Chapter-6

16 5 0
                                    

"Richard, kira-kira kamu mau kemana dulu? Soalnya aku mau mesen Gojek."

"Lho. Kau berjalan kaki kesini?"tanya Richard penasaran.

"Enggaklah! Masa aku jalan kaki dari rumah kesini.. Rumahkan jauh. Cuman biasanya aku naik angkutan umum."

"Kenapa? Kau nggak ada kendaraan? Atau kau nggak bisa?"

"Enggak kok aku punya. Aku juga bisa ngendarainnya. Tapi, bagiku lebih nyaman berangkat kesekolah bareng banyak orang. Kalau aku hi ketemu sama temen sekelas, aku bisa ngobrol sama dia."kata Joy sambil tersenyum ramah.

"Joy, kau..."kata Richard kaget.

"Aku? Memangnya ada apa denganku?"

"Enggak kok" kata Richard sambil memalingkan mukanya.

"Mau aku bonceng nggak?"tanya Richard.

"Eh? Aku? Emang boleh?"tanya Joy heran sambil menunjuk diri sendiri.

"Kenapa? Boleh kok. Nggak perlu takut."

"Oh.. Oke."

Joy segera menaiki motor Richard, jok bagian belakang. Setelah Joy naik, Richard segera memberikan helm kepada Joy. Saat itu juga Joy menyadari sesuatu.

"Bagaimana dengan mu?"kata Joy sambil melihat helm yang diberikan Richard.

"Ini."Richard memberikan isyarat dengan matanya. Helm itu tergantung di spion kanan motornya.

"Kamu memakai dua helm sekaligus?"Joy terkejut.

"Ha ha ha. Tentu aku hanya memakai satu helm. Bukankah kepalaku hanya satu?"

"Aku selalu membawa dua helm. Jangan tanya bagaimana caraku membawanya."lanjutnya.

"Baiklah kalau begitu. Hmmm.. Apa kamu bisa mengendarai motor ini."tanya Joy. Motor yang Richard kendarai adalah motor gede.

"Tentu saja aku bisa mengendarainya. Kalau tadi pagi aku nggak berangkat menggunakan ini lalu aku naik apa?"

"Eh. Iya, ya."

"Apa kau bisa mengendarai motor seperti ini?"

"Lumayan."jawab Joy sedikit malu.

"Kalau begitu sebaiknya kita cepat berangkat."

Setelah mengatakan itu, Richard memakai helmnya. Begitu pula dengan Joy. Setelah memastikan kalau Joy juga sudah siap Richard melajukan motornya. Sebelumnya Richard memang sempat melihat cafe yang bagus. Walaupun hanya melihat, dia akan coba kesana.

"Kamu mengendarainya kurang cepat."kata Joy sedikit berteriak.

Selain karena dia dan Richard sedang memakai helm. Angin bisa membuat suaranya kurang terdengar jelas. Maka dari itulah Joy sedikit mengencangkan suaranya.

"Memangnya kau bisa mengendarainya lebih cepat?"

"Tentu saja."

Walaupun ini memang bukan termasuk mengebut. Tetap saja Richard sedikit terkejut mendengar kalau Joy bisa sedikit lebih cepat dari ini. Selain fakta kalau jarang perempuan yang bisa mengendarai motor gede. Richard mulai curiga kalau sebelumnya dia pernah melihatnya di suatu tempat.

Brum! Brum! Brum!

"Ayo!"

"Salip cepat salip dia..!"

"Jangan sampai ketinggalan!"

"Ayo! Maju terus!"

"Jangan sampai kalah!"

Riuh suara penonton terdengar begitu keras. Benar! Ini adalah arena balapan. Mereka sedang mendukung masing-masing peserta lomba. Ada dua orang yang berhasil sampai di babak final. Hadiah yang menggiurkan membuat banyak orang yang mengikutinya. Sepuluh juta bukanlah jumlah yang sedikit.

"Aku dengar salah satu pesertanya adalah perempuan."

"Benarkah?"

"Benar. Aku juga pernah dengar."

"Kalau kalian hanya pernah mendengarnya. Aku pernah melihat mukanya."

"Yang benar saja? Kau jangan asal bicara!"

"Sungguh! Aku tidak bohong! Kalau kau tak percaya, tanyakan saja padanya."kata orang itu sambil menyenggol lengannya.

"Benar aku juga pernah lihat. Dia masih muda. Wajahnya juga cantik."

"Waaah.. Aku jadi ingin melihat langsung."

"Tapi dia selama ini hanya pernah membuka helmnya sebanyak satu kali. Itupun hanya sebentar."

"Yah.. Kalau begitu sayang sekali."

Richard mengingat lagi hari itu. Hari ketika dimana dia dikalahkan oleh seorang pembalap wanita. Dia memang tahu kalau yang mengalahkannya adalah seorang pembalap wanita. Tapi dia tidak tahu sama sekali muka dari pembalap itu.

"Jadi kafe ini yang kamu maksud?"

Setelah membuka turun dan membuka helm. Joy langsung menunjukkan ekspresi seakan dia tahu cafe ini. Dan bertanya kepada Richard.

"Kenapa? Kau tidak suka? Atau susah pernah kesini?"

"Hanya tahu sih.. Soalnya belum sempet kesini. Cuman lewat. Tuh sampingnya tempat reparasi motor. Aku lumayan sering kesitu."kata Joy sambil menunjuk tempat yang bersebelahan dengan cafe Dejavu yang mereka datangi.

"Kenapa kau mendatangi tempat reparasi motor? Bukankah kau selalu berangkat sekolah menggunakan kendaraan umum?"

"Yaaaa... Tapi.. Itu. Aku cukup sering menggunakan motor ketika berada di luar lingkungan sekolah."jawab Joy kaget dan sedikit gugup.

"Untuk apa?"

"Rahasia. Bagaimana kalau kita segera masuk?"Joy menawarkan.

"Baiklah."

Karena senang Richard sampai lupa kalau dia harus memberitahu Tya. Begitu pula dengan Joy. Dia sampai lupa karena terlalu bersemangat.

"Bagaimana dengan dessertnya tadi?"tanya Richard kepada Joy saat mereka sudah berada diluar cafe.

"Lumayan. Oh ya! Sepertinya aku melupakan sesuatu.

"Sepertinya aku juga begitu."kata Richard membenarkan.

"Tapi apa ya.."Joy menarik kepala yang tidak gatal.

"Kalau begitu, sebaiknya kita bergegas pulang."

"Kamu benar."

Richard segera menaiki motornya yang terparkir didepan cafe dan segera menanggalkan helmnya. Begitu pula dengan Joy. Sebelum pulang kerumahnya, Richard mengantarkan Joy ke rumahnya terlebih dahulu.

"Terima kasih."

"Tentu. Lagi pula sudah seharusnya bukan kalau aku mengantarmu?"

"Tapi tetap saja. Terima kasih."

"Sama sama. Kalau begitu, aku pulang."

__________________

Another World in the Mirror [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang