Bab 8. Pemandian Air Panas

8.2K 602 1
                                    

Setelah masalah hilangnya Kanaya selesai, kini sudah waktunya bagi mereka semua untuk menikmati keindahan resor ini.

Menurut apa yang mereka dengar dari Leon, resor ini baru dibangun karena mereka juga baru mengetahui bahwa di atas gunung ini terdapat sumber air panas.

Awalnya sumber ini hanya diketahui oleh para penduduk setempat. Tapi karena banyaknya pendaki, sumber air panas ini sudah tidak dapat disembunyikan lagi keberadaannya.

Dan Leon yang saat itu baru menjabat sebagai pemilik dari perusahaan Adiarka, langsung melirik tempat ini dan tertarik untuk melakukan bisnis. Maka dibangunlah resor ini.

Para pria sedang berendam bersama-sama di kolam besar. Sedangkan para gadis berada di kolam samping mereka yang terpisahkan oleh dinding kayu.

Jika didengarkan dengan seksama, maka mereka dapat mendengar suara para gadis yang tertawa dengan riang gembira.

"Wah Lia, aku sangat iri padamu" ucap Fio sembari melirik kearah dada Lia.

Sedangkan gadis yang dimaksud malah memamerkan asetnya dengan bangga. Lalu mereka mulai melempar air ke satu sama lain dan tertawa kencang.

Sedangkan diatas batu besar, Kanaya duduk sendirian sambil memperhatikan gadis-gadis itu. Mau bagaimana lagi, sekarang kaki Kanaya tidak boleh terkena air. Jadi Kanaya hanya bisa melihat mereka dari samping dengan tatapan iri.

Syukurlah resor ini juga menyediakan fasilitas untuk merebus dan mengukus beberapa makanan. Jadi Kanaya tidak mati kebosanan.

Kanaya baru saja mengangkat telur rebusnya, dan beberapa sayuran yang dia kukus. Sekarang keranjang bambunya penuh dengan jagung, ubi, labu dan beberapa sayuran kukus lainya.

Kanaya menghela napas dan berpamitan kepada mereka berdua untuk kembali ke kamar lebih dulu.

Dikamar Kanaya mati kebosanan, dia tidak membawa novel karena akan memberatkan ranselnya. Dan sinyal ponselnya tidak terlalu bagus.

Memang orang disini tujuannya untuk menikmati pemandangan, jadi mereka tidak akan bermain dengan HP.

Tapi Kanaya yang kakinya seperti ini mana mau menikmati pemandangan. Dia benar-benar bisa mati kebosanan.

Sambil memakan sayuran dan telur rebusnya, Kanaya memutuskan untuk berendam di mata air panas yang ada di kamar ini.

Ya, kamar yang ditempatinya dengan Saga merupakan salah satu kamar terbaik disini. Kamar ini dilengkapi dengan kolam air panas pribadi, dan ada beberapa botol sake mahal didalam lemari kaca.

Daripada menyia-nyiakan keadaan, dan kesempatan seperti ini tidak datang setiap hari. Lebih baik Kanaya menikmatinya untuk menghilangkan rasa bosan.

Plup

Kanaya membuka botol Sake dan mencoba untuk mencicipi sedikit rasanya.

Rasa sake ini tidak terlalu kuat jika dibandingkan dengan anggur yang diminumnya terakhir kali. Kanaya yakin ia bisa menghabiskan beberapa botol sake yang memiliki tingkat memabukkan yang rendah.

Setelah dirasa badannya menghangat, Kanaya menaruh botol terakhir yang diminumnya dan berjalan kearah kolam.

Uap airnya membuat lingkungan sekitar tertutup dengan kabut.

Kanaya ingin memasuki kolam, tapi kesadaran terakhirnya membuat ia memikirkan kakinya yang dililit kain kasa.

Dengan cemberut Kanaya tetap menuju kearah kolam. Yah, kalau memang nanti kain kasanya basah, toh bisa diganti pikirnya.

Kanaya menyandarkan punggungnya kesebuah batu ditepi kolam. Ia menikmati perasaan rileks dari tubuhnya yang sudah lelah ia gunakan untuk mendaki.

Perasaan nyaman membuat Kanaya tidak sadar, bahwa sedikit demi sedikit ia mulai tertidur.

Sagara yang baru selesai berendam dengan teman-temannya, berjalan kearah kamarnya.

Dipertengahan jalan dia bertemu dengan kedua gadis yang terlihat baru selesai berendam juga.

"Dimana Naya?" Tanya Saga sambil menyipitkan matanya ke mereka berdua.

Setelah mendapatkan jawaban dari mereka berdua, Saga bergegas menuju kamarnya.

Ia merasa jika Kanaya dibiarkan sendirian, ia pasti akan melakukan masalah.

Dan dugaannya ternyata benar.

Ketika Saga membuka pintu kamar, hal pertama yang dilihatnya adalah keranjang bambu penuh dengan cangkang telur dan kulit sayuran. Disebelah keranjang itu terdapat beberapa botol sake yang tergeletak berhamburan.

Tak jauh dari sana, dia melihat ada kimono yang disiapkan oleh resor ini berserakan dilantai.

Lantas Sagara mencubit diantara alisnya dan menghela napas keras.

Gadis ini pasti tak menghiraukan nasehatnya dan sedang berendam di kolam air panas.

Dengan lelah Saga berjalan kearah kolam, dan mendapati gadis itu tertidur lelap tanpa ada perlindungan.

Wajahnya terlihat memerah, beberapa helai rambut yang lolos dari gulungannya menempel di pipi. Leher putihnya terekspos di udara, bahunya terlihat memerah dan ada gundukan daging tepat di dadanya. 

Dengan cepat Saga berbalik untuk mengambil handuk, dan langsung membawa gadis itu kedalam kamar.

Seperti yang dia duga. Gadis bodoh ini memang merendam kakinya yang terluka didalam air.

Saga mencoba membangunkan gadis itu dengan menepuk-nepuk pipinya tapi gadis itu tak kunjung bangun. Kesal, Saga lantas mencubit hidungnya agar dia tidak bisa bernafas. Tapi gadis itu hanya mengerang sebentar dan menghindari tangannya.

Ya, bisa dipastikan bahwa gadis ini sedang mabuk.

Saga dengan cepat memanggil layanan kamar, dan meminta untuk memakaikan gadis itu baju.

Setelah urusan itu selesai, Saga berjalan kearah kasur dan tidur disebelah gadis itu.

Pagi harinya Saga melihat gadis yang semalam mabuk, kini sedang memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

Pipinya berwarna sangat merah, seperti buah peach yang siap untuk dipetik.

Dihadapkan dengan tatapan menyelidik gadis itu, Saga pun bertanya tentang apa yang terjadi.

"Apa kau yang mengangkat ku dari kolam?" Tanya Kanaya

Saga mengangguk sebagai persetujuan.

Mendapatkan jawabannya, gadis itu tambah terlihat malu. Awalnya Saga bingung sampai akhirnya gadis itu bertanya lagi dan Saga mengerti maksudnya.

"Apa kau yang memakaikan aku baju?" Tanya Kanaya dengan suara mencicit sekecil semut.

Sagara mengerutkan keningnya atas pertanyaan itu. Tapi setelah dia mengetahui pemikiran gadis itu, Saga dengan tegas mengangguk. Membiarkan gadis itu berpikir liar dan setidaknya dia tidak akan melanggar apa yang diperintahkan olehnya dilain waktu.

Kanaya yang mendapat anggukan, merasa seperti mendapatkan hukuman mati.

Walaupun mereka adalah tunangan, tapi Saga tidak akan berakhir dengannya. Saga akan bersama dengan Melisa, dan dia?

Bagaimana ini, Saga melihat tubuhnya? Tapi, ah sudahlah. Lagipula Kanaya dapat dengan bangga menyatakan bahwa dirinya memiliki sosok yang bagus.

Seperti kata orang, 'jika kau tidak malu, maka orang lain yang akan menanggung malunya'.

Kanaya mencoba untuk berpura-pura tenang, dan melupakan kejadian itu.

Sedangkan Saga yang sedari tadi memperhatikan perubahan ekspresi di wajah Kanaya, dapat menebak dengan tepat tentang pemikirannya.

Ia hanya tersenyum dan bersiap-siap untuk mandi. Mereka berdua akan pulang lebih dulu dibanding yang lainnya. Lagipula dengan kondisi kaki Kanaya yang sekarang, mereka tidak bisa berlama-lama berada disini.

Maka dengan itu mereka pun kembali ke rumah keluarga Eljazah. Dan seperti yang mereka duga, mereka mendapatkan pertanyaan yang membabi buta tentang apa yang terjadi dengan kaki Kanaya.

NOTE: VOTE SAYANG, NGANTUK BANGET NIH AKU✨

Maaf kalau kurang jelas, saya bacanya juga males karena habis di revisi malah hancur tata bahasanya🙏

Menjadi Tunangan Pemeran Utama Where stories live. Discover now