Chapter-14

21 6 5
                                    

Bugh!

Terdengar satu hantaman keras. Ini masih malam. Joy mendengar suara-suara aneh dari luar jendela. Ketika Joy pergi untuk melihat, ada yang memukul tengkuk nya. Orang itu kemudian menggendong Joy ala bridal style.

Sreek!

"Katakan! Apa yang kau ketahui tentang ini!"orang itu meletakkan Joy di sofa perlahan-lahan. Terlihat dia memakai topeng dan baju serba hitam.

"Kau.."

"Ini aku."dia membuka topeng dan penutup kepalanya. Rambut pirang menyembul keluar.

"Richard? Kenapa kau bawa dia kesini? Ada apa?"

"Jawab saja pertanyaan ku!"

"Tapi, aku harus tahu dulu penyebabnya untuk menjawab pertanyaanmu."orang itu terlihat menepuk jidat.

"..."

"Ayo! Cepat jawab! Ini tengah malam! Aku mau tidur tadi! Emangnya aku kelelawar?!"

"Baiklah. Felix. Aku yakin kau tahu apa yang terjadi pada Joy. Soalnya kau tidak terlihat kayak orang pedalaman."

"..."wajah Felix langsung berubah malas.

"Just kidding.. Masa gitu aja kau marah sih.."

"Aku heran. Bisa-bisanya kau bercanda disaat aku lagi serius-seriusnya..."pria tampan itu sedikit mengucek mata birunya. Mata biru laut yang berkilau, tenang, tapi penuh dengan misteri.

"Baiklah. Ayo kita kembali ke topik awal."Richard mengaktifkan mode seriusnya.

"Jadi? Ada apa dengannya?"Felix, orang itu mengulangi pertanyaannya.

"Dia.. Tiba-tiba berubah. Sangat berbeda dengan Joy yang kukenal. Dari kata-kata sampai tingkah lakunya. Semuanya berbeda. Dia seperti berubah menjadi tokoh antagonis dalam cerita atau novel."

"Bagaimana bisa itu terjadi? Sebelumnya? Sebelum itu, apa yang terjadi? Apa ada gejala-gejala yang aneh?"

"..."Richard terlihat berpikir.

".. Tidak. Sepertinya tidak ada gejala-gejala yang aneh."

"Apa dia meminum sesuatu?"

"Meminum sesuatu?"

"Bisa jadi ada racun yang dimasukkan kedalam minumannya."jelas Felix.

"Apakah.."

"Emmm..."

Seketika mereka berdua menoleh kesumber suara. Ternyata orang yang sedari tadi tertidur di sofa akhirnya terbangun. Orang itu menengok ke sekeliling.

"Jangan.. Aku juga harus melihat sendiri gejalanya.."bisik Felix. Dia memegang tangannya Richard. Mencegah Richard yang hendak membuat Joy pingsan lagi.

"Kalian menculik ku?"tuding Joy kepada dua orang didepannya.

"Eee.. Begini, Joy.. Aku bisa menjelaskannya."sebenarnya Richard tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya.

"Diam lho! Nggak ada yang perlu dijelaskan lagi! Harusnya gue emang nggak deket-deket sama lho! Sekarang gue ngerasa dirugiin tau?! Sekarang... Jangan pernah muncul dihadapan gue lagi! Terserah. Mau lho bawa gue ke luar dunia ini.. Atau gimana. Pokoknya jangan sampe gue ngeliat lho lagi!"Joy melangkah keluar.

"Kan? Apa aku bilang... Sekarang kau liat sendiri kan? Dia berubah jadi liar."Richard melihat sosok Joy yang sekarang sangat berbeda pergi meninggalkannya.

"Aku... Aku tahu."tiba-tiba wajah Felix berubah sendu.

"Tapi... Apa kau melihatnya?"Felix bertanya.

"Apa?"

"Matanya... Mata kemasan nya yang indah... Berubah.."

"Berubah?"

"Berubah menjadi warna merah darah.."

"Apa kau serius?"

"Aku tidak percaya selama ini kau tidak memperhatikannya."

"Ya sudah... Kalau begitu, aku pergi dulu."Richard pergi.

"Aku akan berusaha sebaik mungkin. Agar semua kembali normal.. Aku juga tak ingin dia celaka."Felix membalik badan. Melangkah menuju tangga.

"Eh? Bukannya tadi.. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan ke Richard.. Menang orang itu tidak bisa diandalkan sama sekali."

_____________________________

"Kemana dia pergi? Padahal sudah sepagi ini.. Tapi dia tetap saja.."

Tadi malam...

Sebenarnya Richard hanya ingin memastikan kalau Joy sudah kembali ke penginapan. Ketika sampai di balkon kamar Joy. Dengan perlahan. Dia membuka jendela kamar Joy yang biasanya tidak pernah dikunci. Ya. Selama ini jendela itu hanya ditutup.

Krieeet..

Richard menengok kedalam kamar. Dia memang merasa ini sedikit tidak sopan. Tapi, ya sudahlah. Lagipula dia hanya memastikan sebentar.

Tapi, tentu saja dia terkejut. Joy tidak berada didalam kamar. Richard masuk kedalam untuk memastikan. Hasil yang dia dapati sama saja. Joy tetap tidak ada didalam kamar. Setelah itu dia pergi keluar untuk mencarinya.

"Joy!!"Richard mencari masuk kedalam hutan.

"Joy! Kau dimana!"dia melompat ke dahan-dahan pohon agar lebih cepat.

"Kenapa kau seperti ini Joy...."

"Aduh!"Richard mengusap-usap kepalanya.

"Richard? Kenapa kau disini?"

"Zaine? Kau yang tadi menabrakku ya?"

"Enggak saja... Bukannya kau tau yang menabrakku? Orang sebesar ini kau tabrak. Jelas-jelas aku duluan yang berada disini. Lagipula ngapain aja kau disini malem-malem. Jangan-jangan..."Zaine menyipitkan matanya curiga.

"Kau selingkuh ya?!"Zaine tiba-tiba berteriak usil.

"Hei! Apa maksudmu! Mana mungkin aku berselingkuh. Memangnya aku berselingkuh dengan siapa?"

"Ya... Mana aku tahu kau berselingkuh dengan siapa?"Zaine mengalihkan pandangannya dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku.

"..."

"Kenapa kau diam saja?"

"Kenapa kau bisa se-menjengkelkan ini sih?"Richard heran

"Mungkin... Ini yang terbaik?"

Byur!

Tiba-tiba kedua makluk yang sedang bertengkar itu berhenti. Sayup-sayup mereka mendengar suara yang tidak asing. Dan... Suara benda besar yang jatuh ke air. Tanpa banyak tanya. Kedua orang itu tahu dimana sumber suara.

"Aku yakin.. Suara tadi..."Richard berharap-harap cemas.

"Joy!"teriak kedua orang itu ketiga sampai diujung jurang.





Another World in the Mirror [Hiatus]Where stories live. Discover now