Bali
Karina POV
Aku melirik jam tangan. Sudah hampir jam satu pagi dan acara ini masih berlangsung. Nisya yang pertama kali menghilang. Lalu Tina yang pergi ketika melihat Satya dan tak kembali lagi. Mbak Nia pergi ke kamarnya begitu suaminya melemparkan kode dari kejauhan. Hanya Prima yang bertahan agak lama, namun lima menit yang lalu rasa kantuk itu datang, akhirnya dia menyerah dan kembali ke kamar.
Apa yang dikatakan Mbak Nia membuatku berpikir keras. Mungkin memang seharusnya aku menunjukkan perasaanku yang sesungguhnya pada Juan bahwa aku sudah mulai membuka hatiku untuk laki-laki itu. Sudah waktunya kami berbicara dari hati ke hati dan mungkin aku yang harus memulai. Terlebih Juan juga tidak mempunyai pengalaman untuk urusan percintaan serius seperti ini.
Dengan yakin, aku berdiri, melayangkan pandangan ke seluruh ruangan. Lounge yang memiliki banyak ruang-ruang VIP dan agak temaram itu membuatku harus berjalan berkeliling mencari keberadaan Juan. Aku baru menyadari ini adalah pertama kali aku yang mencari Juan.
Beberapa saat yang lalu Juan melenggang di hadapannya dengan model-model yang terlihat akrab dengannya. Senyumku muncul seketika mengingat hal itu. Aku merasa geli mengingat betapa kesal aku dengan ulahnya.
"Kali ini aku akan katakan aku kesal melihatnya bersama wanita lain," gumamku pada diri sendiri.
Aku menghampiri meja bar. Hanya ada Devan di sana. Berdiri menghadap bartender dengan sebuah gelas di hadapannya. Aku belum banyak bicara dengannya semenjak saat itu. Namun, hanya Devan yang mungkin tahu tempat Juan berada.
"Hei!" Aku menepuk pundaknya sekilas. Aku sedikit menaikkan suara karena beberapa relasi ibunya Juan ramai bergurau.
Wajah Devan yang bersemu merah sedikit mengagetkanku. Namun, laki-laki itu masih tampak sadar untuk menjawab pertanyaanku.
"Berapa gelas yang kamu minum?" Dahiku mengernyit. Bau alkohol yang kuat menguat. Mungkin karena aku di depan bar.
Aku memperhatikan Devan yang sedikit mengangkat gelas dan tersenyum kecil padaku. Telunjuk Devan mengetuk meja, bartender di hadapan mereka mengangguk, kemudian mengambil gelas kosong itu.
"Juan mencarimu sepanjang malam." Devan menghiraukan pertanyaanku, lalu berbalik menatapku.
Aku memalingkan pandangan. Berpura-pura melihat orang-orang di sekitar mereka. "Dia hanya memamerkan kedekatannya dengan model-model saat muncul di hadapanku.
Suara tawa Devan membuatku kembali menatap laki-laki itu.
"Dia bertingkah seperti anak kecil kali ini."
Aku dan Devan sama-sama tersenyum kecil. Aku mengerti maksud Devan. Bartender yang tadi mengambil gelas Devan meletakkan kembali gelas yang sudah berisi alkohol.
"Kamu sudah minum cukup banyak aku rasa," ucapku sebelum Devan kembali menenggak isi gelas itu. "Aku mencari Juan. Tahukah kamu di mana dia sekarang?"
Devan mengangkat bahu. "Mungkin sebentar lagi dia akan muncul. Aku juga tidak tahu apa lagi yang ia rencanakan untuk membuatmu memperhatikannya."
Senyumku melebar. "Aku ingin berbicara dengannya. Mungkin dia juga kesal karena aku berpura-pura cuek."
Deban menggeleng. Ia berbalik untuk menggapai gelas minumannya lagi. Namun, ia membatalkannya, lalu berbalik menatapku.
"Aku sekamar dengannya. Mungkin dia sudah di kamar. Aku masih ingin di sini, kamu bisa mengeceknya." Devan memasukkan tangannya ke balik jas yang ia kenakan, mengeluarkan sebuah kartu yang terselip di dalam amplop kecil bertuliskan nomor kamar. Aku menerima kartu kunci kamar Devan itu.

YOU ARE READING
You're My Perfume✅
FanfictionKehidupan tiga saudara sepupu yang harus tinggal dalam satu atap, Satya, Rangga dan Juan. Mereka adalah ahli waris dari bisnis keluarga Wardana. Takdir membawa Satya bertemu dengan Rima, sikap dinginnya sempat membuat Satya kesal. Devan, sahabat Jua...