14

72 7 0
                                    

Seorang laki-laki berhelm full face mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli dengan keadaannya saat ini. Terlebih cuaca tengah gerimis, membuatnya semakin gencar untuk menambahkan kecepatan gasnya.

Cowok itu adalah Denan. Ia benar-benar pergi dari rumahnya untuk menghindari amukan dari sang ayah. Raganya sudah lelah untuk saat ini.

Ketika sampai di tikungan tiba-tiba cowok itu melihat ada truk yang sedang belok. Dengan kondisi yang hanya setengah sadar, Denan segera mengalihkan arah motornya supaya tidak tertabrak oleh truk tersebut. Suara rem nyaris terdengar sempurna ditengah gerimis itu.

cittt..

'Bruk!'

Motor Denan terjatuh diserempet oleh truk itu. Cowok itu juga tersungkur di tanah. Kepalanya yang memakai helm terasa berdenyut kencang.

Tidak lama setelah kejadian itu, datanglah seseorang yang menolong Denan. Orang itu melepaskan helmnya. Kemudian menepuk pipi Denan setelah cowok itu kehilangan kesadaran.

-Chapter 14-

"Jangan menunjukkan kecemburuan kepada orang yang kita suka."

~Aldian Putra Devano

-

-

-

Saat ini seorang laki-laki sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Setelah tadi ditolong, kini dokter sudah memeriksanya. Cowok itu belum juga menyadarkan diri.

"Apakah anda keluarganya pasien?" Tanya sang dokter membuat orang yang menolong Denan menggelengkan kepalanya.

"Nama anda?" Lanjut dokter itu.

"Nama saya Aldi. Saya temannya pasien dok." Jawab Aldi.

"Baik, saudara Aldi. Saya akan menunjukkan hasil pemeriksaan Ananda Denan."

"Menurut analisis yang saya periksa, Ananda Denan mengalami cedera pada tangan kanannya karena mungkin tidak disengaja tertindih sesuatu. Saat ini sudah kami tangani. Sedangkan beberapa luka yang ada di wajah serta punggung dan lengan juga sudah saya kasih obat. Sepertinya habis terkena cambuk dan tamparan. Apakah Ananda Denan sering mengikuti kegiatan yang membahayakan bagi fisik?" Papar doker itu membuat Aldi terkejut.

"Baik dok, saya kurang tahu mengenai aktivitas teman saya. Tapi sebisa mungkin nanti akan saya tanyakan." Jawab Aldi berusaha tenang.

"Maaf sebelumnya, saya sarankan lebih baik ditanyakan nanti ketika sudah sembuh total. Soalnya takut terjadi stres dan hal-hal yang tidak diinginkan." Jelas dokter itu membuat Aldi menganggukkan kepalanya.

"Baik dok, terima kasih atas sarannya." Ujar Aldi yang diangguki oleh dokter.

"Ya, Anda boleh keluar sekarang." Perintah sang dokter membuat Aldi berdiri kemudian menjabat tangan dokter tersebut.

Laki-laki itu keluar dari ruangan tersebut. Ia memutuskan untuk menuju ke ruangan Denan. Cowok itu juga tidak tahu harus apa sekarang. Pasalnya, nomor teman-temannya Denan saja Aldi tidak tahu. Apalagi nomor orang tuanya.

"Ah iya! Raya." Gumam cowok itu sembari mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.

***

Dear Dera - The Story of Denan and RayaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora