42.Pulang

87 13 8
                                    

Hay Ying!!

Apa kabar?!
Baik or tidak?

Happy reading!!

Di tengah tengah tembok kokoh berwarna putih, berlari seorang cowok dengan nafas dan kaki yang bergetar, Tubuh nya tidak sanggup menopang beban yang ada di punggung nya.

Mata nya memerah menyala, dengan butiran bening, keluar Dari sela² lipatan mata yang sembab.

Tubuh nya luruh, baju putih nya terlihat bersimpuh darah segar, ia tak henti hentinya menatap kertas bertuliskan 'Malam telah punah, warna oranye itu tidak lagi terlihat karna di telan ego,".

Mulut nya terkatup, tidak sanggup berkata apa apa seolah pita suara tidak berfungsi lagi, sesak yang ia rasa

"Arggggg!!"Teriak nya frustasi dengan air mata yang keluar deras

Ia adalah Prasetya, ia berdiri kaku di depan ruangan ICU, seseorang keluar dari ruangan itu, bukan hanya seorang tapi semuanya orang yang ada di dalam ruangan Regina keluar semuanya.

Mereka terlihat terpukul, bahkan masih ada sisa Isak tangis yang terdengar, mata Reka menghunus menatap tajam Prasetya.

Bug
Bug
Bug

Reka memukul Prasetya tanpa ampun, amarahnya tidak bisa lagi ia tahan "Reka cukup!"Relai Sahlan

Reka tetap memberontak, ia menarik kerah baju Prasetya"Masih berani nunjukin wajah di depan semua orang?"Ucap Reka tajam

Prasetya seperti pasrah, bahkan darah Regina masih menempel di baju nya, ia kabur dari kantor polisi "Lo iblis, Lo gak pantas di sebut ayah!!'Kelakar Reka

"Lihat Regina, untuk apa Lo datang?, Dia udah pergi, dia pergii!"Teriak Reka menyayat hati

Mereka tidak bisa menahan Reka, mereka terluka mendengar ucapan Reka "Bahkan saat di hari terakhirnya, dia tetap menyebut Lo ayah, Lo sudah kehilangan berlian paling berharga di hidup Lo!"Ucap Reka lagi

Prasetya mendongak lemah, dia seperti menyesal"Tolong bunuh saya, apakah cara saya bunuh diri bisa menebus kesalahan saya kepada anak saja?"

"Ck, baru menyesal Lo?"Reka menunjuk wajah Prasetya

"Lo!"

"Bukan seorang ayah!"Tekannya dengan tatapan tajam

Reka benar benar terpukul, setelah mengatakan itu Reka kembali merosot, mengingat kembali bahwa sang kekasih sudah pergi

Albara dan Sadewa mendekat lalu merangkul tubuh Reka "Bawa dia ke mobil"Ucap Albara memerintah

Albara menghampiri Prasetya yang masih terduduk lemas, meski ada rasa dendam di hatinya, ia tetap akan kemanusiakan Prasetya"Regina masih di ruang jenazah, temui dia untuk terakhir kalinya"Ujar Albara lalu melengos pergi sambil memegang tangan Kalista yang sudah di banjiri air mata

Kini Prasetya masuk ke dalam ruangan yang di sebut'Ruang jenazah' ia amat terpukul, ia tidak sadar akan kelakuan nya kemarin malam, ia benar benar menyesal.

"Papah menyesal, papah menyesal!"Kelakar prasetya

Ia memukul mukul dadanya"Papah selalu membenci kamu, karna saat melihat kamu teringat almarhum bunda kamu dulu, kamu sangat mirip dengan bunda mu"Ujar nya

Prasetya mengusap kasar air matanya"Melihat kamu seperti ini, teringat bunda kamu saat meninggal melahirkan kamu, ini persis sama"Lanjutnya

Kini ia kehilangan 2 wanita yang seharusnya ia jaga selama ini, namun seperti pepatah, Tidak ada sebuah penyesalan tanpa kesalahan

Prasetya mengambil sebuah cutter dari dalam sakunya, "Mungkin ini pantas untuk menebus semua kesalahan ku pada kamu"Prasetya tampak frustasi

Srett

_ _ _ _ _

Mereka semua berkumpul di taman rumah sakit, tidak ada yang tidak merasa kehilangan, semuanya terpukul, terutama Reka

"Gue gak becus jaga dia"Ucap Reka ke sekian kalinya

Awan terlihat kesal "Ya, Lo gak becus, Lo egois bahkan Lo gak tau masalah Regina sama ayahnya, bahkan pada saat malam di mana Regina benar² membutuhkan Lo!"Ucap Awan

Reka tersenyum, ia mengakui itu semua benar "Arggggg"

Bug

Reka menendang pot bunga di samping nya "Kenapa gue sadar sekarang?!"

Sadewa merangkul Reka "Kenapa ini semua seakan Lo yang paling bersalah?"

"Regina sengaja nyembunyiin ini semua dari semua orang, bahkan Kalista aja gak tau, jadi jangan merasa paling bersalah"Ujar Sadewa

Awan menghela nafas berat "Udah ah, kita kembali ke dalam, besok Regina akan di makamkan"Ucap awan

Mereka mengangguk lalu berdiri bersamaan"Udah jangan nangis Mulu, Regina gak bakalan seneng liat kamu sedih"Ucap albara sambil mengusap air mata Kalista

Kalista langsung berhambur memeluk Albara, ia tidak kuat menahan air mata "Kalian duluan aja, cewek gue kayaknya gak sanggup kalau ke dalam"Ucap albara di angguki awan dan yang lainnya

Sadewa merangkul Reka, sedangkan sahlan berusaha menenangkan Sahara dan Triana mengikuti di belakang, ia merasa bersalah atas kejadian ini

Reka mulai membuka pintu ruangan Regina, namun seketika ia tertegun, Sadewa yang melihat itu langsung menyusul"Kenapa?"Tanya nya

Sadewa melihat apa yang di lihat Reka, ia sama sama terkejut"Cepat panggil Dokter!!"Teriak Sadewa karena saking terkejut

Sontak semua orang langsung ke dalam, ternyata Prasetya sudah terkapar tidak berdaya dengan darah bercucuran dari tangannya, bisa di lihat kalau di memotong urat nadinya

"Apa dia masih hidup?"Tanya Reka was wae

Sadewa menggeleng, nafas nya berhenti, badannya juga udah laku"Jawab nya

Reka benar benar syok, ia melirik jam "Ia pasti bunuh diri, dan perkiraan waktu ia meninggal sekitar jam 02:00 malam

Dokternya langsung masuk, dan langsung memindahkan Prasetya ke ruangan autopsi, Sahara tidak sanggup melihat kejadian ini, ia pingsan di pangkuan Sahlan.

Reka kembali menatap jasad Regina yang sudah ditutupi kain putih, hatinya kembali merasa sesak.

Retak(TAMAT)Where stories live. Discover now