Chapter-4

28 6 1
                                    

"Joy, apa kau ingat kapan terakhir kali makan bersama?" Anth tiba tiba bertanya mengenai momen momen indahnya bersama keluarga.

"Aku ingat. Aku tidak mungkin lupa. Kenangan terindah yang Aku rasakan. Walaupun mengingatnya membuat hati Aku hancur berkeping-keping. Aku tidak akan pernah melupakannya." tiba tiba dadanya terasa sesak mengingat kembali momen itu.

Selalu saja begitu. Air matanya selalu tumpah ketika dia mengingat momen itu. Kenangan yang terasa pahit dan menyakitkan jika dia mengingatnya sekarang. Tapi, rasanya mustahil untuk melupakan momen indah yang dia lalui bersama kedua orang tuanya. Bak mawar dengan duri duri tajam yang siap menusuknya kapan saja. Ingatan itu tersimpan utuh di ingatan Joy.

"Kenapa nenek menanyakannya?" tanya Joy heran.

"Apa kau ingat ibumu memberikan sebuah kunci saat itu?" tanya neneknya tak terduga.

"Iya... Joy... Pernah diberikan sebuah kunci." jawab Joy ragu.

"Apa Joy ingat dimana Joy meletakkannya?"

"Joy... Memangnya kenapa, nek?" tanya Joy berjaga-jaga.

"Coba berikan kunci itu pada nenek." pinta Anth.

"Tapi... Joy lupa dimana meletakkannya." jawab Joy bohong

"Coba nanti kau cari kunci itu. Itu benda yang penting dan tidak boleh sampai kau hilangkan." peringat neneknya.

"Ba-baiklah... Memangnya... Itu kunci apa?"

"Kau tahu gudang di belakang rumah kita?"

"Tentu saja." jawab Joy antusias.

Karena, Joy dari dulu selalu penasaran dengan gudang itu. Tapi, setahunya gudang itu tidak pernah dibuka. Cukup aneh memang kalau dipikirkan. Tapi, tidak perlu repot repot memikirkannya karena ini hanya dunia fantasi.

"Nah, sebenarnya kunci itulah satu-satunya cara untuk dapat memasuki gudang."

"Wah..." Joy kagum.

"Dimana kira-kira kau menghilangkannya?" selidik Anth.

"Mana Joy tahu? Kalau Joy tahu namanya bukan hilang..."

___________________________

"Emmm.... Joy!" panggil seseorang.

Joy membalik badan.

"Ada apa?" tanya Joy.

"Apakah Aku boleh bertanya sesuatu padamu?" tanya seseorang itu lagi yang ternyata adalah Zaine.

"Tentu kenapa tidak?"

"Apakah Aku boleh ke rumahmu besok?" tanya Zaine mendadak.

"Kenapa? Tiba-tiba saja kamu ingin kerumahku." heran Joy.

"Apakah boleh?" Zaine bertanya lagi.

"Hmm.." Joy terlihat berpikir.

"Baiklah kalau begitu." setelah beberapa saat, Joy akhirnya memutuskan.

"Terimakasih."

_____________________________

Esok hari.....

"Zaine, apa kamu jadi kerumahku hari ini?" Joy bertanya dalam telepon.

"Tentu saja jadi. Ini Aku sudah berada di depan rumahmu."

"Apa?! Kamu datang secepat itu?! Katakan! Rumahku berwarna apa?" tanya Joy panik.

"Biar Aku tebak. Rumahmu pasti yang berwarna biru tua ditengah-tengah rumah oranye kan?" tebak Zaine.

"Gawat! Ini gawat! Padahal Aku belum bersiap-siap!"

"Joy! Joy! Apa kau masih disana?" tanya Zaine memastikan.

"Ta-tapi..-"

"Jangan khawatir, kau nggak perlu siap-siap. Nanti Aku jadinya malah ngerepotin lagi."

"Oh... Baiklah kalau begitu." Joy lega.

Setelah menutup telepon, Joy segera bergegas kedepan pagar rumahnya untuk membukanya. Joy berpikir pasti Zaine sudah menunggu lama diluar. Apalagi tadi sempat dia telepon.

"Silahkan masuk..." setelah membuka pagar, Joy segera mempersilahkan Zaine masuk.

"Tidak perlu sungkan Joy.. Bukankah kita hanya teman sekelas?"

"Justru ini pertama kalinya ada teman datang berkunjung kerumahku. " kata Joy sedikit bersemangat.

"Oh.. Lalu, apa kau senang Aku berkunjung ke rumahmu?"

"Tentu saja. Bukankah semua akan senang jika rumahnya dikunjungi oleh temannya?"

"Hm.. Ya, mungkin."

"Zaine. Apa kamu mau jus jeruk?" Joy menawarkan.

"Tentu. Terimakasih."

____________________________

"Joy, apa Aku boleh meminjam kamar mandi?"

"Boleh. Kamu hanya perlu belok kiri setelah melewati pintu itu. Pintu kedua dari sini." terang Joy.

"Oh, iya. Aku harus pergi mencari sesuatu terlebih dahulu kalau kamu mau menungguku." tambahnya

"Ya. Pergilah."

Cklek!

"Ternyata benar disini." kata seseorang.

__________________________

"Joy! Kau mau nggak habis pulang sekolah nanti kita makan di cafe yang baru Aku bilang waktu itu?"

"Bisa sih kayaknya. Tapi Aku pulang dulu. Kayak biasa, Aku kan harus bilangan dulu ama nenek. Nggak papa kan Tya?"

"Ga papa lah. Masa Aku ngelarang sih."

SEPULANG SEKOLAH....

"Udah bilangan?" tanya Tya yang setia menunggu di depan pagar.

"Udah dong."

"Kenapa kau harus izin ke nenekmu dulu sih?"

"Ya... Biar nenekku nggak khawatir lah... Masa gitu aja kamu nggak tahu sih." kata Joy muram.

"Hehe... Bercanda. Kau nggak seru ah!"

"Lalu bagaimana yang seru Tya...." Joy berkata gemas dengan mengacak rambut Tya.

"Ih... Hentikan Joy! Nanti rambutku jadi berantakan tahu!" kata Tya sambil menyingkirkan tangan Joy dari atas kepalanya.

"He... Kenapa kamu marah Tya? Bukankah aku hanya bercanda juga?" kata Joy sambil membuat muka mengejek kearah Tya.

"Ih! Bukan gitu!"

___________________________

"Bagaimana menurutmu? Apa menurutmu ini enak?"

"Iya. Tidak salah kita kesini. Selanjutnya kamu mau mencoba menu apa?"

"Maaf Joy, Aku harus pergi tiba-tiba saja Aku ada urusan mendadak." kata Tya sambil melihat kearah hp nya dengan raut muka menyesal.

"Tidak apa. Kamu bisa pergi. Aku akan melanjutkan makan ini dulu disini."

"Benar tidak apa?"

"Tentu saja."

___________________________

Another World in the Mirror [Hiatus]Where stories live. Discover now