Tarik Ulur

22 2 0
                                        

Entah sudah berapa lama matanya terpaku pada salah seorang kru yang menikmati makanan ringan di lokasi syuting iklan W Resort. Sejak tiba di lokasi setelah kuliah, Karina hanya duduk diam dan membiarkan kru makeup merias wajahnya dan menata rambutnya. Tiga Asisten yang dibayar Juan untuk Karina masih sibuk merundingkan kostum rancangan Nyonya Anita Wardana.

Meski hanya gorengan dan kue-kue tradisional khas Indonesia. Karina benar-benar tergoda. Ia sangat ingin segera melahap sederet jajanan yang sudah lama tidak ia nikmati itu.

"Bagaimana? Apa semuanya sudah siap?"

Punggung Karina langsung tegak mendengar suara yang familiar. Matanya langsung mencari sosok Juan melalui cermin di hadapannya. Ia melihat sebagian kru menyapa Juan. Sutradara dan penanggung jawab perusahaan iklan juga langsung menghampiri dan menjabat tangan laki-laki itu.

Mata Karina dan Juan saling bertemu untuk beberapa detik sebelum laki-laki itu beralih menatap sutradara yang sedang melaporkan perkembangan pekerjaan mereka. Karina mengamati dengan cermat penampilan Juan sore itu, dari kepala sampai ujung kaki. Dari kejauahan pun ia bisa menilai Juan yang terlihat angkuh dan sombong. Kemudian ia teringat malam pertama bertemu Juan.

Juan tersenyum lebar ketika ia berjalan menghampiri tempat Karina duduk.

"Begitu makeup Karina selesai, kita akan mulai take pertama," ucap laki-laki tambun mengakhiri penjelasannya.

"Kamu sudah makan siang? Mau istirahat dulu dan temani aku makan siang? kebetulan aku belum makan siang tadi."

Karina mengernyit. "Dari tadi tidak ada yang aku kerjakan. Apanya yang mau istirahat?" jawab Karina spontan.

"Tapi aku belum makan siang. Aku tidak biasa makan sendirian. Harus ditemani," jawab Juan sambil tersenyum.

Juan menunggu reaksi Karina. Wanita itu sudah tidak menyukai Juan sejak kejadian malam itu. Dan sekarang, ia semakin membencinya karena Juan mulai terlihat mengejar. Ia mendongakkan dagunya sedikit dan berusaha terlihat tidak tertarik. "Aku harus segera menyelesaikan pemotretan hari ini karena nanti malam aku masih harus menjaga toko. Aku juga melatihmu mendiri. Makan sendiri sana!"

Karina melihat perubahan wajah Juan yang menjadi kesal. Ia tersenyum puas dalam hati. Laki-laki buaya darat semacam ini harus menerima kata ditolak dalam kamusnya.

Senyum Karina masih mengembang saat sang sutradara, yang memang sudah tahu tabiat Juan, tiba-tiba ikut bicara. "Saya juga mulai lapar. Saja juga tidak bisa kalau makan sendirian." Sutradara terlihat canggung. "Bagaimana kalau saja saja yang menemani makan siang, Tuan Muda Juan? Kita bisa membicarakan perihal..."

"Tidak perlu." Juan mengangkat tangan kanannya, namun matanya tetap menatap Karina. "Selesaikan saja sesi hari ini sesuai schedule yang sudah kita sepakati."

Sang sutradara mengangguk cepat dan tersenyum superramah dengan kadar akting tingkat piala oscar. Ia hendak menimpali Juan tetapi diurungkannya karena Juan melanjutkan lagi perkataannya.

"Setelah pemotretan selesai, bagikan properti makanan di tempat setting kepada orang-orang di pinggir jalan. Kita sudah menyiapkan terlalu banyak. Aku dengar dari kakak iparku Nona Karina ini sedang menjalani program diet. Betul, kan?"

Karina mendelik. Juan langsung beralih menatap ketiga asisten Karina.

"Aku tinggal dulu." Juan melambaikan tangan dengan santai. Si sutradara yang berdiri di belakang Karina membungkuk hormat,

Juan sudah berjanji pada Karina bahwa dia bisa menikmati apa pun yang tersedia di lokasi. Belum sempat Karina protes, Juan sudah menjauh dengan langkah angkuh, seakan tidak ada sakit hati atas penolakan Karina.

To Be Continued

You're My Perfume✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora