8. Janji yang Berlanjut

10 0 0
                                    

Sebelum kamu membaca surat ini, aku harap kamu tidak menganggapku sebagai seorang pengecut atau semacamnya. Aku hanya tidak suka terjebak oleh aliran waktu yang kacau saat berhadapan langsung denganmu.

Wahai penyihir dengan sapu terbang.

Mungkin ini hanya kesimpulan yang aku buat berdasarkan pandanganku saja.

Entah apa atau ini hanya perasaanku saja. Aku merasa kamu seperti menaruh perhatian lebih kepadaku, dibanding orang lainnya. Aku terus memikirkan hal ini. Bahkan aku sampai membuat beberapa hipotesis.

Aku sebenarnya orang yang tidak suka memata-matai kehidupan orang lain terlalu dalam kecuali kalau memang dibutuhkan.

Akhirnya aku memutuskan mempercayai hatiku, bahwa aku pun sebenarnya juga ada rasa ke kamu. Namun, saat aku menunjukkan rasa kepedulianku. Tingkah lakumu justru membuatku bingung. Tidak sesuai dengan hipotesisku tadi. Aku mulai berpikir ulang, apa ada yang salah dengan tindakanku ini. Namun, aku juga tidak bisa menyangkalnya, aku semakin suka kepadamu.

Dengan hadirnya surat ini, aku ingin mengatakan sesuatu. Bolehkah aku menjadi pahlawanmu dan menjadikanmu penyihirku?

Aku yakin kamu pasti tahu arti kalimat itu. Waktu kita bermain perang-perangan dulu, kalau diingat-ingat lagi, aku terkadang berpikir. Kok bisa dulu begitu.

Nah, sampai sini saja pesan dariku. Apapun keputusanmu, aku akan sangat menghargainya. Walaupun andai kata, kisah pahlawan dengan pedang dan penyihir dengan sapu terbangnya tidak berlanjut. Kita tetaplah teman.

Pahlawan dengan pedang

Kekuatan dari Sebuah KepercayaanWhere stories live. Discover now