Ruby's Store
Juan POV
"Kenapa kamu ikut ke sini?" bentak wanita berambut tebal lurus itu. Ia membalikkan tubuh dan memandangku dengan kemarahan yang nyata, lalu kembali berderap semakin jatuh ke dalam taman sempit ini.
Aku berusaha keras agar botol yang kujepit di masing-masing ketikak tidak terjatuh. Kedua kakak sepupuku, Satya dan Rangga, juga sahabat kami, Devan pasti sudah menungguku untuk merayakan malam terakhir Rangga sebagai bujangan. Tangan kiriku menggenggam erat dua botol minuman yang lain sedang tangan kanan menggenggam sepatu milik wanita gila yang sekarang tiba-tiba melampiaskan kemarahan padaku.
"Kamu meninggalkan sepatumu. Kakimu bisa lecet. Kamu bisa menginjak benda tajam di sini," aku menjawab dengan nada santai dan berusaha tidak terdengar kesal. "Hei! Aku membawa sepatumu!" aku sedikit menaikkan suara ketika wanita itu tidak mengacuhkan ucapanku dan tetap berjalan cepat-cepat di depanku.
"Coba kamu ingat lagi, ke arah mana kamu melemparkannya dan cepat bantu aku menemukan sepatu itu!" oceh wanita itu sambil menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang telinga.
"Tadi aku melemparkannya sekuat tenaga. Mungkin terjatuh agak jauh ke dalam sana. Sebaiknya relakan saja sepatu itu. Kamu bisa membeli yang baru untuk menggantikannya. Atau... mungkin lebih baik aku belikan saja sepatu yang jauh lebih bagus daripada yang tadi." Aku cepat-cepat meralat usulnya. Ia memasang senyum super manis saat wanita itu mendelik marah dan mata bulatnya semakin membesar, seakan aku sudah mengatakan suatu penghinaan besar.
"Kamu yang menghilangkannya dan aku yang harus menggantinya?" pekikan wanita itu terdengar sangat marah. "Dan kamu yakin bisa menemukan yang lebih bagus daripada sepatu itu?" kedua tangannya terangkat dan jemarinya mulai mencengkeram rambut dengan frustasi.
"Dengar! kita harus menemukan sepatu itu atau aku akan membunuhmu!" geram wanita itu sambil menunjukku.
Peduli setan dengan wanita itu dan semua orang yang sedang menanti kedatanganku di rumah. Sekarang aku haus dan hanya ada minuman langka ini bersamaku. Seteguk minuman ini akan sedikit menyegarkan kerongkongan dan juga menghalau rasa penatku.
Aku hampir menempelkan ujung botol ke bibir saat wanita itu berteriak heboh. "Aku menemukannya! Aku menemukannya!" Tawa wanita itu mau tak mau membuatku tersenyum lebar. Sepatu berwarna putih itu teracung-acung di salah satu tangan wanita itu. Matanya yang berbinar bahagia menatapku seakan ia tengah menemukan harta karun.
"Great! kamu menemukan yang satunya juga?" Aku bertanya sambil melanjutkan gerakan tangan mendekatkan ujung botol minuman ke bibir.
"Belum," jawab wanita itu sedikit terengah-engah.
Secara tiba-tiba wanita itu malah melangkah lebar-lebar ke arahku dan langsung menyambar botol yang kupegang lalu menenggak minuman beralkohol itu dengan sangat rakus. Tawaku berganti keterkejutan saat wanita itu menjulurkan lidah begitu menyadari apa yang baru saja ia minum.
"Hoek... minuman apa ini?" desis wanita itu marah.
"Itu yang kamu dapat jika merebut barang milih orang lain." Aku melipat lengan di dada dan kembali tertawa lebar
"Ini alkohol?" wanita itu berseru seakan aku tidak tahu apa isi botol itu.
"Lalu?"
"Aku tidak minum alkohol," gerutu wanita itu dengan ekspresi jijik.
"Minum seteguk tidak akan membuatmu mabuk." Aku beranjak merebut kembali botol minuman itu sambil menatap wanita itu santai.
"Bagaimana kalau kamu mulai mencari lagi pasangan yang satunya sebelum pemiliknya tahu sepatunya hilang?" aku menunjuk sepatuh putih yang masih kehilangan pasangannya.

YOU ARE READING
You're My Perfume✅
FanfictionKehidupan tiga saudara sepupu yang harus tinggal dalam satu atap, Satya, Rangga dan Juan. Mereka adalah ahli waris dari bisnis keluarga Wardana. Takdir membawa Satya bertemu dengan Rima, sikap dinginnya sempat membuat Satya kesal. Devan, sahabat Jua...