kau sedang menangis?" tanya neneknya perlahan sambil mendekat.

"Ti-tidak, Nek!" Joy menjawab gugup.

"Joy, kau tidak perlu membohongi nenek tentang hal seperti itu.. Nenek paham, nenek paham bagaimana rasa sakit kehilangan orang yang paling kita sayangi. Bukankah mereka anak nenek juga?" katanya berusaha menghibur.

"Nenek. Apakah Aku anak tunggal?"

"Tentu saja. Bukankah kau selama ini tidak pernah melihat saudaramu?" neneknya Joy sedikit terkejut mendengar itu.

"Kenapa kau bertanya hal itu?" kali ini neneknya yang bertanya.

"Tidak nek. Aku hanya berpikir kalau akan sangat menyenangkan memiliki saudara.

"Apa kau masih kesepian?" tanya neneknya sedih.

"Bu-bukan begitu nek. Jo-joy sekarang tidak merasa kesepian. Teman-teman Joy sudah sedikit banyak. Lagi pula... Joy hanya merasa sedih jika mengingat kepergian mereka. Itu saja." jawab Joy cepat.

____________________________

"Hm... Pelangi yang bagus." kata seseorang yang sedang melihat langit cerah setelah hujan.

Another World in the Mirror [Hiatus]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon