Chapter-13

15 7 4
                                    

"Haaaaa. Dikasih ama pulu-pulu? Kamu anaknya mereka apa gimana sih?"

"Katanya aku disini anaknya orang hilang kaya raya."

"Kok bisa sih? Terus mereka kemana?"

"Ya nggak tahu lah. Kok tanya saya."Tya pun menjawabnya.

"Joy, kau mau ku buatkan teh?"Tya menawarkan.

"Nggak perlu. Ngerepotin aja deh.."

"Nggak papa. Kok. Entar ya.."

Beberapa saat kemudian...

"Ini. Richard, kamu ku buatkan teh juga. Ini."

Setelah berbincang-bincang..

"Joy, kau mau pulang?"tanya Tya ragu-ragu.

"Tentu saja. Masa aku tinggal disini?"

"Iya nggak papa lho kalo kamu nginep sini.."

"?"Joy sedikit terkejut. Dia tidak mengira candaannya akan ditanggapi serius oleh Tya.

"Nggak boleh! Dia harus pulang!"Richard menjawab tegas.

"Ini Joy, aku ngasih ini ke kamu.."Tya memberikan gelang indah dengan wajah sedih.

"Ini... Makasih, Tya."lalu Joy membalik badan akan pulang.

"Aduh, sakit! Aku nginjek apa sih?"Joy merasakan ada yang menusuk kakinya.

"Kakimu berdarah, Joy."Richard yang saat itu juga membalik badan langsung memusatkan pandangannya ke daerah yang sekarang membasahi jalan.

"Iya.. Bagaimana kalau kau mengobatinya dirumahku dulu?"Tya yang saat itu juga melihatnya kaget.

"O-oke."Joy menjawab sambil menahan rasa sakit.

Beberapa saat kemudian...

"Udah lesai deh. Kok bisa sih kamu injek tuh duri? Kamu pasti jalan nggak liat-liat."

"Karena Joy udah di obatin, sekarang dia harus pulang."Richard berkata tegas.

"Kau tidak lihat kakinya terluka?"

Richard tidak menjawab pertanyaan Tya. Melainkan langsung menggendong Joy ala bridal style. Yang digendong pun hanya bisa heran melihat sikap Richard yang tidak ramah. Seperti bukan Richard yang biasanya.

____________________________

Tok! Tok! Tok! Tok! Tok!

"Would you like to play a snowman?"terdengar suara Richard mengetuk pintu dan mengucapkan beberapa patah kata yang bernada.

Sunyi. Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Tentu Richard heran. Biasanya akan ada seseorang didalam kamar yang berteriak 'tolong jangan ganggu aku lagi..'atau sejenisnya. Tapi, kali ini dia tidak mendengar apapun.

".. Joy.."panggil Richard ragu-ragu.

Krieeet...

"Apa panggil-panggil? Ngefans ya ama gue?"Richard sangat kaget ketika Joy keluar dan menjawab dengan ketus.

"Joy.. Kok kau berubah gini sih?"Richard melihat Joy dari atas sampai bawah.

"Ya.. Suka-suka gualah! Emang lho ada hal buat ngatur-ngatur gua?!"

"Kau... Bukan Joy..!"Richard mundur selangkah. Tak percaya dengan apa yang dia lihat. Dia menyadari ada yang salah dengan Joy.

"Berarti itu ada yang salah sama matamu. Udah jelas-jelas gini aku Joy! Ya.. Gini deh. Orang yang kelewat pinter kalo ngigau.."Joy mengibaskan rambutnya lalu masuk kamar.

"Kok jadi gini..."Richard heran, bingung, dan pusing menjadi satu.

___________________________

"Kamu ngapain sih disini?"

"Nggak ada temen lain soalnya.."

"Kan kamu itu ekstrovert. Masa kesusahan nyari temen.."

Kenangan Richard dengan Joy yang dulu ketika diganggu olehnya. Yang dulu? Iya. Karena Joy sekarang sudah jauh berubah. Joy yang galak, pemarah, dan kata-kata yang tidak dijaga keluar dari mulutnya. Walaupun begitu, Richard tetap saja tidak bisa pergi terlalu jauh. Nampak, Joy sangat risih dengan Richard.

"Aku harus nyari akar dari semua ini. Demi.. Ah! Mendingan cepat kesana!"

_________________________

"Ish! Pergi sana! Kaki kotormu itu nggak pantes ada disini! Capek aku ngasih tahu!"Joy menendang orang yang akan masuk penginapan. Terlihat orang itu berbaju lusuh dan sobek-sobek.

"Joy.. Kenapa kau berubah seperti ini?"orang itu menatap Joy dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kalo mau ngemis itu, jangan disini... Tuh! Sono! Dipinggiran jalan aja sono! Kan masih ada tempat buat gabung ama mereka."Joy menunjuk segerombolan pengemis yang duduk di pinggir jalan.

Tentu perkataan Joy barusan sangat menyayat hatinya. Biasanya, Joy selalu memperlakukannya dengan baik. Bukannya ngelunjak atau tidak tahu terimakasih. Dia juga sudah siap kalau suatu hari nanti dia harus dicampakkan oleh Joy. Tapi, sangat disayangkan kalau Joy menjadi sombong seperti ini.

"Joy, kau tidak ingat siapa aku?"

"..."Joy hanya menatap jijik.

"Aku Shafa. Bukankah dulu kita-"

"Nggak nanya."potong Joy, ketus.

"Joy! Apa-apaan sih?! Kau kan yang dulu bilang kalau kita dulu sahabatan?! Sekarang tega-teganya kau gini ke aku!!"

"Ye... Orang miskin kalo ngelunjak, gini ya. Iri, bilang bos!"Joy sedikit mengeraskan suaranya. Sontak orang yang berada disekitar pun menoleh.

"Huuuuuuuuuu..."

"Iya ni."

"Pergi kau sana!"

"Biasanya jadi beban orang aja!"

Orang-orang kompak menyoraki Shafa. Saat Shafa melihat Joy sudah berubah seperti ini. Hatinya seperti ditusuk ribuan pedang sekaligus. Bukan hanya itu. Joy bahkan membuang kalung yang susah payah dia buat.

"Nih! Aku nggak butuh benda murahan kayak gini!"Joy melempar kalung itu lalu menginjaknya.

Deg!

"Joy! Kau sudah kelewatan. Aku nggak paham kenapa kau jadi gini! Jangan terusin lagi, Joy!"Richard merengkuh Joy.

Rasa sakit menekan hatinya. Ketika melihat orang yang belakangan ini dekat dengannya. Tiba-tiba berubah menjadi orang yang sama sekali asing baginya. Dia sudah tidak kuat lagi melihat Joy melakukan perbuatan yang sama sekali tidak mencerminkan dirinya.

"Sana!"Joy mendorong Richard.

"Ka-kau.. Kau bukan Joy yang kukenal! Kau bukan Joy!"Shafa berlari menjauh. Berusaha untuk kabur dari kenyataan yang terlalu pahit baginya.

_______________________________

Another World in the Mirror [Hiatus]Where stories live. Discover now