CHAPTER 6 [ Bos Luna ]

1.4K 180 190
                                    

"Kenapa aku harus peduli? Bersikap seperti biasa Johnny

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa aku harus peduli? Bersikap seperti biasa Johnny."

- Juan -
.
.
.

SEBELUM BACA AUTHOR MAU NGINGETIN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA :)

KALAU ADA TYPO INGETIN YA.

.
.
.
.

Pagi buta siapa sangka hawanya akan terasa lebih dingin daripada malam tadi, sialnya Luna hanya membawa satu jaket, itupun kotor gara-gara Jay dan kawan-kawannya. Bahkan selimut saja tak cukup, saat teman-temannya yang lain nyaman tidur dengan beberapa lapis baju dan jaket belum lagi ditimpa selimut, Luna harus mengigil sebab hanya mengenakan kaos yang ditumpuk dua lapis.

Jam setengah lima pagi, Luna berjalan sendirian ke halaman belakang membawa pemantik api ditangannya.
Angin berhembus pelan saat Luna tengah berusaha menyalakan api dibekas api unggun buatan Jay semalam.

"Ko susah sih, gimana cara nyalainnya?" Luna berjongkok didepan kayu yang tertumpuk.

"Lagi apa?" Suara laki-laki dari belakang mengagetkan Luna, dia kira itu hantu ternyata bukan-- syukurlah.

"Ah, ini Jake, mau nyalain api unggun kok susah ya?" Luna bergeser sedikit memberi ruang untuk Jake, laki-laki itupun berjongkok disamping Luna.

"Pagi pagi buta, kamu bangun jam berapa?" Tanya Jake mengambil pemantik dari Luna lalu mulai menyalakan apinya.

"Jam 4," jawab Luna setia memperhatikan Jake, "kamu sendiri, jam segini udah berkeliaran, bangun jam berapa?"

"Baru bangun, tadinya mau ke kamar mandi cuma liat kamu lewat makanya aku samperin kesini."

Sedikit demi sedikit api mulai melahap kayu, tak butuh waktu lama api mulai berkobar, Jake memasukkan sisa-sisa kayu yang ada lalu menyuruh Luna untuk duduk di salah satu kursi lipat yang belum mereka bereskan semalam.

Tadinya Jake mau menemani Luna disini tapi lampu kamar di villa siswa tiba-tiba menyala berarti ada orang lain yang sudah bangun, takut ada yang salah paham Jake memilih untuk pergi saja.

"Luna, aku balik dulu ke Villa ya, kamu gak papa sendirian?" Tanya Jake.

"Hm? Gak papa," jawabnya, pupus sudah harapan Luna untuk berduaan bersama Jake, padahal waktunya pas sekali.

"Apinya jangan sampai padam," Jake megusak pucuk kepala Luna, dia paham Luna kedinginan tapi kalau Jake meminjamkannya Jaket, nanti bakal jadi pertanyaan buat yang lain.

Entah mengapa Luna merasa Jake berbeda, terkadang dia memperlakukannya seperti seorang kekasih terkadang juga dia acuh seperti orang asing.

Setelah Jake pergi, raut wajah sedihnya terlihat dengan jelas. Dia mengangkat tangannya ke depan merasakan radiasi api yang lebih hangat, tangannya pucat sangking dinginnya.

[ ✓ ] Love and Hate | JungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang