Chapter-11

15 7 5
                                    

"E-e... Kalian.... Kenapa berada disana?"Joy mengucek matanya, ngantuk.

Sepertinya Joy terbangun karena keributan. Joy melihat Irene berada diujung beranda kamar. Dan ketika Joy baru akan berjalan kearahnya, Irene lompat dari balkon kamar.

"Irene!"Joy langsung melihat kebawah balkon. Terlambat. Dia sangat cepat. Joy bahkan tidak melihat se senti pun ujung syalnya. Padahal tadi Joy melihat jelas kalau Irene memakai syal yang cukup panjang.

"Tidak perlu dikejar."seseorang tiba-tiba melompat ke pembatas balkon. Joy melihat sekilas.

"Siapa dia? Kenapa dia ikut campur? Padahal kan dia nggak diajak!"gumam Joy dalam hati.

"Kalian tidak tahu, dia berusia ratusan, bahkan ribuan tahun lebih tua dari kalian."orang itu berkata lagi.

"Siapa kau?"Richard melihatnya dengan tatapan menyeramkan. Dia menarik Joy mendekat. Jarak antara Joy dan orang misterius itu memang cukup dekat.

"He-hei! Kenapa ka-"

"Kenapa? Kau mengidolakanku? Kalau benar seperti itu, baiklah. Akan kunberitahu siapa namaku."Richard menatap nya marah sebagai balasan.

"Namaku Felix."

"Tidak akan ada yang mau mengidolakanmu!"Richard mengajak Joy masuk kedalam kamar. Dan Joy? Dia menurut saja karena menurutnya orang itu aneh.

"Tunggu! Bukankah kau ingin keluar dari dunia ini?"

Seketika itu pula, langkah Joy terhenti. Dia mengingat sekilas orang-orang terdekatnya di dunia sana. Neneknya, sahabatnya, semua orang yang tidak ingin dia tinggalkan. Joy membalik badan. Mendengarkan.

"Benar bukan? Kau pasti ingin keluar dari dunia ini. Bagaimana kalau kita bekerja sama?"Felix menawarkan.

"Kerja sama? Tentang apa?"Joy semakin tertarik.

"Tidak perlu, Joy!"Richard menatap Joy tidak yakin.

"Tidak. Ini bahkan sangat perlu. Aku tidak mau berlama-lama lagi berada disini."Joy tidak mengalihkan pandangannya dari Felix.

"Mendekatlah."setelah melihat samping kanan, samping kiri. Felix menyuruh Joy untuk mendekat. Sepertinya dia membisikkan sesuatu disamping telinga Joy.

"Jadi, seperti itu. Apa kau setuju?"Felix mengakhiri perkataannya.

"Baiklah kalau hanya itu syaratnya."Joy mengedipkan sebelah matanya.

"Dan... Sebaiknya kau beri tahu juga dia."Felix menunjuk Richard dengan dagunya.

"Kenapa?"Joy membuat raut muka malas.

"Karena dia sepertinya bisa membantu."

"Iya..."

__________________________

"Jadi kau menyetujuinya?"

"Kenapa tidak? Lagi pula itu demi kebaikan kita juga kan?"

"..."

"Richard.. Apa kamu tidak mau ikut denganku?"

"... Aku.. Mau saja... Tapi bukankah ini berbahaya?"ada banyak keraguan dalam diri Richard saat mengatakan hal itu.

"Di setiap pilihan yang kita ambil akan selalu ada tantangan dan resiko. Dan orang yang menghadapinya hanya orang yang memiliki keberanian."Joy tersenyum yang membuatnya terlihat semakin cantik. Saat itu wajahnya seperti memancarkan sinar bagi Richard.

"Ternyata kau bisa juga membuat kata-kata mutiara."Richard tersenyum dan mengacak rambut Joy.

"Hentikan! Lihat! Rambutku jadi berantakan bukan?!"

"Bukankah dari awal memang sudah berantakan? Kau lupa kalau tadi kau baru bangun?"

Joy tersentak. Dia lupa kalau tadi setelah bangun tidur, dia kaget karena Irene melompat keluar jendela. Jadilah rambutnya acak-acakan.

"Hah? Kenapa kamu nggak bilang?!"

"Emangnya tadi nanya?"

"Kamu nanya?"Joy kesal lalu pergi kedalam kamarnya dan menutup pintu balkonnya meninggalkan Richard diluar.

"Kamu bertanya-tanya?!"Richard berteriak berharap suaranya akan didengar oleh Joy. Tapi, dia lupa satu hal.

"Oooii! Bisa diam nggak sih? Udah malem jangan ribut! Tetangga penginapan disamping kamar Joy membuka jendelanya. Melihat kearah Richard, mendengus sebal lalu menutupnya lagi.

"Maaf."Richard mengecilkan suaranya.

_____________________________

"Aduh! Kenapa sih pagi-pagi kamu udah bikin aku kesel!"

"Biar badannya vit... Kau harus bangun lebih pagi!"tarik Richard ke suatu tempat.

"Pagi apa?! Ini malem tau?! Jam tiga malem!"Joy menegaskan. Rasanya baru saja dia memejamkan mata, Richard sudah mengetuk-ngetuk pintunya.

"Masuk sini."Richard membuka pintu sebuah rumah. Tanpa menjawab. Joy langsung mem bombastis said eyes nya.

"Kau tidak perlu curiga seperti itu. Bukankah kita sudah lama tinggal didunia aneh ini?"Richard memalingkan muka nya dari Joy.

"Afah iyah?"Joy masih tidak yakin.

"Masuk saja! Bukankah katanya mau ngantuk?"Richard mengeraskan suaranya. Tentu saja Joy terbelalak. Kata-kata yang Richard ucapkan sangat ambigu.

"E-e... Maksudku setelah urusan ini selesai kau bisa tidur nyenyak."

"Kata-katamu yang barusan itu... Lebih mencurigakan. Tahu.."

".. Bercanda. Aku tahu kok. Pasti ada urusan kan? Okeh. Aku masuk dulu."Joy melanjutkan omongannya. Sebenarnya Joy tahu. Pasti ada sesuatu yang akan Richard beritahukan kepadanya. Maka dari itu, Richard membawanya kesini.

"I-ini... Rumah siapa?"Joy kagum. Rumah yang dia lihat sangat terkesan elegan. Padahal dari luar, rumah itu terlihat biasa-biasa saja.

"Yang pasti, ini bukan rumahku."Richard menjawab singkat.

"Zaine? Kenapa kamu berada disini. Kamu Zaine bukan? Atau.. Aku salah lihat? Sepertinya kamu hanya terlihat mirip."Joy kaget tidak percaya. Jika dulu dirinya, Richard, dan. Sekarang Zaine?

Seseorang yang terlihat seperti Zaine itu bangkit dari duduknya. Dia duduk di kursi bagian paling ujung. Sepertinya dia adalah tuan rumahnya.

"Bagaimana kalau aku mengatakan.. Aku adalah Zaine?"

Another World in the Mirror [Hiatus]Where stories live. Discover now