Bab 3. Mabuk

17.7K 1K 10
                                    


Leon hanya tersenyum saat melihat mata Kanaya yang terlihat gemetar ketakutan. Dilihat dari reaksi tubuhnya, Leon bisa menebak bahwa Kanaya pasti memiliki rasa takut yang berlebihan kepadanya. Seolah Kanaya tahu semua kejahatannya sehingga ia bereaksi seperti melihat orang gila.

Hal ini tidak sepenuhnya salah, karena Leon sendiri memanglah paranoid yang kejam. Ia adalah anak haram dari keluarga Adiarka. Ayahnya memiliki beberapa istri diluar dan dia adalah salah satu dari banyaknya anak hasil perselingkuhannya. Dari kecil kehidupan Leon sudah sangat kejam. Semenjak ibunya yang sakit parah akibat mengetahui kebenaran tentang suaminya meninggal. Leon diambil oleh keluarga Adiarka dan dibesarkan di sana.

Tapi kehidupan sebagai tuan muda yang dibayangkan tidak pernah terjadi. Karena istri sah dan anak dari ayahnya sering melecehkannya. Ia sering disiksa, dipukul, dikurung, dan jarang diberi makan.

Hingga saat dewasa, Leon mulai membalaskan dendamnya. Ketika kakek Leon yang seorang tetua dari keluarga Adiraka meninggal. Leon mulai mengambil alih perusahaan keluarganya, ia juga merupakan dalang dibalik terjadinya kecelakaan mobil yang menimpa orang tuanya hingga meninggal. Sedangkan anak sah dari keluarga Adiarka mendadak lumpuh, dan tidak bisa bangun dari tempat tidur.

Tentunya hal ini sudah menjadi rahasia umum, dan semua orang takut dan bahkan merasa merinding saat mendengar namanya. Tidak ada yang berani memandang rendah Leon, dan siapa yang berani mencari masalah dengannya maka orang itu tidak akan merasakan kedamaian lagi dalam hidupnya.

Tapi entah mengapa, Leon tiba-tiba tertarik pada orang yang tadi dipanggilnya kakak ipar. Menurutnya tunangan yang dimiliki Saga ini terlihat sangat imut, seperti kelinci kecil yang tidak tahu apa-apa tentang dunia luar.

Dan satu hal lagi, apa yang dimiliki Sagara, Leon juga ingin memilikinya.

"Ka-na-ya, Kanaya, Naya ahaha"

Mendengar Leon menyebut namanya, membuat Kanaya merasa merinding. Rasanya seperti dipanggil oleh malaikat pencabut nyawa.

"Apa? Kenapa harus kayak tadi? Bisa ajakan langsung manggil tanpa perlu ngagetin dan nutup mulut orang lain?" Ujar Kanaya kesal sambil memperhatikan lingkungan sekitar.

"Kenapa, kamu takut Naya? Gak perlu takut aku cuma mau ngobrol sama kamu"

Hanya orang bodoh yang akan dengan santai mengobrol dengan Leon, Kanaya ingin melarikan diri tapi tangannya digenggam erat oleh Leon.

"Leon, kalau mau ngomong plis biasa aja, tangan aku lepasin ini sakit!"

"Nope, aku minta maaf, tapi kalau aku lepasin kayaknya kamu bakal lari ninggalin tempat ini"

Lagi-lagi seringai mematikan menghiasi wajah Leon. Kanaya yang tidak sabar mencoba untuk mulai meronta melepaskan tangannya dari Leon.

Bugh!

"Kalau Kanaya bilang lepas itu lepas Leon!"

Saga datang setelah setengah jam menunggu Kanaya yang tidak kunjung kembali ke ruangan. Rencananya dia akan memeriksa toilet, tapi ditengah jalan dia melihat Leon yang dengan paksa menggenggam erat tangan Kanaya.

"Tcuih"

Leon meludahkan darah yang keluar dari sudut mulutnya akibat ditonjok Saga.

"Hahaha, fine, ini makin menarik. Tunggu aja Saga!"

Leon berdiri dan dengan santainya pergi tanpa melihat kebelakang. Sedangkan Saga dengan cepat berbalik dan memeriksa keadaan Kanaya.

"Kamu gakpapa? Sini lihat tangannya! Lain kali kalau liat orang itu kamu langsung lari aja. Atau nggak kamu teriak, kenapa gak nelpon aku tadi? Kalau mama tahu, mama bakal nyalain aku tahu nggak?"

Sagara melampiaskan kekesalannya kepada Kanaya, sambil melihat pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman yang terlalu kuat. Warna merah terlalu mencolok di kulit Kanaya yang putih.

Saga ingin mengomelinya lagi, tapi saat dia mengangkat matanya. Dia melihat Kanaya yang diam sedari tadi sedang menangis. Dia menggigit bibirnya dengan pipinya dipenuhi oleh air mata.

Saga bingung sejenak, jelas dia yang sedang kesal. Memangnya menangis akan menyelesaikan masalah?

Tapi Saga dengan cepat menenangkan emosinya, dan menarik Kanaya untuk berjalan ke parkiran. Di dudukannya Kanaya di co-pilot, dan diperhatikannya Kanaya yang menangis dalam diam.

"Kenapa nangis? Sakit hm?"

Mau tak mau Saga mencoba menghaluskan nada suaranya. Walau canggung tapi ia tetap mencoba.

Saga sadar seharusnya tadi dia tidak membentaknya, lagipula dia seharusnya takut setelah bertemu dengan Leon yang gila itu.

"Usst, Usst, usst, diem, udah nangisnya ya, maafin aku tadi ngebentak kamu. Bukan gitu tadi maksudku kamu pahamkan?"

Saga menarik gadis itu yang sedang menangis, mencoba menenangkannya. Tapi semakin ditenangkan semakin tersedu-sedu tangisannya.

Bagaimana tidak? Kanaya yang tiba-tiba masuk kedalam novel, tidak mengenal siapa-siapa ditambah takdir yang dituliskan sangat mengenaskan. Ia sendiri mencoba untuk mulai menikmati hidup didalam novel ini. Tapi malam ini dia malah ditakuti oleh penjahat nomor satu di novel. Ditambah tunangannya, yang notabenenya adalah salah satu orang yang paling dia kenal selama tinggal disini membentaknya.

Padahal Saga sendiri termasuk kedalam salah satu orang yang dia percaya, karena dia sama seperti anak ayam yang baru menetas. Siapa orang-orang yang pertama dilihatnya dia menganggap itu sebagai induknya. Dia merasa nyaman dengan adanya orang yang dikenalinya.

Atau mungkin efek anggur yang membuat dia menjadi lebih berani, jika saat ini dia sedang dalam keadaan sadar sepenuhnya. Apa mungkin dia tidak memberontak didalam pelukan Saga?

Setelah beberapa menit mengelus punggung Kanaya, Saga merasa orang didalam pelukannya sudah berhenti menangis. Ditatapnya wajah gadis itu.

Wajahnya sudah memerah karena anggur, ditambah dengan menangis maka hidungnya juga memerah. Ada bekas air mata di pipinya, bulu matanya terlihat samar-samar bergetar. Dan bekas gigi di bibirnya.

Setelah puas memandangnya, Saga menghapus air matanya. Ia memasangkan sabuk pengaman, mengirim pesan ke teman-temannya bahwa dia kembali duluan. Dan mulai menginjak pedal gas.

Sesampainya di rumah, Saga menggendong gadis itu. Kanaya terlihat sangat lelah, dan Saga hanya tersenyum saat melihat ekspresinya yang terlihat agak kurang nyaman. Mungkin pusing akibat minum anggur.

Saga naik kelantai dua, membuka pintu kamar dan membawa Kanaya ke tempat tidur. Diletakkannya Kanaya di kasur, dibukanya sepatu dan beberapa hiasan rambut yang mungkin akan terasa sakit jika dibawa tidur.

Setelah itu Saga turun kebawah, membuat sup pereda mabuk. Naik keatas membangunkan Kanaya dan memberinya minum, agar ketika bangun besok pagi dia tidak akan merasa pusing dan sakit perut.

Urusannya sudah selesai dan saatnya Saga kembali ke kamarnya, tapi sebelum itu Saga meluruskan alis Kanaya yang berkerut karena tidak nyaman. Setelah Kanaya tertidur nyenyak, barulah Saga kembali ke kamarnya.

Setelah Saga menutup pintu kamar Kanaya, diatas tempat tidur gadis itu membuka matanya. Melihat ke langit-langit dengan bingung, dan melanjutkan tidurnya.

NOTE: GAK TAU BINGUNG 😕

Maaf kalau kurang jelas, saya bacanya juga males karena habis di revisi malah hancur tata bahasanya🙏

Menjadi Tunangan Pemeran Utama Where stories live. Discover now