Bab 18. Piknik

3.1K 250 0
                                    


"Saga, ini beneran kita piknik?"

Kanaya benar-benar heran dengan tingkah Saga akhir-akhir ini.

Entah karena Saga sudah melewati masa sibuknya atau memang Saga yang berusaha untuk meluangkan waktunya. Sudah beberapa kali Saga mengajak Kanaya keluar tanpa memberitahu rencananya.

Kegiatan yang mereka lakukan hampir semuanya dipersiapkan secara dadakan. Tapi tetap saja persiapan mereka matang karena dibantu oleh para pelayan.

Semilir angin menerpa wajah Kanaya dengan lembut. Ia memejamkan mata untuk menikmati udara yang segar karena mereka berada jauh dari perkotaan.

"Hm, besok-besok kalau kamu ada rencana mau pergi kemana kasih tau aku aja!" Ujar Saga sembari menyematkan rambut Kanaya yang diterpa angin.

"Ya, pasti"

Jawab Kanaya dengan senyum lebarnya.

Walau ia merasa lelah karena harus pergi keluar terus dan tak bisa bersantai dengan novel-novelnya. Tapi Kanaya juga sangat menyukai setiap kegiatan yang ia lakukan dengan Saga.

Untuk merencanakan ini semua, Saga pasti juga merasa lelah. Tapi ia tak pernah mengeluh dan tidak terlihat enggan.

Dan perjalanan-perjalanan kecil ini, bisa mereka anggap sebagai kencan pasangan. Keduanya akan mulai bercanda dan bercerita, juga memupuk rasa kasih sayang bersama.

"Mau naik sepeda?"

Saga bertanya saat melihat gadis itu memperhatikan orang-orang yang bersepeda di pinggir jalan.

Ketika gadis itu mengangguk Saga langsung menarik tangannya dan mengajaknya untuk menyewa sepeda.

"Bentar kamu tunggu disini" Saga pergi menyewa sepeda saat gadis itu menjawab ya.

"Ayo duduk di sini"
Ucap Saga sambil menepuk palang besi sepeda di depannya.

"Hah? Emangnya yang ada kursi belakangnya udah gak ada?"

Kanaya bertanya dengan raut bingungnya. Dan memang sepeda dengan kursi belakang sudah habis disewa oleh para pasangan lainnya.

Mau tidak mau Kanaya harus duduk didepan dan melingkarkan tangannya di leher Saga.

Melihat gadis itu yang terlihat enggan tapi tetap bersikeras untuk naik, Saga tertawa dan terpaksa menahan tawanya saat mendapat pelototan dari mata gadis itu.

"Siap-siap, pegangan yang erat kita berangkat"

Dengan kuat Saga mulai mengayuh sepeda dan mereka menyusuri jalanan.

Pohon-pohon rindang, daun dan rantingnya menutupi jalan dan membuat suasana tetap segar.

Pohon-pohon itu melindungi mereka dari teriknya panas matahari.

"Saga, pelan-pelan Saga"

Kanaya mulai merasa gusar saat merasa sepeda yang mereka naiki agak bergoyang. Didepan mereka kini ada turunan yang tajam, dengan cepat mereka berdua meluncur dan tiba-tiba....

Gdubrakk

Ban sepeda yang mereka naiki menginjak batu kecil dipinggir jalan, Saga yang mengendarai sepeda kehilangan kendalinya dan mereka berdua jatuh ke arah parit.

"Hahahahahahaha"

Kanaya yang tadinya ingin menangis karena tangannya tergores berbatuan malah tertawa terbahak-bahak.

Ia melihat tampang Saga yang sekarang tertutup dengan lumpur.

"Hahahaha, Saga kamu, hahahaha, kamu hahaha, lucu banget, itu muka kamu hahaha"

Saga yang awalnya takut Kanaya kenapa-kenapa, menjadi lega saat melihat gadis itu masih bisa tertawa lepas.

Ia lalu mengernyit saat melihat kemeja putihnya kini berwarna hitam sebagian. Bau yang dikeluarkan dari lumpur itu sendiri juga sangat tak tertahankan untuk Saga yang pecinta kebersihan.

"Sebentar aku panggil Mike"

Setelah asisten Saga yang bernama Mike itu datang, mereka langsung pergi ke hotel tempat mereka menginap dan sepeda itu akhirnya diurus oleh Mike.

Tok tok tok

"Naya buka pintunya"

Kanaya membuka pintu kamarnya dan melihat Saga berdiri diluar sambil memegang kotak P3K.

Kanaya lalu meringis saat membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dan tebakan Kanaya benar, kini ia sedang duduk di sofa mengulurkan tangannya untuk diobati oleh Saga.

"Sssst, Saga pelan-pelan"

Rasanya perih saat sikunya ditetesi oleh obat merah.

"Tahan bentar, kalau nggak diobatin nanti takutnya ada bekas lukanya"

Kanaya terdiam saat diberi tahu oleh Saga. Lagipula perempuan mana yang mau ada bekas luka di tubuh mereka.

"Oke sudah selesai, jangan kenain air ya habis ini"

Kanaya mengangguk sebagai pertanda setuju untuk perkataan Saga.

Lalu Saga kembali ke kamarnya dan mereka pergi beristirahat, dan akan menginap beberapa hari lagi sebelum pulang ke rumah.

...

"Hahaha, coba aja waktu itu kamu foto Nay"

"Betul tuh, jarang-jarang kan liat Saga dalam keadaan kayak gitu"

Dari tadi suara tawa Lia dan Fiona tak henti-hentinya di rumah kaca milik Saga.

Kanaya memang lebih sering bermain dengan mereka berdua karena memang hanya mereka teman yang Kanaya miliki di sini.

"Hah, tapi kok bisa sih kalian begitu, harusnya kalau emang gak ada sepeda yang kalian mau, kalian gak usah nyewa"

Ucap Lia sedih sambil melihat kearah tangan Kanaya yang terluka.

"Gakpapa juga Lia, kenangan kayak gitu tuh yang bakalan paling berkesan"

Kanaya mendukung argumen Fiona dengan mengacungkan jempolnya.

"Oiya, sebentar lagi ada pelelangan. Kalian datang gak?" Ujar Fiona

"Datanglah, David bilang kalau di lelang ini mereka diminta buat bawa teman wanita" jawab Lia

Sedangkan Kanaya mulai berpikir tentang hal itu. Saga selalu pulang tepat waktu akhir-akhir ini tapi ia belum memberi tahunya tentang pelelangan ini.

'Mungkin dia bakal kasih tahu pas sudah dekat harinya" pikir Kanaya dalam hati.

Menjadi Tunangan Pemeran Utama Where stories live. Discover now