10

93 11 2
                                    

Malam ini Denan memutuskan untuk ikut menginap di markas. Setelah selesai diobati, semuanya kembali ke kamarnya masing-masing. Markas ini memang tersedia banyak kamar yang berisi lebih dari satu tempat tidur.

Makanya Lucky berani berkata 'kami elit'. Karena memang itu fakta. Semakin bertambah tua bangunannya semakin bagus renovasinya.

Mereka semua memutuskan untuk tidur. Tidak ada satu orang pun yang masih berada di luar bangunan itu. Karena hari sudah melewati pukul dua belas malam.

--Chapter 10--

"Gak terima penolakan."

~Denandra Alfiano Narajaya

-

-

-

Pukul 06.00. Seorang laki-laki yang masih tertidur pulas mulai terusik dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah ventilasi kamarnya. Dia adalah Denandra.

Cowok itu terbangun dari tidurnya. Ia melihat semua teman-temannya yang masih tertidur pulas. Cowok itu turun dari ranjang.

Ia keluar dari markasnya untuk pulang. Mengingat hari ini adalah hari Jumat. Jadi, ia memutuskan untuk berangkat ke sekolah. Tanggung, hari terakhir. Biasanya juga bolos. Tapi kali ini, Denan ingin berangkat ke sekolah.

"Ven, gue duluan ya." Pamit Denan kepada Venus yang masih memeluk gulingnya.

"Hm." Gumam Venus yang masih memejamkan mata.

Denan keluar dari area markas. Ia menaiki motornya menuju ke rumah. Dalam perjalanan, cowok yang hanya memakai kaos putih itu melihat ada seorang cewek yang sedang berjalan kaki.

Dilihat-lihat perempuan itu mirip dengan Raya. Denan memutuskan untuk memberhentikan motornya. Ia turun menghampiri si gadis dengan helm yang belum dilepas.

"Hei?" Sapaan Denan membuat gadis itu mengerutkan keningnya.

"Siapa?" Tanyanya.

"Lo Raya kan?" Ujar Denan.

"Iya. Kamu siapa?" Jawab Raya yang masih penasaran.

"Gue Denan." Balas cowok itu.

Raya terkejut mendengarnya. Kenapa cowok itu belum memakai seragam? Justru yang ia lihat Denan hanya memakai kaos polos biasa.

"Kamu belum mandi ya?" Tebak perempuan yang sedang menggendong tas backpack berwarna mint itu.

"Belum." Jawab Denan enteng.

"Gue mau pulang dulu, temenin gue ya?" Pinta Denan membuat Raya terkejut dan ingin menolaknya.

"Aduh, sorry Denan. Aku gak bisa. Soalnya mau nungguin bus di halte." Jawab si gadis.

"Gampang. Ntar berangkat bareng gue." Balas Denan tak mau kalah.

"Denan kenapa sih? Apa jangan-jangan udah mulai suka sama aku? Ah ga mungkin. Eh tapi kata mamah harus jaga jarak dulu. Aduh, gimana ini."

"Woy, Kok malah bengong sih?" Ucapan Denan membuat Raya tersadar.

"Eh?"

Dear Dera - The Story of Denan and RayaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum