Chapter-9

41 6 0
                                    

"Bagaimana kalau kita ke pasar?"usul Richard.

Begitulah. Hari hari Joy terisi di didunia ini. Setiap hari pasti Richard sibuk mengganggunya. Entah dengan menyiram air ketika membangunkannya. Atau mengerjainya dengan memasukkan banyak lada di makanannya. Kita lihat, kali ini apa lagi yang diperbuatnya.

"Bicaramu seperti memiliki banyak uang saja.."Joy sebenarnya tergiur ajakan Richard.

"Tentu. Aku sedang banyak uang."

"Kenapa bisa? Menjadi polisi lagi dengan menabrak setiap maling? Atau kali ini menjadi malingnya?"kata Joy kesal akan tingkah jahil Richard selama ini.

"Perkataan mu kejam sekali..."Richard pura-pura murung.

"..."

"Joy! Aku serius! Aku memang sedang banyak uang!"

"Dari mana?"

"Rahasia. Tapi ini bukan hasil nyolong mangga tetangga sebelah kok."

"Hah?"sontak Joy menoleh kearahnya.

"Bercanda. Tapi, ini nggak haram kok."

"Oke. Tapi, kamu belanjain ya."Joy pun langsung berubah mood.

"Pasti."

Di Pasar..

Joy sangat senang karena akhirnya dia dapat ke pasar tradisional di dunia ini. Dari pada menghabiskan hari dengan duduk dan dijahili Richard, ini seribu kali lebih baik. Lagi pula Joy memang sangat penasaran sedari awal.

Kedai yang pertama kali Joy lihat adalah kedai yang menjual hiasan dan pernak pernik. Seperti tali rambut, tusuk konde, gelang, dan lain lain. Dia melihat-lihat. Mana kira-kira yang paling cocok dan sesuai dengan seleranya.

"Wah... Bagus. Rasanya ingin ku beli semua."

Richard ikut melihat lihat dengan Joy. Dia sepertinya memperhatikannya dengan seksama.

Srek!

Ada yang mengambil satu pasang liontin dari belakang bahu Joy. Ketika Joy menoleh. Dia mendapati Richard yang sedang menatapnya sambil memegang sepasang liontin itu.

"Joy, cepat ambil sesuatu karena aku akan pergi ketempat lain."

"O-oh, ba-baiklah."lalu Joy mengambil jepit rambut daun berwarna keperakan.

"Totalnya 15 d'chein."penjual memberi harga ketika Richard menyodorkan barang yang dia dan Joy ambil.

"Richard, kamu... Mau kemana? Apa ke pasar nya udah lesai?"

"Belum. Aku mau ke toko baju. Kau ikut?"

"Hem! Tentu!"

Di toko baju...

Joy menatap sekeliling kagum. Tidak percaya pada apa yang dia lihat. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa di toko ini ada baju khas dari berbagai negara?

"Joy, bagaimana kalau kau memakai ini?"Richard menyerahkan satu set baju dengan celana yang memiliki lapis lapis khusus berwarna keemasan.

"Wah, bagus sekali.. Aku mau coba diruang ganti deh."Joy menuju ruang ganti.

"Bagaimana?"Joy keluar sudah memakai baju yang Richard sarankan.

Richard yang mengetahui kalau Joy sudah selesai segera menoleh. Kali ini dia melihat Joy dengan tatapan kagum. Baju itu kontras dengan warna rambut Joy yang keperakan. Tapi, itulah yang membuatnya terlihat cantik. Sejenak dia terlena oleh penampilan Joy.

"Ehem!"Joy mengagetkan Richard.

"A-apa?"

"Bagaimana?"akhirnya Joy bertanya lagi.

"Cocok. Bagus. Maksudku terlihat cocok denganmu. Sebaiknya kau memakainya saja. Bagaimana kalau setiap hari kau memakainya?"

"Hah? Maksudmu setiap hari aku memakai baju yang sama?"

"Bu-bukan begitu."Richard menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Beli baju yang seperti itu sedikit banyak. Bagaimana?"

"Tidak. Beli dua saja yang seperti ini. Dan sisanya aku memilih sendiri."Joy menolak mentah-mentah tawaran Richard.

"Baiklah kalau begitu."

____________________________

"Hmmm... Ini cukup bagus juga."Joy melihat lihat mantel yang Richard pilihkan untuknya di kamarnya.

Tok! Tok! Tok!

"Joy! Boleh aku masuk?"terdengar suara Richard dari luar.

"Tumben sekali kamu bertanya terlebih dahulu."Joy berkata agak keras dengan nada mengejek.

"Boleh atau tidak?!"sepertinya Richard mulai lelah dengan tingkah laku Joy.

"Ya. Tentu."lalu, tanpa berlama-lama Richard masuk.

"Ini."

"Apa ini? Untukku?"Joy melihat satu dari sepasang liontin yang tadi Richard beli.

"Ya. Tentu."

"Terima kasih. Ini cantik."sambil memandangi liontin perak bulan sabit yang sekarang ada ditangannya.

Hening.

"Apa kau ingin keluar?"tanya Richard memecah keheningan.

"Lagi?"Joy heran. Kemana selanjutnya mereka akan pergi.

"Kali ini kita keluar untuk makan."

"Tapi, bukankah disini kita sudah mendapatkan makanan. Nanti siapa yang akan memakannya? Itu namanya membuang-buang..."

"Kan kita bisa membeli camilan saja. Sekalian melihat-lihat sekitar."

"Baiklah kalau begitu."

______________________

"Ternyata sashimi itu enak ya. Walaupun rasanya agak aneh sih."

"Itu karena belum terbiasa."

"Memangnya kamu terbiasa?"

"Ya. Aku cukup sering memakannya."

"Jadi kamu meny-"Richard memotong pembicaraan Joy dengan menutup mulutnya dari belakang.

Ketika memasuki gang, Richard mendengar suara. Suara itu berasal dari ujung gang satunya. Bisikan seseorang. Tentu. Sepertinya agar tidak ada yang mengetahuinya.

"Hmm... Hmph!"Joy berusaha berbicara.

"Ssst!"Richard memberi isyarat.

"Bagaimana?"

"Tuan. Saya sepertinya tidak bisa melakukannya."

"Bodoh! Kenapa? Bukankah hal itu sangat mudah untuk kau lakukan?! Kau ingin aku langsung turun tangan, hah?"

"E-e.. Itu.. Karena dia mempunyai teman. Dan mereka cukup sering bersama."

"Apa masalahnya?! Bukankah kau adalah pembunuh bayaran yang bagus? Lalu, apa gunanya aku membayarmu mahal-mahal?"

"Sa-saya tidak berani. Ma-mata itu. Saya tidak berani."

Another World in the Mirror [Hiatus]Where stories live. Discover now