08

92 13 2
                                    

Sesampainya di rumah, Raya turun dari motor Denan. Gadis itu mengucapkan terima kasih. Tetapi tidak seperti saat pertama kali Denan mengantar Raya.

Gadis itu langsung masuk ke dalam rumahnya sesudah mengatakan terima kasih. Ada rasa bersalah yang terbesit di benak Denan. Apakah dia sudah keterlaluan?

Namun, Denan mencoba untuk tetap tenang. Denan tidak mempedulikan gadis itu. Bagaimana pun Raya bukanlah siapa siapa Denan. Jadi, cowok itu langsung pergi meninggalkan pekarangan rumah Raya.

Mengingat bahwa akan ada latihan basket di sekolahnya. Cowok itu mempercepat gasnya. Tak lama setelah itu dia sampai.

--Chapter 08--

"Jatuh cinta itu tidak ada yang tahu kapan dan dimana akan terjadi."

~Lucky Matthimes

-

-

-

Sesampainya di sekolah, Denan langsung memarkirkan motornya di tempat parkiran. Sudah ada teman teman basketnya di sana. Kemudian dia masuk ke lapangan basket, tak lupa juga jaket yang sudah ia lepaskan.

"Woy bro!" Ujar Venus. Cowok berkulit putih dan bertubuh jangkung itu menghampiri Denan.

"Darimana aja" tanya laki-laki itu sambil membawa bola basket yang diapit di lengan kanannya.

"Bukan urusan lo." Jawab Denan enteng sambil menangkap bola basket yang dilempar oleh sahabatnya.

"Kita harus latihan sekarang." Ujar Sandy yang sedari tadi menunggu kehadirannya.

"Siapa lagi yang belum dateng?" Tanya Nathan diikuti oleh Lucky.

"Afnan mana?"

"Gue disini." Cowok pendiam yang sukanya ngilang entah kemana, sekarang ini ikut untuk latihan basket.

"Jangan ngilang lagi woy." Ujar Nathan mengundang kekehan Afnan.

"Engga, santai aja. Kemarin gue ada urusan soalnya. Sorry ya." Jawab Afnan santai.

Pasalnya memang akhir-akhir ini cowok itu jarang sekali kumpul. Bahkan hampir satu minggu sudah tidak ikut kumpul bersama mereka. Mungkin ada sesuatu yang harus ia selesaikan terlebih dahulu.

"Doesn't matter, yang penting sekarang lo udah berangkat." Jawab Denan. Laki-laki itu memang selalu peduli terhadap sesama.
Cuma terkadang sifatnya saja yang masih labil.

Kadang dingin, kadang cuek. Kadang bercanda, kadang diem. Cowok itu memang kadang sulit ditebak. Tetapi ada satu sikap dia yang tidak diragukan lagi yaitu, peduli.

"Mau mulai kapan latihannya?" Tanya sang ketua basket.

"Sekarang aja bos!" Ujar teman temannya serentak.

Sebelum latihan, mereka pemanasan terlebih dahulu. Dipimpin oleh Lucky karena Denan yang menyuruhnya. Setelah selesai, barulah mereka mulai latihan.

Pak Rahmat selaku guru pembina justru berhalangan hadir pada latihan ini. Jadi mereka hanya latihan sendiri. Mengingat minggu besok akan ada classmeet basket antar sekolah, jadi Denan dan teman temannya akan berlatih untuk mewakili sekolah mereka.

Dear Dera - The Story of Denan and RayaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora