Bab 15. Bosan

6.1K 518 8
                                    

Disebuah ruangan bawah tanah, teriakan melengking dan suara memohon belas kasihan tidak berhenti sejak tadi.

Bau amis darah menyebar di udara dan menusuk indra penciuman.

Leon berdiri tepat diluar jeruji besi tempat orang-orang itu disiksa oleh bawahannya.

Mata yang melihat kearah mereka memancarkan rasa jijik dan amarah yang tidak bisa ditutupi.

Sudah beberapa hari ini mereka disiksa secara terus menerus. Beberapa dari mereka ada yang dicabut giginya secara paksa hingga pingsan, ada juga yang jari-jarinya di pakukan ke meja. Dan tidak sedikit pula yang dikuliti hidup-hidup.

Hal ini dilakukan secara berulang hingga mereka tidak tahan lagi dan memohon untuk langsung dibunuh saja.

Tapi bagaimana mungkin Leon membiarkan mereka begitu saja. Kecuali mereka memang tidak kuat hingga mati dengan sendirinya, maka disitulah tubuh mereka dilemparkan dan digunakan untuk memberi makan hewan-hewan buas peliharaannya.

Sejak terakhir kali Leon bertemu Kanaya saat di gunung, dia akan selalu memimpikan Kanaya. Tapi isi mimpi itu sangatlah berbeda dengan kenyataan yang ada.

Didalam mimpi itu Kanaya dan Saga tidaklah dekat. Adegan ketika Kanaya dan Melisa terjatuh ke danau juga tidak ada. Seharusnya hanya Melisa yang jatuh ke danau dan Saga menolongnya, lalu rasa cinta diantara mereka kembali muncul.

Tidak sedikit dalam mimpi itu Kanaya akan terlihat sangat kejam. Cara yang digunakan untuk menyakiti Melisa sangatlah licik.

Tapi entah kenapa Leon malah merasakan sakit hati saat melihat Kanaya didalam mimpi itu sangatlah kesepian.

Walau mimpi dan kenyataan sangatlah bertolak belakang, tapi Leon yakin mimpi ini bukan hanya mimpi biasa. Karena hampir setiap kali dalam tidurnya, mimpi itu akan terus berlanjut. Hingga puncaknya ia melihat Kanaya dilecehkan oleh para preman sampai meninggal.

Beberapa kejadian dalam mimpi itu ada yang terjadi, seperti naiknya pasar saham di bidang real estat.

Leon yang mengetahui tentang saham di mana yang harganya akan naik tinggi pun mulai menginvestasikan uangnya kedalamnya.

Leon harus menjadi lebih kuat dari yang sekarang, ia harus bisa menyaingi Saga. Karena dalam mimpinya Saga lah yang sangat berkuasa, hingga ia dan yang lainnya hanya terlihat seperti latar belakang mereka.

Setidaknya jika suatu hari nanti kejadian yang ada dalam mimpi itu menjadi nyata, Kanaya akan bisa memiliki tempat untuk pulang. Yaitu bersamanya.

"Bibi Sera, kenapa bibi datang kesini?"

Kanaya sudah mulai menjalani hidupnya seperti biasa.

Perawatan mentalnya berjalan dengan baik. Karena tante dan om tidak terima saat Saga melembutkan hatinya, maka Kanaya diajak tinggal dengan mereka dan tidak memperbolehkan Saga datang untuk menemuinya.

"Bibi ingin memberi tahu bahwa nyonya tidak bisa menemani nona hari ini"

Ah, sungguh disayangkan. Padahal hari ini mamanya Saga berjanji untuk membawanya pergi jalan-jalan dan berbelanja.

Kanaya mulai merasa bosan dan capek saat harus tinggal di rumah terus menerus. Memang sepertinya orang yang tidak bekerja akan merasa lebih mudah lelah daripada orang yang pergi bekerja.

"Oiya nona Naya, tuan Saga akan datang sebentar lagi untuk menemui nona"

Kanaya mengerutkan keningnya sebentar.

"Memangnya tante dan om ngizinin dia untuk datang?" Tanyanya ragu.

"Ya"

Bibi Sera mengangguk dan memberi tahunya bahwa sang nyonya merasa tidak enak karena ia mendadak ada urusan sehingga tidak bisa menemani Kanaya berbelanja.

"Baiklah, kalau begitu aku akan mandi dulu"

Saga mengangkat kepalanya saat mendengar suara langkah kaki dari arah tangga. Dia melihat Kanaya yang tubuhnya dibalut dengan dress cantik bermotif bunga-bunga.

"Mau kemana hari ini?"

Mendengar pertanyaan gadis itu, Saga hanya diam dan mengajaknya untuk masuk ke dalam mobil.

"Kita kekantor dulu, ada pekerjaan yang harus selesai hari ini" ucap Saga saat ia sudah memarkirkan mobilnya di parkiran bawah tanah.

Sesampainya di lobi, Kanaya melihat banyak sekali orang dalam setelan profesional yang mencuri pandang ke arah mereka.

Saat Saga dan Kanaya sudah memasuki lift khusus presiden, para karyawan itu langsung berkumpul dan mulai bertanya-tanya tentang siapa gadis yang dibawa oleh atasan mereka itu.

Atasan mereka yang terkenal pantang dan terlihat tak memiliki ketertarikan pada wanita, sebenarnya hari ini membawa seorang gadis cantik ke kantornya.

"Apa dia tunangan presiden yang diceritakan orang-orang itu?" Celetuk salah satu karyawan wanita.

Kata-kata itu langsung memicu banyak diskusi, dan seperti yang mereka tahu. Presiden mereka memang memiliki tunangan, hanya saja sampai saat ini mereka belum pernah melihatnya secara langsung.

Benar-benar pasangan yang dibuat oleh surga, pikir mereka. Secara visual mereka memang sangat cocok, belum lagi Saga terlihat sangat perhatian pada Kanaya.

Kanaya memperhatikan kondisi kantor Saga, dan seperti yang ia duga. Kantor ini memiliki rasa yang sama seperti Saga. Terlihat sederhana namun elegan dan membawa perasaan sejuk.

"Tunggu sebentar"

Kanaya mengangguk dan langsung duduk di sofa. Ia tak mau mengganggu Saga yang sedang fokus bekerja.

'Pria menjadi sangat tampan saat sedang bekerja' pikir Kanaya dalam hati.

Melihat gadis itu bosan, Saga menelpon asistennya dan memintanya untuk membawakan beberapa camilan dan teh yang disukai Kanaya. Dia juga mempercepat pekerjaan yang sedang ia lakukan.

Akhir-akhir ini dia selalu selangkah lebih terlambat dari Leon untuk mengambil proyek. Disaat Saga masih menganalisa dan memikirkan tentang proyek dengan teliti. Leon akan lebih dulu mengambil bagian dari proyek-proyek itu.

Walau Saga merasa bahwa ada sesuatu yang aneh dan tidak pada tempatnya, tapi dia juga tidak dapat menemukan letak dimanakah keanehan itu berasal.

Karena hal ini Saga akan terus sibuk dan lembur agar bisa mendapat target yang diinginkannya.

Lagipula Saga tidak mengunjungi Kanaya saat ada di rumah orang tuanya bukan karena ia patuh, tapi karena pekerjaannya yang menumpuk dan harus cepat dikerjakan.

Kanaya merasakan kebosanan yang sama seperti berada di rumah. Selain adanya cemilan dan sofa, kegiatan yang ia lakukan pada dasarnya sangatlah sama.

Ia hanya bisa bermain dengan ponselnya sendiri dan tidak ada yang bisa ia ajak bicara.

Setidaknya kalau ada di rumah, masih ada bibi Sera yang akan menemaninya mengobrol. Ah, Kanaya jadi merindukan kasur empuknya.

"Maaf, harusnya kita jalan-jalan hari ini tapi aku malah sibuk sama pekerjaan"

Saga merasa bersalah saat melihat gadis itu yang sudah mati kebosanan.

Tapi Kanaya hanya tersenyum dengan lembut dan mengangguk. Bagaimana pun juga sebagai mantan pegawai kantoran, Kanaya juga tahu bahwa bekerja sangat melelahkan. Ia tidak mau menambah beban Saga dengan memikirkan dirinya.

Diluar, langit sudah gelap. Saga mengendarai mobilnya dengan pelan karena jalanan yang agak macet.

"Mau mampir ke situ?" Tanya Saga saat melihat Kanaya yang sedari tadi tidak melepaskan pandangannya dari sebuah stand penjual makanan di pinggir jalan.

Melihat wajah bertanya Saga, Kanaya dengan tegas menganggukkan kepalanya. Rasanya sudah lama sekali ia tidak makan makanan dari pinggir jalan.

Senyuman muncul di bibir Saga saat melihat mata gadis itu yang berbinar seolah-olah memiliki kerinduan yang besar pada makanan-makanan yang dijual di pinggir jalan itu.

NOTE: SUMPAH AUTHOR KAGET PAS LIAT NOTIF WP AUTHOR JEBOL. AUTHOR SAYANG KALIAN BANYAK-BANYAK, MAKASIH YA SAYANG KARENA UDAH MAU NGEVOTE DAN KOMEN YANG BIKIN AUTHOR SEMANGAT BUAT LANJUTIN CERITANYA😩✨

Maaf kalau kurang jelas, saya bacanya juga males karena habis di revisi malah hancur tata bahasanya🙏

Menjadi Tunangan Pemeran Utama Where stories live. Discover now