Chapter-12

16 7 4
                                    

"Ehem!"Joy berdehem karena rasanya sedikit canggung.

"Karena i-itu tidak mungkin. A-aku tidak perlu untuk memikirkannya."Joy menjawabnya dengan gelagapan.

Sebenarnya, orang itu matanya berwarna biru. Itu saja. Hal itulah yang membedakan matanya dengan mata Zaine yang hitam pekat.

"Bukankah kau sendiri yang bilang kalau aku sangat mirip dengannya?"orang itu menaikkan sebelah alisnya.

"Sebenarnya kamu ini siapa? Richard! Kenapa kita bertemu dengannya? Sebenarnya.. Siapa dia?"Joy kebingungan.

"Panik nggak?"

"Richard! Kenapa sih.. Kan kamu yang nga-"

"Oke. Kau benar. Aku Zaine."sepertinya orang itu sudah muak mendengar dua orang didepannya bertengkar.

Sekarang orang itu memakai kan sesuatu ke matanya. Joy memperhatikan karena penasaran. Sementara Richard melihat dengan santai. Terlihat benda itu seperti dikeluarkan dengan sangat hati-hati.

"Lensa?"Joy mengerenyitkan dahinya tak percaya.

"Benar. Ini memang lensa. Aku memakai lensa selama ini. Sekarang aku terlihat sama persis bukan?"

____________________________

Disuatu lorong yang panjang. Gelap, sunyi, dan dingin. Terlihat seseorang yang berjalan tertatih-tatih. Darah menetes disepanjang jalan yang dia lewati.

"Kau sudah kembali?"

"Kau tahu? Walaupun kau sudah melukaiku seperti ini. H-hah! Kau tidak akan bisa menyingkirkanku."

"Yang benar saja. Sekalipun aku bisa. Aku tidak akan memberimu kesempatan untuk mati secara langsung dibawah tanganku."

"Sialan! Siapa yang menyuruhmu kesini?! Sebaiknya kau pergi!!"emosi yang ada didalam dirinya membuat darahnya mendidih.

"Enak saja.. Memangnya ini ruang bawah tanah siapa?"lalu orang itu membalikkan badan sambil mengibaskan rambutnya.

"Akhhhhhhh!!!!!"dia meneriakkan suara yang melengking.

Disisi lain...

"Apa itu? Oi, Richard. Apa kamu tadi mendengar suara?"

"Nggak. Suara apa?"

"Aneh. Perasaan aku tadi denger suara deh."gumam Joy.

"Oh iya. Kau masih ada kunci nya?"seseorang dari belakang menepuk bahu Joy. Yang ditepuk langsung bergidik kaget.

"Zaine? Kenapa kamu bisa ada disini?"

"Karena aku ingin bertanya hal itu."

"O-oooh..Masih. Kenapa kamu bisa masuk kesini? Apa ada benda lain yang bisa bikin masuk kesini?"

"Enggak. Aku juga punya kunci. Tapi, kunc-"

"Kunci mu rusak kan waktu kau udah masuk kesini."Richard menyela.

"Kamu ini memang suka sekali menyela orang yang berbicara."Joy menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

"Ngomong-ngomong.. Mana punyamu? Maksudku.. Kunci mu? Coba lihat?"Joy menjulurkan tangannya.

"Ini."Zaine meletakkan kunci itu tepat ditangan Joy.

"Kunci ini sedikit berbeda dari punyaku. Ini. Yang ini beda.."Joy mengeluarkan kunci punya nya. Terlihat, permata di kunci yang dia miliki berwarna keperakan. Sedangkan Zaine, keemasan.

"Berarti punya kita bertiga beda. Lihat!"Richard mengeluarkan kunci yang memiliki permata keunguan.

"Lho, kok?"Joy terkejut.

Memang kunci yang dimiliki Richard dan Zaine hancur berkeping-keping. Tapi, permata ketiganya berbeda-beda. Joy penasaran apa yang membuatnya hancur seperti itu.

"Kita bisa keluar nggak dengan tanpa kunci?"

"Nggak. Mau bawa kunci yang udah hancur pun nggak bisa. Tapi aku nggak tahu kalo bawa kunci yang masih utuh. Soalnya aku udah pernah nyoba."

"Lho, kamu nggak dikejer ama pulu-pulu?"Joy melangkah satu kebelakang.

"Pulu-pulu apa lagi ni?"Richard menepuk jidat.

"Itu lho.. Yang waktu itu ngejer-ngejer kita.. Di hutan waktu itu.. Jangan-jangan dia pulu-pulu yang nyamar lagi.."

"Mana ada pulu-pulu nyamar.. Lagian mereka nggak make topeng yang besar kan?"Zaine menanggapi.

"Richard, kamu emang udah tahu dari awal kan."

"Apa?"

"Iya kan!"

"Apa.... Jawab dulu apa..."

"Kalo kamu udah tau dari awal Zaine ada disini kan? Terus.. Kamu dapet uang yang waktu itu dari dia kan? Waktu itu aku ngikutin kamu.. Hehe.."

Waktu itu...

"Dia kemana sih. Kok aku jadi penasaran ya.. Aku ikutin, ah."Joy melompat lompat kecil tanpa suara. Mencoba menyeimbangkan langkah kakinya.

Sreek!

"Siapa disana!"Richard segera menoleh kebelakang. Tapi, tidak ada jawaban dari sana sama sekali.

"Pantesan aja waktu itu.. Ada suara. Penguntit!"Richard menyipitkan matanya.

"Eits! Jangan salah! Kita ini teman.. Lagi pula kita ini.. Teman."Joy mengibas-ngibaskan tangannya.

"..."raut muka Richard berubah, bosan.

"No coment, deh."Zaine memalingkan muka.

_____________________________

"Ish! Ngapain sih kamu ngikutin aku..."

"Aku cuman mau bales kamu yang waktu itu aja."

"Sana!"Joy mendorong tubuhnya agar Richard menjauh.

"Serah. Tapi aku nggak mau.. Wleee."Richard menjulurkan lidahnya usil.

"Eh. Siapa itu?"Joy tiba-tiba menunjuk seseorang diujung jalan.

"Tya?"Richard tiba-tiba berlari mendekat. Tentu saja Joy mengikuti.

"Tya? Kenapa kamu bisa ada disini?"Joy menepuk bahu nya.

"Joy? Ini kau? Richard?"Tya terbelalak melihat siapa yang ada disamping Joy.

"Ternyata benar.."Tya bergumam.

"Apanya yang benar?"

"E-oh.. Tidak.."Tya gelagapan.

"Kenapa kalian bisa berada disini?"

"Nggak tahu juga sih.."

"Kalian mau kerumahku nggak?"

"Ngapain?"tiba-tiba Richard bertanya. Padahal dari tadi dia tidak ikut berkomentar.

"Nggak papa kan? Oh, iya. Kok kamu bisa punya rumah sih? Kami malah dikejar pulu-pulu."

"Oh.. Pulu-pulu.. Aku malah dikasih rumah sama pulu-pulu.

Another World in the Mirror [Hiatus]Where stories live. Discover now